Pak Tama adalah guru fisika kami. Hal pertama yang terpintas di pikiran saya ketika menyebut namanya dan mengingat lagi tentang dirinya adalah, cara dia memakai kacamata. Seperti guru senior pada umumnya, tetapi begitu diaplikasikan di wajahnya terlihat sangat khas, dan beda dari guru yang lain. Caranya sangat klasik, dan sangat sederhana. Dia hanya menggantungkan kacamatanya di hidungnya, padahal hidungnya tidak mancung. He thought that he looks fine. Well, he's okay... Hahahahahaha
Setelah berada di sekolah ini selama beberapa bulan, terdengar gossip-gossip dari kakak kelas perempuan tentang Pak Tama. Well, this might sounded like gossip yang biasanya dilontarkan murid-murid ke guru olahraga. Guys, you must know what this leads to, right?
Yes, gossips that Pak Tama is a perverted.
Tetapi, tidak hanya kakak kelas perempuan yang membuat statement seperti itu. Tetangga kami, maksudnya, anak kelas lain, teman seangkatan kami, juga berpendapat sedemikian.
Me too.
Dia punya cara "salim" yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan guru-guru yang lainnya. Dan cara "salim" ini hanya berlaku bagi siswi perempuan. Mau tahu bagaimana cara salimnya?
Dia meremas tangan kami,
Dan dia biarkan tangan kami bersentuhan dengan tangannya dalam waktu yang cukup lama untuk kategori orang yang bersalaman.
Pernah satu waktu, Saya, Ilen, Nadine, Vira, dan Aurel membahas masalah satu ini saat istirahat. Dan tentu, ada Arief dan temannya di sekeliling kami. Anak laki-laki pasti tertarik apabila diajak untuk membahas masalah yang satu ini. Jujur, saat itu kami tidak mengajak anak laki-laki untuk membahas masalah satu ini. Mereka main ikut-ikut saja.
"Ah, serius lu diremes tangannya?" Tanya Rafi.
"Iya Fi. Lia lu digituin juga kan?" Tanya Vira denganku.
"Iya Vir, Gue denger-denger anak cewek kelas lain juga digituin.." Kataku.
"Ada-ada aja nih emang si Pak Tama." Kata Ilen.
"Lu gak tau fi?, Kalo kita lagi dikasih tugas kan dia diem aja tuh di depan laptop. Gua pernah liat dia naro tangannya di –itunya.." Kata Hanan.
"Ih Gila lo! Masa sih?" Kata Nadine.
"Iya, serius.. Gua pernah liat." Kata Hanan.
"Ngapain ya dia begitu?? Pas ngajar lagi..." Kataku heran.
"Au.. gatel kali.." Kata Hanan.
Kami pun tertawa dan membayangkan wajah Pak Tama. Lucu juga ya.. Orang yang sudah tua.. Guru lagi.. Saya sendiri belum pernah liat Pak Tama begitu.. Tapi memang keliatan dari gelagatnya kalau dia memang genit.
"Gua juga pernah liat weh, pas gue lagi izin keluar sama Rafi mau ke toilet. Kan dia lagi kayak merem gitu.. Gua kira dia tidur, taunya enggak. Dia lagi ngeliat laptop.. Eh pas gue liat laptop, masa dia lagi nonton gituan.." Kata Arief. Ekstrim..
"Astagfirullah..." Sontak kami semua nyebut.
"Ah serius lu rip?, Kok Gua gak nyadar dah.." Kata Rafi.
"Ye lu khan pendek pi..." Kata Arief.
Kami pun tertawa lagi.. Rasanya jahat memang membuat lelucon tentang guru. Tetapi sungguh mengasyikkan. Kalau gurunya gak tahu...
"Hahahaha iya rip, Gua pernah denger tuh dari si Faiz anak 77!" Kata Hanan.
"Wajar sih laki-laki.." Kata Rafi.
Kami pun setuju dengan pernyataan Rafi dan menganggap maklum akan perilaku Pak Tama tersebut.
Tetapi, tiba-tiba Saya celoteh,
"Mmm, nggak juga deh kayaknya. Buktinya, dia kalau ke sekolah naik vario warna pink."
HAHAHAHAHAHAHA
Kami semua pun tertawa.
What a mean, and lovely day.
Adrian senang hari itu sepertinya,
Karena hari itu hari bebas bully baginya.
Alasannya coba kenapa??
Hahahaha,
Simply, karena kami sudah puas ghibahin Pak Tama.
Hehehehehe,
Maaf Pak Tama..
YOU ARE READING
Halfway
Teen FictionKisah ini merupakan kisah pribadi yang seseorang alami. Tentang manisnya cinta pertama, dan perihnya patah hati. Tentang kehidupan di Sekolah Menengah Pertama. Tentang pertemanan, tentang anak laki-laki, dan tentang lelucon. Halfway diambil dar...