6. Perasaan apa ini?

521 34 3
                                    

Hari ini aldira kembali masuk kesekolah, aldira berangkat bersama kakanya, aldrin.
Saat turun dari mobil lamborghini hijau aldrin, banyak pasang mata, melihat ke arah aldira sambil berbisik-bisik.

Tepat saat aldira berjalan beriringan dengan aldrin, dia menunduk. Tak sengaja badannya menubruk seseorang. Saat mendongak matanya terlonjak kaget.

"Maaf" ujar aldira lalu pergi, tak di sangka tangannya dicekal oleh seseorang tersebut.

"Lo gak salah, harusnya gue yang minta maaf, karena gue.. katanya lo masuk rumah sakit." albian menampilkan wajah datarnya, bersikap setenang mungkin.

"Gak, bukan salah lo" lagi. Aldira pergi dari hadapan albian.

Albian sendiri merutuki kebodohannya, bagaimana bisa seorang albian, penguasa sekolah. meminta maaf kepada aldira, yang albian sendiri tidak tahu latar belakang keluarganya.

Semalaman penuh albian memikirkan kabar aldira, bagaimana kondisi perempuan itu. Perempuan yang ia buat jatuh sakit. Entah perasaan apa ini?  dia peduli. Dia benar-benar merasa bersalah terhadap aldira.

**

Lagi-lagi albian selalu melamun saat pelajaran dimulai, sampai pelajaran itu sendiri berakhir. Sejak pagi alvyn tidak sedikitpun menyapa albian, membuat albian merasa bersalah, ingin menyapa, tapi karena rasa egoismenya. dia urungkan niatnya tersebut.

"Nyuri pandang mulu, ada yang mau lo omongin" tanya alvyn menatap teman disampingnya kemudian, dengan wajah datarnya. "Nggak munggkin 'kan lo mandang gue, karna lo tertarik sama gue?" Lanjut alvyn dengan senyum gelinya.

Albian membulatkan pupil matanya "Najis, gue suka sama lo. Masih normal kali gue"elak albian mentah-mentah, sambil menarik kepalanya kebelakang. karena tidak setuju atas penuturan alvyn

"Kirain lo, jeruk makan jeruk." lagi. Alvyn tertawa geli, sedangkan albian hanya bergidik ngeri, seolah jijik melihat perlakuan temannya.

Keadaan berubah menjadi hening, karena di kelaspun cuma ada mereka berdua. Tanpa edrick dan robbi, yang sedari bel istirahat sudah kekantin terlebih dahulu.

Dengan ragu albian bertanya kepada alvyn "Vyn, si Aldira itu.. cewek lo?" Tanya albian gugup.

Sebelum menjawab alvyn tertawa geli tanpa suara sambil menggeleng tidak beraturan arah "Bukan, Gue cuma kangen adek bungsu gue.. Dan gue udah anggep dia kaya adek gue sendiri" alvyn menepuk pundak albian "kalo suka, ya. Deketin aja"

"Ngg.. enggak. Gue gak suka, cuma nanya aja. Ko lo manggil dia dengan sebutan 'sayang'" 

"'Kan gue udah bilang, kalo gue udah anggep dia sebagai adek gue. Gue kangen adize. Apa ada yang salah?" Alvyn menghempaskan nafas kasar lalu bangkit "udah lah bro, gue laper mau ke kantin dulu" alvyn mengelus perutnya sambil memasang wajah melas. Lalu pergi.

Albian sendiri merasa aneh, dengan apa yang sekarang ia rasakan, apa benar ini rasa suka terhadap aldira?. Tapi itu tidak mungkin, bagi albian sendiri. Cinta itu hanya main-main dan kepuasan. Tidak ada cinta datang tiba-tiba atau cinta sejati.

Albian merasa jengah dengan dirinya sendiri. Cinta pertamanya hanya inasya. Dan tetap dia selamanya. Bukan aldira ataupun orang lain.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, lima menit yang lalu. Karena takut kejadian tiga hari yang lalu, kembali terulang menimpalinya. Aldirapun segera bangkit dari duduk. Saat ingin keluar, tepat di depan pintu kelas, sesuatu serasa terinjak oleh kakinya.

Aldira menunduk, mendapati post-it. Diambilnya post-it berwarna pink tersebut. Kemudian ia baca secara seksama.

To : Aldira Melladize D.

Love In High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang