8. Acara keluarga

419 29 6
                                    

Malam yang cerah, ditemani bintang tak lupa pula bulan sabit. udara yang menyeruak masuk kedalam tubuh. gadis cantik, aldira. sedang melajukan mobil kesayangannya ke pekarangan rumah keluarga Decker. Seperti yang dilihat, rumah itu cukup ramai, pasalnya di pekarangan banyak mobil-mobil mewah.

dilangkahkan kakinya menuju pintu utama, pintu dimana semua bagian rumah dapat kulihat.

"Assalamualaikum" ucapku terdengar kesegala penjuru rumah.

"Walaikumsalam. Non,"jawab sibibi, salah satu asisten rumah tangga dirumah orangtuaku.
"Papa sama Mama mana, Bi?"

"Tuan dan Nyonya sedang kedatangan tamu. Non! mereka semua ada di taman belakang, bersama Non Aldrin, dan Den Alvyn juga!" ujar bibi menampilkan senyum manisnya.
bibi ini tidak terlalu tua, tidak terlalu muda juga. umur bibi dan mama mungkin setara.

"Siapa bi, Bibi kenal?" tanyaku penasaran.

"Bibi tidak kenal, Non! hanya tadi bibi sekilas mendengar, keluarga Thew,Thew gitu, Non!" Mata aldira sukses terbelalak ketika si bibi, menyebut keluarga Thew. karena mungkin maksud si bibi adalah keluarga Matthew

"Maksud bibi. Matthew??" Bibi mengangguk, nafas aldira sudah seperti tercekat, dilihat ada seorang laki-laki sedang berjalan kearahnya, dan aldira tahu siapa dia, dia? albian!.

Dengan langkah seribu, aldira berlari kearah tirai, bersembunyi agar dirinya tidak terlihat oleh laki-laki itu. "Lho, Non. kenapa lari toh" bibi bertanya sambil memandang kearah aldira yang bersembunyi. diletakan jari telunjuk aldira didepan bibirnya itu. tangan sebelahnya, aldira pakai untuk mengibaskan tangannya, pertanda jangan melihat arahnya.

"Ada apa, Bi?" tanya albian sambil menepuk pundak bibi.
Dari balik tirai, aldira memanjatkan doa, agar bibi tidak bicara apapun perihalnya. lantaran aldira takut, jati dirinya terbongkar disaat yang tidak tepat.

"Eh, Den Rian. Ada apa ya? Den,?" Tarik nafas, buang. Tarik nafas, buang. Yaitulah yang sekarang aldira lakukan dibalik tirai mewah rumah orangtuanya.

"Bian, Bi." Koreksinya "Eh, iya-iya. Den Bian. Ada apa?" Tanya bibi kemudian.

"Bibi lagi lihat apa?"
Deg. Kembali aldira merasa jantungnya akan copot sekarang juga. 'Tuhan bantu dira.' Begitulah yang diucapkannya sekarang

"Itu tadi.." Aldira terus menempelkan jari telunjuk dibibir sambil memejamkan mata, dilihat albian mengikuti arah pandang bibi "ada kucing" jawab bibi cepat, membuat albian mengalihkan penglihatannnya ke bibi.

Albian hanya ber-oh-ria, "kirain saya ada apa, Bi!" Dari balik tirai aldira mengelus dadanya. Mengucapkan syukurnya pada tuhan.

"Den Albian, Ada apa? Toh" tanya bibi mengalihkan pembicaraan.
"Saya mau ambil camilan Alvyn bi, didalam kulkas"

Bibi menghempaskan nafas tenang "Udah biar nanti bibi yang bawakan, Den! Den Albian balik lagi aja kesana!" albian hanya menggangguk lalu pergi.

Setelah dilihat bahu albian menjauh, dari balik tirai aldira mengintip, lalu pelan-pelan keluar dari balik tirai. Sambil menghempaskan nafas kasar, aldira berucap "untung aja bibi gak ngomong, ada dira disitu!" Aldira langsung memeluk bibi, bibi yang kaget atas perlakuan aldira memasang wajah bingung

"Makasih ya, Bi!" Jeda "Dira ke kamar ya, Bi" Aldira langsung melangkahkan kakinya kearah tangga. yang akan membawa dirinya menuju kelantai dua. Tepat dimana kamarnya berada. Dengan hati-hati sambil celingak-celinguk aldira menaiki satu persatu anak tangga itu.

Sedangkan bibi dari arah bawah, hanya melihat anak majikannya itu dengan bingung. Ada apa sebenarnya pada anak majikannya? Satu minggu tidak pulang, pas pulang ko diam-diam. begitulah pemikiran si bibi sekarang ini.

Love In High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang