He is My Bii

253 51 142
                                    

[flo's journal]

start : 31 August 2020

--he is my bii--

~~~

Flo's : HE IS MY BII

"Bii!"

Aku mempercepat langkahku, tidak kupedulikan tas yang cukup berat karena hari itu aku membawa laptop juga tiga buku pelajaran yang mungkin mencapai berat hingga tujuh kilogram lebih. Brian Dharmawangsa, atau yang lebih sering kupanggil Bii menolehkan kepalanya sebentar lalu mendengus dan memilih untuk mempercepat langkahnya, membuat aku semakin tertinggal di belakangnya.

Tidak mau kalah aku semakin berlari mengerahkan tenagaku sekuat-kuatnya. Aku bahkan tidak menghiraukan sapaan dari Pak Haris—pembimbing olimpiadeku—saat tadi aku melewati beliau. Pokoknya yang paling penting sekarang adalah memberikan totebag ice bear yang berisi sebotol air mineral, roti cokelat, dan cupa-cups kesukaan Brian. Laki-laki itu akan berlatih game karena dua minggu dari sekarang ia akan mengikuti kompetisi game antar sekolah se-provinsi. Totebag ice bear adalah persiapan tempur supaya Brian tidak susah mencari makanan jika dia lapar.

"Berhenti!" teriakku saat akhirnya berhasil meraih ransel hitam yang digendong Brian.

Laki-laki itu hendak melepaskan genggamanku di ranselnya tapi tidak berhasil. Oh, tentu saja tidak semudah itu ferguso!

"Mau lo apa?" tanya Brian dengan nada yang dibuat semenakutkan mungkin. Tapi tentu saja aku tidak akan takut padanya, malah perilakunya yang seperti ini yang membuatku semakin penasaran dan tertarik dengan sosoknya.

Dengan cengiran lebar aku menyodorkan sebuah tote bag ice bear . Brian menaikan satu alisnya, sepertinya dia terlihat penasaran dengan tote bagku, jadi kutaruh saja di tangannya.

"Buat bekal nanti sebelum latihan!" kataku dengan semangat.

"Gue udah makan," jawabnya ketus, sambil mendorong kembali tote bag ice bear kembali kepadaku, sedikit keras hingga membuat dadaku sakit. Aku sedikit meringis menahan sakitnya.

Setelah rasa sakitnya tidak terlalu terasa aku mengulas senyum simpul, "Masa sih? Tadi kamu aja ga keluar kelas pas jam istirahat. Makannya kapan?"

Bersamaan dengan itu bunyi perut Brian terdengar. Aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak meledakkan tawa. 

Aturan nomor satu. Brian Dharmawangsa sangat benci orang yang menertawainya.

Dan karena aku tidak berniat membuatnya benci kepadaku, sebaliknya aku ingin laki-laki ini membalas perasaanku jadi aku berusaha untuk tidak tertawa. Walaupun di dalam hati peri batinku sudah menertawainya sampai terpingkal-pingkal.

"Ya udah gue ambil. Tapi lo jangan kepedean! Gue ga bakal bales perasaan lo," katanya, lalu meraih totebag ice bear dengan kasar.

Aku tersenyum kecil, "Bukan ga, tapi belum. Liat aja nanti sore siapa tahu kamu jadi suka sama aku!"

"Perasaan ini masih siang tapi lo udah ngimpi aja, kapan bangunnya?" balasnya menyakitkan.

Tapi aku tidak peduli, walaupun dia berperilaku buruk terhadapku, aku tetap menyayanginya. Hei dalam lima belas tahun hidupku, baru kali ini aku suka sekali pada seorang laki-laki! Jadi, jangan mengolok ku karena mengejar Brian bagaikan punguk merindukan bulan!

"Hati-hati ya, semangat latihannya!" kataku sambil melambaikan tangan.

Brian malah mempercepat langkahnya, tidak mempedulikan aku yang memandangi punggungnya. Yang kutahu dia berjalan menuju motor besarnya untuk segera berlatih bersama grup game-nya, apa ya nama grupnya? Rectoverso? Ya sepertinya itu!

Flo's JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang