Wajah Changkyun berlumur darah. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Sesaat ia merasa bahwa dirinya tak lagi tertahan gravitasi, namun kemudian ia merasakan kepalanya membentur sesuatu dengan keras. Ia hampir kehilangan kesadarannya. Hampir.
Sementara Jooheon, tepat di pintu balkon, berdiri disana mematung. Matanya membelalak menyaksikan pelurunya melaju cepat menembus tengkorak seseorang. Seseorang yang bukan targetnya.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Jooheon segera melompat turun dari balkon. Melarikan diri setelah menyadari satu kesalahan fatal yang dilakukannya. Dan sayangnya ia hanya punya satu peluru, yang diyakininya akan mengakhiri hidup Changkyun, tapi malah mengakhiri hidup orang lain. Jooheon pergi, tanpa sadar bahwa ia telah menjatuhkan pistolnya di balkon kamar Ji Eun.
Changkyun yang sudah membuka matanya sejak ia merasakan tubuhnya terlempar, kini hanya bisa duduk dengan wajah membeku. Matanya, yang menyaksikan semua kejadian itu dengan baik. Mata yang menyaksikan kematian Ji Eun tepat di hadapannya. Kedua mata itu bahkan tidak mampu lagi berkedip untuk beberapa saat.
Kilas balik kejadian it uterus terulang dalam kepalanya, Ji Eun yang meneriakkan namanya, dan menariknya ke belakangan hingga tubuhnya menghantam bagian tepi ranjang dan sudut nakas. Ji Eun yang mengorbankan kepalanya menjadi sasaran baru bagi peluru Jooheon.
Tubuh Ji Eun yang sedikit terpental mundur akibat tekanan peluru yang ditembakkan dari jarak dekat, membuat darahnya terpercik cukup banyak ke wajah Changkyun yang baru memahami keadaan yang terjadi.
Ji Eun menyelamatkannya.
Ji Eun menyelematkan dirinya.
Ia hanya bisa menatap Ji Eun yang terjatuh ke lantai, juga Jooheon yang pergi setelah mengetahui ia salah sasaran. Changkyun terdiam, kata-katanya hilang entah kemana.
Ji Eun masih tergeletak di lantai. Darahnya mengalir cepat di sela-sela peluru. Ia masih hidup. Di tangannya masih tergenggam ponsel, dimana Minhyuk masih terus bercerita melalui pesan suara. Ji Eun mendekatkan ponsel ke wajahnya, berusaha keras mendengar suara Minhyuk di saat-saat terakhirnya.
"Ji Eun-ah, aku tahu ini akan terasa berat. Tapi semuanya hanya sementara. Ini semua hanya untuk membujuk Hyunwoo Seonsaengnim. Setelah ia menyetujui semuanya, kau akan kembali. Dan kita akhirnya bisa menikah. Kau mengerti, kan? Sudah dulu, ya. Saranghae, Lee Ji Eun-ssi,"
Air mata Ji Eun mengalir bersamaan dengan senyum yang terukir di wajahnya, begitu mendengar perkataan Minhyuk. Sekuat tenaga, ia berusaha menekan tombol reply di layar ponselnya, "N-nado," bisiknya lemah.
Untuk terakhir kalinya, Ji Eun menatap Changkyun yang terduduk menatapnya. Ia terus menatap Changkyun hingga air mata pria itu mengalir pelan tanpa ia sadari.
"G-gomawoyo," ia tersenyum lemah dalam bisiknya. Senyum yangterus ia pertahankan, hingga matanya tak sanggup lagi membuka. Hidupnya sudah berakhir, bersamaan dengan nafas terakhir yang mampu ia hela.
"Noona... Noona. Jangan tidur disini,"
Changkyun memanggil-manggil Ji Eun, meraih tangannya yang sudah dingin. Air matanya jatuh satu persatu. Ia tak bisa menangis ataupun terisak. Air matanya jatuh begitu saja. Ia masih berusaha membangunkan Ji Eun, seolah-olah kewarasannya sudah terganggu.
"Noona palli ireona," Changkyun menangkup kedua pipi beku Ji Eun, "Aku mohon bangunlah... Noona tidak boleh bercanda seperti ini padaku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (걸어)
Fanfiction"Balas dendam akan melahirkan balas dendam yang lebih besar dan lebih besar lagi. Balas dendam itu seperti rantai tanpa ujung. Yang harus kau lakukan adalah memutuskan rantai itu. Mengakhirinya." Kematian kedua orang tuanya membuat Lim Changkyun me...