9. Baper

394 22 4
                                    

Malam kepulanagan Albian dari rumah keluarga Decker, berujung pada rasa penasaran. Apa benar itu Aldira? Apa benar apa yang diucapkan robbi, bahwa ia sudah sudah mulai menyukai gadis itu.

Aldira memang cantik!
Tapi niatnya bukan untuk menyukai gadis itu. Niatnya hanya main-main saja. Tanpa harus terjerat cinta tiba-tiba seperti ini.

Perlakuan ketiga sahabatnya tadi, membuat albian memikirkan sosok lain dari gadis itu.
-Cantik, imut, lucu, berkelas- begitulah deskripsi yang dilanturkan untuk aldira oleh albian.

Jam dinding yang bertengker diatas pintu kamar, membuat albian terpikir sesuatu. Apa harus dia mencari tahu siapa keluarga Aldira?.
Pukul setengah sebelas, ia memutuskan mengirim pesan pada Aldira.

To : Aldira
Udah tidur belum?

Sent

Dengan tangan yang sudah keringat dingin, albian menunggu balasan pesan dari aldira. Albian sangat berharap aldira membalasnya. Semoga saja. Doanya

Lima menit kemudia notifikasi ponsel albian berbunyi. Dengan gerak secepat albian mengambil ponsel yang berada di atas nakas tersebut

Alvyn : Dompet lo ketinggalan di rumah gue!

Sial! Ternyata dari alvyn. Gerutu albian yang tak kunjung mendapat balasan dari aldira, kenapa hatinya jadi gelisah gini ya? Albian merasa dihatinya ada yang tidak beres.

Satu menit,dua menit, tiga menit!
Tingg!

Suara notifikasi ponsel albian kembali berbunyi, kali ini dengan gerakan malas albian mengambil ponselnya yang diatas nakas.
Dilihatnya nama sipengirim pesan itu. Matanya terbelalak, saat nama aldira tertera disana. Sepuluh menit aldira tak membalas, akhirnya membalas juga.

Dengan cepat albian membuka pesan tersebut.

Aldira : Belum, Baru aja habis makan.

Ternyata habis makan. Kirain habis apa? Tanpa sadar albian speechless.

Albian : Gue miss you!

****

Malam ini tidak ada yang tahu aku pulang, malang memang nasibku ini..

Brougwk

Oh, itu suara perutku, tampaknya aku sangat lapar, apa diluar semua tamu sudah pulang? Apa bisa sekarang juga aku keluar.

Oh yaampun, tidak enak dalam posisi seperti ini. Tidak ada yang tahu siapa aku ini.

Kubuka perlahan pintu kamarku, saat knop sudah terbuka.

"Aldira" sontak aku kaget, saat aku mendongak.

Oh syukurlah itu kak Aldrin, kuelus dadaku, dan tersenyum pada kakaku itu

"Iya ka ada apa?" Tanya kemudian keluar dari kamar dan menutup pintu kamar.

"Mau kemana? Kapan pulang? Tadi yang di jendela itu, lo?" Pertanyaan serentetan aldrin membuatku memutarkan bola mata malas.

"Kebiasaan! Cerewet! Kaya mama!" Kataku dengan nada agak membentak

"Seperti ada yang membicarakan mama?" Seorang wanita berjalan tampa mendongak sambil merapikan bajunya.

Aku menaikan alisku kehadapan aldrin, kebiasaan ibu-ibu itu -mamaku- kalo jalan matanya gak di pake.

Saat dia sudah sampai dihadapan aku dan kakaku, barulah kepalanya mendongak. Dengan repleks dia membuka mulutnya membentuk huruf O , dan mengangkat tangannya bagai maling tertangkap polisi.

Love In High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang