Dua orang guru yang sudah ada di tangga berhenti sejenak melihat Changkyun sudah mengangkat microphone-nya.
"Gujilgujilhaessdago yokhae
husnal uri dasi tto bogedoelttae
niga eolmana jalsalgo isseuljin hanbeon dugoboltenikka
gatjanheun wirol haryeogeodeun, No Thanks."Hal yang sama sekali tak diduga oleh semua orang di dalam auditorium itu pun terjadi; Changkyun memulai rap-nya. Begitu tiba-tiba, hingga para murid yang berisik mendadak diam dan memfokuskan perhatian mereka ke panggung, berusaha memastikan bahwa suara rap itu berasal dari Changkyun.
Perlahan Changkyun mulai percaya diri dan mulai memainkan tangannya untuk mengungkapkan lirik yang ia ucapkan. Seiring rap-nya, suara ketukan drum yang entah dimainkan oleh siapa mulai ikut mengiring Changkyun.
Sorakan dan ejekan, semuanya berganti menjadi tepuk tangan meriah begitu Changkyun mengakhiri rap-nya dengan menghempaskan tangan kirinya yang memegang mic ke samping tubuh, membuat matanya melihat dengan jelas seluruh orang yang tersenyum kagum padanya di ruangan itu.
Changkyun masih ingat rasanya, masih ingat setiap kebahagiaan yang muncul ia begitu ia ditawari untuk masuk dalam ekskul musik. Kebahagiaan saat orang-orang mengakui keberadaannya. Ia mulai punya teman, dan dunianya tak lagi sepi.
Changkyun kembali menyelami pikirannya. Ia sadar sebenarnya Ayahnya bukan tak setuju jika ia bermain musik, ia hanya ingin anaknya meneruskan pekerjaannya sebagai ilmuwan. Selain itu, Changkyun bisa memilih. Selama ini juga ayah Changkyun tak pernah protes jika dirinya mengikuti event-event musik, kecuali saat tahu Changkyun membolos demi mengikuti sebuah event musik hip-hop bersama dua temannya.
"Argh. Kenapa tadi aku harus marah?" Gumam Changkyun sembari menoyor kepalanya sendiri. "Menjelaskan semuanya dengan baik mungkin bisa membuat Appa mengerti keinginanku. Ya, aku harus menjelaskan semuanya! Aish, dasar Changkyun payah! Kenapa semuanya baru terpikir sekarang?"
Changkyun segera bangkit dan berlari ke tempatnya berlari menuju tempat dimana ia memarkirkan motornya. Wajahnya tampak sumringah, sekarang ia tahu apa yang harus dilakukan!
•ALL IN•
Clek.
Changkyun membuka pintu rumahnya perlahan. Matanya tak menangkap apapun kecuali kegelapan. 'Mungkin mereka sudah tidur?' Batinnya sembari menatap kamar kedua orang tuanya yang berada di lantai atas.
Ia menutup pintu rumahnya sembari sedikit tersenyum, ia membayangkan wajah bangga Eomma dan Appa-nya jika besok ia memberi kejutan dengan memasakkan sarapan untuk mereka sebagai permintaan maaf. Ya! Ia harus memberi sedikit kejutan!
Changkyun berjalan santai menuju kamarnya. Sesekali kakinya terantuk anak tangga karena suasana yang benar-benar gelap. Biasanya Changkyun tinggal sendiri bersama dua orang pembantu saat kedua orang tuanya tak pulang ke rumah, dan ia selalu membiarkan lampu rumah menyala, mungkin karena itu ia merasa agak tidak terbiasa karena malam ini orangtuanya pulang ke rumah dan mereka mematikan lampu-lampunya.
'PRANG!'
Suara benda terjatuh itu tiba-tiba mengagetkan Changkyun yang baru saja akan masuk ke dalam kamarnya. Ia sedikit tersentak, namun sedetik kemudian kembali tenang dan berpikir bahwa mungkin ada yang tidak sengaja menyambar sesuatu hingga terjatuh.
Begitu ia masuk ke dalam kamar, Changkyun kembali tersentak. Bunyi-bunyi aneh lainnya mulai muncul. Mulai dari benda jatuh hingga suara orang yang membentak. Perasaan Changkyun tidak tenang, ia memutuskan kembali keluar kamar dan memastikan sumber bunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (걸어)
Fanfiction"Balas dendam akan melahirkan balas dendam yang lebih besar dan lebih besar lagi. Balas dendam itu seperti rantai tanpa ujung. Yang harus kau lakukan adalah memutuskan rantai itu. Mengakhirinya." Kematian kedua orang tuanya membuat Lim Changkyun me...