[flo's journal]
--Sepatu--
~~~
Flo's : Sepatu
Halo jurnal!
Gue pikir selama ini mencintai orang itu menyenangkan, karena setiap kali gue ngeliat orang yang gue sukai jantung gue bakal berdetak dua kali lebih cepat dan rasanya ada kupu-kupu yang berterbangan di perut gue. Tapi ternyata, mencintai seseorang nggak seindah itu kalau lo mencintainya sendirian. Contohnya kaya cinta gue yang nggak bersambut. Gue sayang Brian tapi Brian sayang Dani.
Sakit banget rasanya. Gue udah berusaha sekeras yang gue bisa buat bikin dia ngebales perasaan gue. Tapi, nyatanya susah.
Kalau masalahnya mengenai hati, emang susah.
Gue pernah beberapa kali baca quotes yang sampe saat ini bikin gue heran karena gue ga bisa relate. Tingkatan tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan dia dengan orang lain. Well, maybe I'm not that kind of person. Gue nggak bisa mengikhlaskan Brian buat sama orang lain. Rasanya sakit banget ngeliat dia sedeket itu sama Dani.
Sebut aja gue egois, gue akuin emang gue seegois itu.
Mungkin emang udah saatnya buat gue menghilang dari kehidupan Brian dan Dani, karena dari awal gue emang ga seharusnya nyempil dalam kehidupan mereka.
Gue capek nangis sendiri, gue capek berjuang sendiri, gue capek.
Gue juga pengen dicintai.
"Lagi ngapain lo?"
Aku langsung menutup cepat buku jurnalku saat mendengar suara Dani. Aku habis mengikuti bimbingan olimpiade dengan anak-anak prodigy lainnya. Aku memberikan senyuman kecil pada Dani.
"Nggak ngapa-ngapain, nulis materi yang tadi diajarin Pak Haris."
Dani menaikan satu alisnya, agak-agaknya dia sedikit percaya dengan jawabanku. "Lucu juga ya nulisnya di buku pink imut kek diary gitu."
Aku hanya bisa memberikan senyuman tipis, padahal aku sangat ingin menutup mulutnya itu.
"Btw, beberapa hari lalu gue liat lo nonton pertandingan PUBG, bukannya lo nggak suka nonton game-game begituan ya?" tanya Dani.
Ya Tuhan, apalagi ini. Kenapa Dani yang biasanya tidak pedulian malah jadi semacam detektif yang mencari tahu apapun sih?!
"Pengen aja," jawabku singkat.
"Mata lo ngarah ke kanan terus, kalo menurut jurnal psikologi yang gue baca, itu tanda kalo orang lagi berbohong," kata Dani, senyum mengejek tertempel di wajahnya yang cantik. Ia bahkan sempat menyelipkan anak rambutnya yang dicat itu ke belakang telinga dengan gaya angkuh.
Aku menatap tepat di matanya lalu bertanya dengan nada menantang, "Emang jawaban apa yang mau lo dapetin dari gue?"
"Lo suka Brian kan?"
Tepat. Seratus persen akurat.
Aku hanya bisa diam dengan perasaan yang seperti diaduk-aduk, ada rasa malu, lega, senang, dan sedih. Entahlah, aku hanya merasa kalah, mungkin karena gadis di depanku ini lebih beruntung dibanding aku. Brian lebih perhatian dan mungkin juga punya perasaan lebih kepadanya kan?
"Oh, jadi bener ya," katanya, senyum mengejeknya makin lebar saja. "Gue saranin lo berhenti berharap sama Brian. Dia nggak suka cewek kaya lo."
Tanpa lo ngomong gue juga udah paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flo's Journal
Teen FictionFlorensia Ayana. Flo itu cewek pintar peraih mendali emas olimpiade kimia yang selalu mewakili sekolahnya. Tapi untuk masalah hati, Flo sangat bodoh. Sebut saja Brian Dharmawangsa, laki-laki beruntung yang berhasil mencuri hati Flo. Tapi semakin Flo...