Hari kesembilan belas.
Sudah tiga hari. Selama itu, Riki duduk sendiri dengan bangku di sebelahnya yang tak berpenghuni. Kekosongan itu terasa menyedot sebagian tenaganya; apabila matanya tak sengaja menangkap kursi Anggit, dia akan termenung sebentar sebelum mengembuskan napas pelan.
Semenjak hari dimana Riki mengantar Anggit pulang, tidak ada pertukaran kabar yang terjadi di antara mereka. Riki tentu pernah berkali-kali memandang profil akun perpesanan Anggit, menimbang-nimbang untuk menanyakan keadaan. Namun, memang dirinya yang pengecut, pikiran itu tidak menjelma menjadi sebuah tindakan. Lagi pula, sepertinya Anggit enggan berhubungan dengannya lagi. Lantaran ... hari itu, mungkin?
Riki hanya sedikit-sedikit mengetahui informasi tentang Anggit dari Mera. Bahwa maag yang Anggit derita kambuh dan dehidrasi.
"Kak, kok bengong begitu, sih?" Tahu-tahu, di sampingnya sudah berbaring Niki. Cewek itu memanjangkan leher demi mengintip ponsel Riki. "Lah?"
Riki menyembunyikan ponselnya.
"Kok dilihatin aja, sih?"
"Bukan urusan lo."
"Galak amat kakakku yang ganteng ini."
"Lo nggak belajar?"
"Udah. Tinggal nonton drama, hehe. Tapi, karena aku adik yang baik, jadi aku putuskan untuk mengunjungi kakakku yang ganteng dulu."
"Yaudah, sana, pergi. Balik ke kamar lo."
"Hm, no, no. Gue jadi penasaran kenapa kakakku yang ganteng ini kelihatan galau."
"Kan udah gue bilang—"
Sebuah suara menahan kalimat Riki. Baik Riki dan Niki segera mengarahkan pandangan ke ponsel Riki yang menyala layarnya.
"Wow!"
"Berisik lo! Udah sana pergi!"
"Cie seneng di-chat duluan!"
"BUNDA, INI NIKI NGGAK BELAJAR MALAH NONTON DRAMA, BUN!"
Niki terperangah. Bergegas dia memukul bahu Riki beberapa kali sebelum meloncat dari kasur dan menghilang di balik pintu.
Tersenyum pongah, Riki kembali mengamati ponselnya. Dilihatnya pesan baru dari Anggit. Yang benar-benar di luar dugaan.
Anggitania
Riki
Lo nggak penasaran sama kabar gue gitu?Sekarang, Riki bingung hendak membalas apa.
Lama berpikir, Riki pun mengetikkan balasan.
Riki Pramudya
Apa kabar? Udah baikan?
KAMU SEDANG MEMBACA
i like it when you sleep
Short StoryMulanya Anggit tidak masalah dengan sistem pengacakan tempat duduk tiap beberapa waktu sekali. Namun, pendapatnya lantas berubah ketika ia mendapat teman sebangku yang tidak seru sama sekali. Namanya Riki dan Anggit harap satu bulan bakal cepat berl...