Lagu A Thousand Miles dari Vanessa Carlton ini menarik saya kembali ke memori saya 3 tahun yang lalu. Tahun itu merupakan tahun pertama saya di Sekolah Menengah. Rasanya lega sekali tahun itu. Teman-teman saya mungkin terbebani dengan ketakutan akan nilai yang kurang cukup untuk melanjutkan ke sekolah selanjutnya, tetapi saya tidak. Tidak sama sekali. Liburan sekolah akhir ujian nasional rasanya begitu menyenangkan. Saya menghabiskan sepanjang waktu membaca novel-novel klasik yang memanjakan imajinasi seorang gadis berusia 11 tahun. Rasanya nikmat. Bila dibandingkan dengan diri saya yang sekarang, saya tidak akan tahan membaca buku walau lima menit saja.
"Kak, gak disiapin barang-barang buat besok??" Kata seorang wanita paling cerewet yang setiap hari bermasalah dengan saya. Yes! Dia ibu saya.
Hari itu hari sebelum hari pertama MOPDB dimulai. Hari Jum'at sebelum itu kami para calon murid kelas 7 sudah datang ke sekolah. Hari itu, kami hanya diberitahukan kelas, berkenalan dengan kakak kelas yang meng-ospek dan diberitahukan peralatan apa saja yang harus dibawa besok. Everything must be perfect. Semua harus dibawa, karena kalau tidak. Kami akan dikerjai. Dan satu hal mengenai hal yang harus dibawa, semuanya berupa teka-teki yang membingungkan dan sulit ditebak. Saya lupa akan apa saja yang harus dibawa. Yang jelas, by that time I didn't miss a thing, and I never guess anything wrong.
"Udah bu! Aku udah beli karton sama tali rapia tinggal foto ajanih." Jawabku sambil baca novel.
"Foto? Foto apa kak?" Tanya Ibuku.
"Kalo gak salah sih, sama tukang jualan bebas. Tukang apa aja boleh. Tapi harus pake baju putih-merah." Kataku, menutup novel dan berganti baju.
"Yakin kamu itu aja?" Tanya Ibuku lagi.
"Ya. Terus fotonya ditempel di karton kuning terus dikalungin pake tali rapia." Kataku yang sudah siap.
"Gak mau tanya temen mu kak biar gak salah?" Tanya ibuku memastikan.
"Mau tanya siapa bu?, kan aku belum punya temen baru disana. Temen SDku kan gak ada yang lanjut sekolah disana." Kataku.
Ya. Memang tidak ada seorangpun dari sekolah saya sebelumnya yang melanjutkan sekolah disana. Bukan karena sekolah ini tidak bagus. Faktanya, sekolah saya ini dulunya RSBI. Tetapi, sekolah saya ini letaknya di Jakarta. Sedangkan, sekolah saya sebelumnya berada di Kota Tangerang. Jadi, tidak ada temanku yang melanjutkan bersekolah disini. Mungkin karena alasan jauhnya jarak antara sekolah dan rumah.
Alhasil hari itupun saya pergi diantar ibu untuk foto. Kebetulan, hari itu Bulan Ramadhan jadi saya pergi sekalian ibu cari bukaan di jalan. Saya pun berfoto dengan gerobak gorengan dan ibu penjualnya. Sesampai di rumah saya menempelkan foto tersebut ke karton yang sudah saya beli dan mengalungkannya dengan tali rapia. Saya menyiapkan semua yang harus dibawa esok hari. Dan saya pun siap datang ke sekolah baru.
Hari pertama masuk sekolah. Hari Senin. Dan, Senin pagi kota Jakarta sangatlah khas. PENUH. Dan MACET. Hari itupun, di hari pertama saya masuk Sekolah Menengah Pertama saya terlambat. Untungnya, satpam sekolah saya dulu sangat toleran dan memaklumi saya yang masih kelas 7 dan mengijinkan saya masuk dan langsung bergabung dengan peserta upacara pembukaan MOPDB lainnya.
Upacaranya berlangsung seperti upacara pada umumnya, namun berbeda dengan upacara yang ada saat saya masih di Sekolah Dasar. Di SMP saya ini, terdapat PASKIBRA yang berbaris, banyak, bagus, keren, rapi, dan teratur. Di SD saya, pengibar bendera hanyalah tiga orang murid yang sangat biasa saja. Bahasa pengantar upacara di SMP saya ini juga menggunakan dua bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Selain itu, paduan suara saat upacara juga diiringi alunan musik yang dimainkan oleh guru seni musik kami yang membuat suasana upacara makin menenangkan dan khidmat.
YOU ARE READING
Halfway
Novela JuvenilKisah ini merupakan kisah pribadi yang seseorang alami. Tentang manisnya cinta pertama, dan perihnya patah hati. Tentang kehidupan di Sekolah Menengah Pertama. Tentang pertemanan, tentang anak laki-laki, dan tentang lelucon. Halfway diambil dar...