Bab 9

201 20 7
                                    

Sebelumnya, terimakasih untuk pembaca setia One More Time >< (Emang ada?)

Happy reading dan maaf kalo ada typo yang tak manusiawi bertebaran ^^v

***

BAB SEMBILAN

" Hai, Ed. "

Mendengar suara itu, Edward langsung memandang ke arah asal suara. Ia mendapati Vanesa sedang berjalan ke arahnya.

" Keberatan aku mengganggu? " Vanesa bertanya sambil duduk di samping Edward. Pertanyaannya lebih menuju ke arah seorang penata rias yang sedang mendandani Edward.

Edward tersenyum tipis. " Tentu. "

" Kau kemana saja semalam, hm? " Vanesa bertanya kembali sambil berkacak pinggang dengan nada suara pura-pura kesal. Tapi, ya, sungguh, Vanesa memang agak kesal ditinggal berdua dengan Oliver malam itu.

" Aku ada urusan mendesak. "

Vanesa menjawab dengan setengah bergumam. " Dengan Tiffany, tentu saja. "

Edward melirik Vanesa perlahan. " Ya, dengannya dan keluargaku. "

Vanesa membulatkan matanya. " Keluargamu? Sudah sejauh itu? " Terdengar nada kecewa dari suara Vanesa, tapi Edward tak ingin berharap lebih.

Edward mengangguk pelan, tak ingin mengganggu pekerjaan penata riasnya.

" Oh. " Vanesa menjawab tak acuh, tampak tak berminat lagi. "Bersiaplah, pemotretan cover akan segera dimulai beberapa menit lagi "

" Ya. " Edward hanya bisa menyahut sambil memandang kepergian Vanesa. Ia merasa sedikit aneh dengan tingkah Vanesa. Vanesa seolah.. cemburu, menurut Edward. Tapi, entahlah. Vanesa selalu bersikap seperti itu. Sampai akhirnya Edward menerka bahwa Vanesa tak punya perasaan khusus padanya. Sampai kejadian waktu itu. Ah, Edward tak ingin mengingatnya sama sekali.

Ping!

Edward memandang ke arah ponselnya yang berada di atas meja rias, kemudian meraihnya dan melihat bahwa ada sebuah pesan masuk.

Makan malam di Masa. Malam ini pukul 7. Jangan sampai tidak datang. Tidak perlu menjemputku, aku akan pergi sendiri.

Vanesa

***

Edward mematut diri di depan cermin. Memandangi dirinya dengan tampilan yang cukup menawan untuk makan malam dengan Vanesa. Melihat caranya berpakaian malam ini, membuat Edward sadar bahwa ia masih menyukai Vanesa. Meskipun saat itu melalui ucapan selamat, secara tersirat Vanesa seolah mengaku tidak menyukainya.

Edward mengusap belakang kepalanya pelan, dan memandang jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah tujum malam. Edward segera keluar dari kamarnya dan menuju garasi.

***

Vanesa mengenakan dress terbaiknya malam ini. Ia akan makan malam dengan Edward di Masa. Vanesa menggunakan dress merah maroon selutut dengan high heels dan lipstick berwarna senada. Ia ingin nampak memesona malam ini.

Sebenarnya Vanesa sudah menyukai Edward dari dulu, jauh sebelum mereka dekat. Vanesa mengenal Edward dari televisi dan majalah populer. Kemudian setelah 2 tahun debut sebagai fotografer akhirnya Vanesa bisa mendapat kesempatan memotret Edward dalam salah satu iklan dasi. Sejak itulah Vanesa jatuh cinta tentang segalanya mengenai Edward Miles.

Vanesa ingin mendekati Edward. Ia tahu Edward adalah orang yang eksklusif. Ia tak ingin nampak murahan, maka dari itu ia tak berani terlalu dekat dan tidak akan selalu mengiyakan apa perkataan Edward. Walau ia ingin.

Namun akhir-akhir ini seorang pengganggu muncul. Pengganggu yang tak Vanesa perhitungkan malah mengganggu rencananya. Awalnya Vanesa tak terlalu menganggap masalah kehadiran Tiffany. Ia hanya menganggap Tiffany sama seperti calon tunangan Edward yang selalu orangtua Edward ajukan. Tapi kejadian tidak menyenangkan mulai muncul. Awalnya Tiffany mengganggu sarapannya dengan Edward di Dé Latte, tetapi kemudian Tiffany mengganggu makan malam istimewanya dengan Edward walau ada Oliver juga saat itu.

Vanesa menunggu di pinggir jalan dan memanggil taksi. Tetapi sebuah mobil van berwarna hitam berhenti tepat di depannya.

Ed?

Kaca mobil itu diturunkan dan Vanesa bisa melihat siapa yang ada di dalam sana.

" Oliver? "

Oliver menaikkan alisnya. " Hai. Butuh tumpangan? "

Vanesa menyunggingkan senyum. Oliver segera keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Vanesa.

" Terima kasih, Oliver. Aku merasa seperti putri. "  Vanesa tertawa kecil kemudian masuk ke dalam mobil Oliver.

Oliver bertanya setelah masuk ke mobil dan melesat ke jalanan. " Ke? "

" Masa. "

" Lagi? "

" Ya, balasan untuk malam itu. Ketika Ed tak hadir. " Vanesa  membuka bedaknya dan memerhatikan riasannya.

" Ou. Semoga sukses malam ini. "

" Aku.. ingin menyatakan perasaanku. " Ucap Vanesa gugup sambil memandang ke arah jalanan walau bedaknya masih berada di depan wajahnya

Oliver mengerem mendadak ketika mobil di depannya berhenti tiba-tiba. Dengan kasar Oliver menekan klakson. " Perasaan? Pada.. Ed? "

Vanesa mendesah, pipinya mendadak panas. " Ya. "

Vanesa berusaha memalingkan wajah dan menaruh bedaknya ke dalam tasnya sambil menunduk, membiarkan rambut panjangnya menutupi wajah.

" Tapi, dia sudah punya tunangan. " Oliver memandang Vanesa tidak percaya. Selama ini, ia dan Edward menyangka Vanesa tidak akan menyukai Edward. Tapi... kenyataannya..

" Calon tunangan. " Vanesa mengoreksi.

Oliver memandang ke arah jalanan, dan merasa sesuatu yang aneh di perutnya. Ia menginjak pedal gas agak kuat.

Rrrrr... Rrrrr...

Ponsel Vanesa bergetar dan memutar lagu Fireworks milik Cathy Perry. Nama Edward tertera pada layar. Senyum Vanesa mengembang.

" Halo, Ed? "

Mendengar nama itu, Oliver sedikit tersentak. Tetapi berusaha mengemudi senormal mungkin.

" Apa? " Nada suara Vanesa berubah. Wajahnya menyiratkan kekecewaan.

" Umm.. kalau boleh tahu kau dimana sekarang? "

" Oh begitu. Dengan siapa? Keluargamu? "

" Oh.. hahaha.. begitu, " Vanesa memaksakan tawa, yang di telinganya sendiri terdengar sumbang.

" Tenang saja, aku bahkan belum bersiap. Ya.. sampai jumpa. "

Oliver menghentikan mobil. " Ada apa? "

Vanesa tidak menjawab, hanya membelakangi Oliver. Memandang ke lampu-lampu di pinggir jalan yang bergerak cepat, dan kabur karena air matanya. Oliver bisa melihat pundak gadis itu bergetar. Tetapi Oliver bahkan tak berani menyentuhnya.

***

Oke, finally.. Akhirnya Vanesa ngaku, oke.. ada gak nih yang nungguin kelanjutannya? :D

Terimakasih buat yang nyempetin diri baca, vote bahkan comment. Saran dan kritik dari kalian bener-bener berarti.

Sekian,

Hanie_Liu

20160610

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang