Bab 10 (part 2)

195 12 3
                                    

BAB SEPULUH (Part 2)


"Aku akan mengantarnya pulang."

Entah kenapa, Edward juga tidak mengerti apa yang merasukinya sedetik yang lalu sampai-sampai ia melontarkan kalimat yang membuat seluruh pandangan kini mengarah padanya.

"Oh, bagus. Silakan antar Tiffany, Ed. Dan juga, tidak apa jika kau tidak kembali ke sini. Kau bisa istirahat malam ini." ucap Mr. Miles tersenyum penuh arti dan samar-samar mengangguk pelan ke arahnya, menyatakan bahwa ayahnya sangat mendukung tindakannya.

Edward hendak menolak, atau bahwa mulutnya baru saja kram atau otaknya mendadak malfungsi. Tetapi Tiffany terlanjur berdiri dan membawa tasnya keluar. Mau tak mau Edward pergi menyusul keluar dari ruangan sambil permisi kepada kakek Tiffany.

Langkah Tiffany tidak seimbang, memaksa Edward untuk memegang kedua pundak gads itu dari belakang. Sejenak Tiffany nampak terkejut, dan sedikit gemetar karena sentuhan Edward.

"Jangan menyentuhku!"

Suara teriakan Tiffany cukup keras. Berhasil membuat Edward sekejap terkejut dan melepas pegangannya, tetapi ketika tubuh Tiffany oleng kembali, Edward dengan sigap menahan gads itu

Tiffany mendorong Edwrad lemah, dan terhuyung, Edward kembali berusaha menahan tubuh Tiffany agar tetap seimbang.

"Kumohon, jangan keras kepala."

Tiffany awalnya tetap menolak, tetapi akhirnya ia membiarkan sentuhan itu, dan Edward menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil.

Setelah berhasil mendudukkan Tiffany dan duduk di depan setir, Edward menyalakan penghangat. Perlahan Edward menjulurkan tangannya ke arah dahi Tiffany yang berkeringat.

Hangat.

Edward memandangi wajah itu sejenak. Namun segera melepaskan tangannya dari dahi Tiffany dan memalingkan wajah ke depan.

Edward kemudian segera menyalakan mesin. Tetapi mesin tidak mau menyala. Edward mencoba menyalakan mesin kembali. Tetapi nihil. Edward tidak mengerti apa yang salah dengan mobilnya.

"Jeremy..." gumam Tiffany pelan.

DEG

"Jeremy..."

DEG

Edward menoleh pelan ke arah Tiffany. Ia juga tidak mengerti apa yang salah dengan jantungnya kali ini.

***

Setelah beberapa menit berusaha menyalakan mesin, akhirnya Edward berhasil.

Edward berkendara dalam diam, sementara pikirannya melayang ke nama yang disebut oleh Tiffany tadi.

Jeremy

Edward pernah mendengar nama itu di suatu tempat. Tapi ia tidak ingat.

Setelah sampai di parkiran apartemen Tiffany, perlahan Edward memapah gadis itu.

"Tunggu dulu, aku kan tidak tahu password-nya."

Edward memandang wajah Tiffany yang bersender di lehernya.

"Tiffany, apa password-mu?"

Tiffany bergumam pelan.

"Ulang tahun Jeremy. 24 Oktober. 2410."

DEG

DEG

DEG

DEG

"Diamlah jantung!"

***

Hai readers!

Maaf ya, updatenya menyebalkan :v

Author lagi nge-stuck, tapi author usahakan update selalu :D

Vomment ditunggu, biar Author semangat :v

Terimakasih

20160712

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang