Arief merupakan tipikal orang supel yang suka bercanda dan sangat aktif. Setelah minggu ke minggu akhirnya kami semua saling mengenal satu sama lain, Arief mulai dekat dengan saya dan teman-teman saya yang lain. Arief merupakan orang yang cerdas, pintar melucu dan leluconnya pasti mengundang tawa.
Ada satu lelucon Arief yang hingga sekarang kalau saya ingat-ingat rasanya ingin tertawa. Dulu, kami punya guru bahasa inggris namanya Miss Maryani. Dia memiliki pengucapan bahasa inggris seperti kebanyakan guru senior (tua) bahasa inggris di sekolah negeri lainnya. Bukan bermaksud sombong, tetapi memang pelafalan dan pengucapan bahasa inggris kami (murid-murid) lebih baik daripada yang ia punya. Arief si Tukang Bully kali ini tidak hanya mem-bully Adrian si classmate, tetapi juga Miss Maryani. Leluconnya berupa jingle dari iklan minuman yang dipelesetkan sebagaimana pernah saya ceritakan di chapter sebelumnya, Troll.
Kali ini, saya akan menceritakan lelucon Arief sesaat setelah istirahat dari insiden Pak Tama di kelas 7. Kali itu, pelajaran PKn. PKn merupakan pelajaran yang saya suka, karena mudah dan ibu saya adalah seorang guru PKN jadi saya tidak menemukan banyak kesulitan di mata pelajaran ini. Hari itu, Bu Wati guru PKn kami tidak datang ke kelas. Kami tidak tahu kenapa. Seingat saya, masa-masa kelas 7 saya habiskan dengan freetime (ketidakhadiran guru dalam kelas) hampir setiap hari dan hampir setiap saat. Jadi, kami murid-murid menghabiskan jam pelajaran dengan mengobrol dan bercanda. Dan, kompor dari semua guyonan adalah, Arief.
"Lia, Gua laper nih." Kata temanku, Vira.
"Sama Gue juga, mau turun makan tapi bosen makanannya itu-itu aja." Jawabku.
"Eh gila kali ya lo, inikan masih jam pelajaran masa turun. Belom istirahat, Vir, Li." Kata Nadine, temanku yang lain.
Setelah berminggu-minggu berada di kelas ini, akhirnya saya memiliki beberapa teman akrab yang kemudian menjadi sangat dekat. Kami menamai group kami "Lima Ayam" atau singkatnya, "Mayam". Anggota kami antara lain, Saya (Lia), Ilen, Nadine, Vira, dan Aurel. Mungkin terkesan seperti geng. Tapi tidak, kami jauh dari kata keren seperti yang ada di film-film. Kami hanya sekelompok anak aneh yang memiliki beberapa kesamaan, dan kebetulan bertemu di kelas yang sama, 74.
Jam kosong + Laper = Bete level cepe.
Arief yang berada di sekeliling kami nampaknya prihatin dengan kondisi kami. Keprihatinannya tersebut kemudian membuahkan suatu ide konyol yang sampai sekarang masih saya ingat. Kebosanan tersebut memotivasinya melakukan hal yang sangat bodoh menurut saya. Dia mencairkan kebosanan kami dengan cara yang sangat unik.
He made a call to a Telkomsel operator.
Stupid, I know.
Ngapain coba nelfon operator?
Pulsa abis,
Gunanya gak ada.
But, we were bored.
And he was too.
So, he did it.
"Asemlekum, sa iki Paijo. Mau lapor ada tower nih yak di daerah Cengkareng kebbakar tadi malem. Meledak dwar sinyale kurang kreng." Lapornya.
Kami tidak pernah tahu apa yang kemudian operator itu katakan, namun sepertinya dia meminta kronologis akan karangan yang dibuat Arief.
"Yak. Jaddi, tadi malem ada petir. Tower'e kesamber. Kebbakar, terus ASTABILOH.. meledak!!" Cara bicara Arief yang seperti itu, dan ekspresinya yang sebegitu meyakinkan berhasil memecahkan tawa kami berlima. Tak hanya berhasil memecahkan tawa kami, namun juga berhasil meyakinkan si operator tadi.
Arief menaruh handphonenya sebentar, dan menutup handphonenya.
"Weh gimana nih, dia minta alamat towernya???" Kata Arief panik.
Kami semua hanya tertawa melihat ekspresi wajahnya. Wajahnya menjadi merah. Antara tawa dan khawatir atau campuran dari keduanya.
Dia pun membuat keputusannya sendiri.
Keputusan yang cepat.
Sangat cepat.
Saya salut.
Saya rasa, jika kita taruh Arief di posisi sekarang dimana ia harus menentukan keputusan yang cepat, dia tidak akan bisa.
Dia matikan telfonnya.
Dan selama pelajaran berlangsung, operatornya terus menghubunginya.
And that keeps us laughing 'til the end of the class.
YOU ARE READING
Halfway
Teen FictionKisah ini merupakan kisah pribadi yang seseorang alami. Tentang manisnya cinta pertama, dan perihnya patah hati. Tentang kehidupan di Sekolah Menengah Pertama. Tentang pertemanan, tentang anak laki-laki, dan tentang lelucon. Halfway diambil dar...