Bagian 4

73 4 0
                                    

Happy Enjoying ^-^


Hari berlalu begitu cepat. Stefano memang sangat dengan baik merawat Emily menjadi gadis yang cantik. Sudah sembilan tahun Stefano merawatnya. Pergi malam dan pulang pagi dengan setumpuk makanan, hingga membuat Emily menganggapnya seperti keluarganya sendiri.

Emily Laurent, menjadi gadis cantik yang polos. Meskipun Stefano melarangnya untuk keluar bermain namun untungnya Stefano mengijinkannya keluar hanya untuk bersekolah. Menjadi salah satu mahasiswi teladan di Huwai University membuatnya merasa senang. Seperti sekarang ini, meskipun Stefano terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan diluar tanpa Emily tahu pekerjaannya, dia masih menyempatkan waktu untuk mengantar dan menjemputnya.

Emily sedang duduk dimeja makan untuk menikmati sarapannya. mendengar deru langkah mendekatinya, dia tersenyum tipis.

"Kau makan apa?"

Emily melihat Stefano sedang berdiri disampingnya dengan segelas air putih ditangan kanannya.

"Hanya roti. Apa kau ingin sarapan? Biar aku buatkan makanan untukmu."

Stefano tersenyum dan menggeleng, "Tidak usah. Aku sudah makan. Aku tunggu dimobil."

Emily mengangguk dan melihat Stefano berbalik lalu pergi keluar rumah. Terkadang Emily merasa sedih karena tidak pernah menikmati makan satu meja dengan Stefano. Dia selalu menolak jika diajak makan oleh Emily, Emily seperti melihat Stefano hanya minum air putih saja. Apa dia hidup hanya dengan minum air putih? Pertanyaan konyol itu selalu hinggap diotak Emily. Bagaimana tidak? Stefano merawat Emily sejak usianya sepuluh tahun sampai sekarang sudah sembilan belas tahun namun wajah dan postur tubuh Stefano tak berubah sedikitpun. Dengan kata lain Stefano mengidap penyakit awet muda. Emily hanya menghela nafas ketika pikiran itu selalu berputar-putar diotaknya, pernah sekali Emily bertanya hal itu namun justru membuat Stefano marah padanya dan mengacuhkannya selama hampir tiga hari. Setelah kejadian itu, Emily takut Stefano akan marah lagi padanya dan dia tidak pernah menanyakan perihal itu lagi.

Merasa ritual sarapan paginya sudah selesai, Emily berjalan keluar menuju mobil berwarna putih milik Stefano. Dia duduk disamping Stefano yang mengemudikan mobilnya. Stefano pun menjalankan mesin dan melajukan mobilnya keluar dari jalanan ditengah hutan ini.
Stefano sengaja membawa Emily jauh dari kehidupan perkotaan. Stefano hanya tidak ingin Emily pergi darinya. Sepanjang jalan mereka terdiam, Emily melihat jalanan kota yang hanya dia nikmati saat menuju kampusnya.

"Nanti malam aku ingin pergi denganmu."

Emily menoleh mendengar Stefano berbicara padanya.

"Pergi kemana?".

"Hanya jalan-jalan saja. Kau mau kan?".

Emily tersenyum dan mengangguk. Tidak mungkin Emily akan menolak permintaan Stefano. Apa Emily menyukainya? Anggap saja iya. Setiap gadis yang melihat Stefano pasti akan menyukainya, sama seperti Selly, teman kampus Emily. Dia selalu menanyakan perihal Stefano.
Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, akhirnya mobil Stefano memasuki pekarangan kampus.
Emily keluar dari mobilnya setelah Stefano menghentikan mobilnya.
Emily berjalan mengitari mobil dan melihat Stefano membuka kaca mobilnya.

"Aku akan menjemputmu."

Emily kembali tersenyum dan mengangguk. Setelah itu Emily berjalan masuk kekampusnya.
Stefano hampir menjalankan mesin mobilnya dan kembali melihat Emily.
Pandangan matanya menajam melihat seorang lelaki berjalan menghampirinya dan merangkulnya.
Rahangnya mengeras melihat pemandangan itu. Tidak ada yang boleh mengganggu Emily-nya. Apalagi menyentuhnya dengan tangan kotornya.

Stefano tersenyum miring, "Nanti malam kau akan jadi mangsaku, bocah."

Lalu Stefano kembali menyalakan mesin dan keluar dari pekarangan kampus dengan mobilnya.

He ISN'T The VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang