Bagian 1

97 8 1
                                    

Author Point Of View

Seorang anak kecil yang dipanggil dengan nama Emily Laurent, duduk sendiri dibawah pohon maple. Tubuh mungilnya hanya terbalut gaun putih berlengan. Angin kencang dengan rintikan air hujan cukup membuat tubuh gadis itu kedinginan. Air matanya terus mengalir bercampur air hujan. Menangis dibawah hujan adalah alternatif agar tidak ada yang tahu kalau kau sedang menangis bukan? Begitu pula yang dipikirkan gadis berusia sepuluh tahun ini.

Isakan tangisnya kalah dengan pecahan petir yang menemaninya. Dirinya tak sadar ada pemuda berpakaian serba hitam menghampirinya. Tangan kanan pemuda itu memegang gagang payung.

Pemuda itu terduduk didepan Emily, Emily yang merasa air hujan sudah tidak menghujami tubuhnya yang terasa menggigil mendongak melihat wajah pemuda itu.

Pemuda itu tersenyum manis padanya, "Jangan main air hujan, Athena."

Emily berkerut dan menyipitkan matanya, ia mengamati sosok pemuda tersebut yang memanggilnya dengan nama Athena. Wajahnya putih pucat dan bibirnya merah. Rambut hitam cepaknya sedikit menutupi sebelah matanya.

"Kau siapa?"

Pemuda itu menggendong tubuh mungil Emily dan membawanya ketempat yang lebih teduh. Emily memperhatikan wajah pemuda itu dengan saksama.

Pemuda itu menurunkan tubuh Emily, "Aku Stefano."

Pemuda yang dikenal dengan nama Stefano itu mengusap kedua pipi Emily, "tapi aku tidak mengenalimu."

Ucapan polos Emily membuatnya tersenyum, "Tapi sekarang kau mengenaliku."

Emily mengangguk lemah.

"Kenapa kau menangis?"

Emily menunduk membuat air matanya kembali jatuh, "Ayah memukulku dan ibuku. Dia katanya sangat membenciku."

Pemuda itu mensejajarkan tinggi badannya dengan Emily. Kedua lututnya menyentuh tanah dan tangannya memegang kedua pundak Emily.

"Dimana rumahmu?"

"Diujung jalan ini."

Stefano terdiam sejenak. Sentuhan tangan Emily menjalar ditulang pipinya membuatnya menatap Emily dalam.

"Apa kau sedang sakit?"

Jemari Emily merasa badan Stefano sedingin es.

"Tidak. Mungkin karena kau kehujanan jadi tanganmu yang dingin."

Emily menjauhkan tangannya dan tersenyum, "Kau benar."

"Hujannya sudah reda, lebih baik kau pulang sekarang. Ibumu sepertinya akan mencarimu."

Emily mengangguk dan berbalik meninggalkan Stefano yang masih melihatnya.

Sepanjang jalan Emily memikirkan tentang ayahnya. Sampai kapan dia akan memukulinya dan ibunya? Dulu ayahnya sangat menyayanginya, tapi sekarang bahkan membelainya pun tak pernah dilakukan.

Langkah Emily tinggal beberapa meter lagi namun Emily menghentikan langkahnya tiba-tiba melihat Ibunya berlari kearahnya.

"Emily!"

Menyadari ada sesuatu yang baru saja terjadi, Emily berlari menghampiri ibunya. Emily langsung merasakan ibunya memeluknya sangat erat.

"Ibu, ada apa?"

Alice melepaskan pelukannya, dirinya mengecek keadaan Emily dari ujung kepala hingga ujung kakinya, "Kau.. Kau tidak apa-apa kan?".

Emily merasa aneh dengan ibunya, "Ibu, apa yang terjadi?".

He ISN'T The VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang