First Secret

44 6 4
                                        

Aku berdiri di sebuah taman yang tampak tidak asing. Langit sudah gelap dan jalanan mulai sepi. Di sekeliling banyak ruko-ruko yang sudah tutup. Kebingungan, aku putuskan berjalan menuju sekumpulan anak muda yang tengah duduk di pinggir taman. Lalu aku bersin, tidak sengaja. Namun suaraku menggema. Ini aneh.

Oh, ya! Kursi perak sialan itu! Aku langsung ingat bahwa aku dalam proyeksi sekarang.

Jadi inikah simulasi pertamanya?

Anak-anak muda yang ternyata tengah mabuk itu tidak menoleh padaku sama sekali. Aku mencoba bersuara, bahkan berteriak, tapi mereka tidak mendengar. Aku juga ikut duduk di tengah mereka. Benar saja. Mereka tidak bisa melihatku. Berarti aku invisible, ya?

Aku bangkit mengitari taman. Entah apa yang harus kulakukan disini. Kemudian aku melihat sosok wanita mungil yang kukenali. Christelle, duduk di bangku taman sendirian, memakai gaun merah dengan cardigan putih. Aku mendekatinya dan menemukan bahwa dia sedang menangis.

"Christelle?" Suaraku menggema lagi, namun tak lebih dari semilir angin belaka yang tidak bisa didengarnya.

Aku duduk disamping wanita ini, melihatnya memegang ponsel yang menampakkan foto seorang pria. Sepertinya Christelle menangisi pria dalam foto. Lalu kulihat dia mengambil korek, menyala-matikan korek itu sambil menatap bengis kearah salah satu ruko. Di kejauhan, ruko itu baru saja ditutup oleh seorang pria berpostur tinggi. Ketika pria itu berbalik dan merangkul wanita di belakangnya untuk pergi, aku sadar wajahnya persis sama dengan pria di foto. Perlahan, tangis Christelle berhenti dan wajahnya berubah datar, lalu dia bangkit.

Christelle bergegas keluar dari taman. Aku mengikutinya. Jalannya cepat sekali, penuh emosi. Dia menyeberang ke deretan ruko, kemudian memasuki salah satu gang, berbelok ke jalan dibelakang deretan ruko, kemudian berhenti tepat di pintu belakang salah satu ruko. Entah ruko milik siapa, tapi Christelle mengambil kunci dan membukanya. Dia masuk pelan-pelan tanpa suara. Dari sini aku bisa melihat sebuah meja kasir dan rak-rak penuh CD. Barulah aku sadar ruko ini adalah sebuah toko musik.

Christelle menaiki tangga, aku langsung mengekor. Didobraknya salah satu pintu dan masuk ke dalamnya. Ternyata kamar. Lalu aku melihat foto-foto yang dipajang di dinding kamar ini. Selain poster-poster musisi, ada juga deretan polaroid yang menunjukkan wajah Christelle dengan seorang pria. Mereka berdua tampak begitu mesra.

Tunggu, ini pria di ponsel Christelle itu, yang tadi menutup ruko dan pergi dengan wanita lain.

Berarti ini ruko milik pria itu?

"BERENGSEK!"

Aku terkejut saat Christelle mengumpat ke salah satu foto. Dia menggeram dan mengepalkan tangannya. Foto yang dipandanginya ternyata adalah foto polaroid seorang wanita —bukan dirinya— yang hanya mengenakan pakaian dalam.

"Ini benar-benar pengkhianatan keji. Benar, Jake? Setelah semua yang telah kuberikan padamu?" Lirih Christelle. Aku masih belum mengerti pria itu pacarnya atau bukan. Sepertinya, iya.

"Aku mencintaimu sampai bodoh dan kau malah bermain dengan jalang ini?"

Oh, berarti pria itu pacarnya. Jake.

"Baiklah, aku terima ini."

Christelle turun kebawah menuju dapur. Wanita mungil itu mengambil botol-botol dan menyiramkan isi botol itu ke sekeliling ruangan. Dari baunya aku dapat menduga itu minyak tanah. Lalu dia keluar, aku masih mengikutinya. Christelle menyalakan korek, tanpa pikir panjang melempar korek itu ke ceceran minyak tanah. Otomatis muncul api yang merambat sampai ke ruang depan.

Langsung saja Christelle berlari pergi. Sambil terus mengikutinya aku melihat ruko itu terbakar. Shock.

Apa yang telah dilakukan wanita ini?

The Ardont SyndromeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora