BAB 11

91 9 2
                                    


Hallo readers,

Maafkan saya yang sudah lama tidak update, meskipun begitu, ketika melihat kembali komentar-komentar yang sudah readers berikan, saya merasa semangat kembali.

Dan alhasil, ONE MORE TIME BAB 11 update kembali

Sekarang juga masa liburan, jadi saya usahakan untuk update kembali

Terimakasih banyak dan maaf jika ada salah

Keep reading

---


Edward menekan password apartemen Tiffany, kemudian ia membuka pintu perlahan dan menyalakan lampu seraya memapah tubuh Tiffany yang panas dan basah karena keringat.

Edward berjalan pelan, menyeimbangi langkah Tiffany yang terseok-seok, kemudian Edward membaringkan Tiffany di sofa putih. Edward memandang ke arah kanan dan kiri, bingung harus berbuat apa. Ia tidak pernah merawat orang yang sakit. Dirinya sendiri biasanya diurusi oleh Oliver.

Ouh, pemikiran itu membuat diriku merasa menjadi seorang gay..

Edward menuju ke arah kamar mandi yang berada tidak jauh dari ruang tengah, dan menemukan sebuah handuk kecil berwarna pink serta kotak P3K di lemari yang menempel di dinding kamar mandi.

Ia menuju ke dapur, mengambil mangkuk besar dan kembali menuju ke arah kamar mandi. Ia menyetel shower dengan air hangat, dan kemudian mengisi mangkuk itu. Edward perlahan mendekati Tiffany dan mencelupkan handuk kecil pink ke dalam mangkuk yang berisi air hangat itu dan mengompres Tiffany lembut.

Mungkin ini adalah hal tertolol yang ia lakukan. Mengantar Tiffany pulang, hampir sama dengan menyetujui perjodohan konyol yang direncanakan oleh kedua orang tuanya. Merawat orang sakit, padahal ia bahkan tak tahu caranya, ia tidak tahu seperti apakah Tiffany menatapnya ketika ia sadar bahwa Edward menggunakan mangkuk makanan sebagai wadah untuk mengisi air dari shower, setidaknya demi menurunkan demamnya.

"Um, aku permisi dulu. Eh, Aku akan kembali, maksudku.. aku pergi membeli obat, dan setelag itu.. aku pulang," gumam Edward tidak jelas. Ia tidak tahu kenapa ia tiba-tiba salah tingkah pada seseorang yang sedang setengah sadar.

Edward menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kemudian berbalik untuk keluar. Tetapi kemudian ia merasakan pergelangan tangannya terasa hangat, dan begitu ia berbalik kembali ke arah Tiffany, ia mendapati gadis itu sedang menahannya untuk pergi.

Jantung Edward bekerja ekstra, ia merasakan kehangatan yang menjalar dari pergelangan tangannya menuju ke seluruh tubuhnya. Mata Tiffany masih tertutup. Edward mencoba menyadarkan dirinya, bahwa Tiffany mungkin hanya mengigau. Atau ini bisa saja hanya ilusinya. Tetapi karena kehangatan yang menjalar, dan jantungannya yang kelewat keras berdetak, Edward jadi...

"From time to time, you cross my mind.. Good company is hard to find.."

Suara ringtone ponsel Edward membuatnya tersadar dari larutan pikirannya yang tidak waras baginya. Ia perlahan melepas genggaman Tiffany, dan merogoh ponsel yang berada di sakunya. Ia menatap layar ponselnya dan ternyata Oliver menelponnya

"Hallo?"

[Ed, cepat ke rumah sakit Saint Elisabeth sekarang juga.]

"Untuk?" Edward bingung mendengar suara Oliver yang terdengar sedang terdesak.

[Vanesa. Vanesa.]

"Ada apa dengannya?" Kini Edward juga ikut tegang.

[Ia overdosis anti depresi. Cepat datang.]

Klik!

Edward segera memasukkan ponselnya ke dalam saku, dan menuju ke arah pintu. Tetapi kemudian Edward teringat akan sesuatu. Ia memandang Tiffany yang sedang demam tinggi

Astaga! Apa yang harus aku lakukan?!

***

Hanie_Liu

20161219

(Dedikasi untuk my ex-seatmate, Sharen Velencia)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang