"Aku anak yang kau selamatkan dari pembully-an. Lee Jooheon."
Changkyun lalu mengalihkan pandangannya dari Jooheon, "Pergilah. Aku tak ada urusan denganmu."
"Begitukah?" Jooheon menarik uluran tangannya yang tak disambut oleh Changkyun, "Kau yakin tak butuh bantuan? Lihat dirimu. Kau lelah dan lapar. Kau yakin bisa bertahan? Sendirian?"
Changkyun mengalihkan pandangannya kembali pada Jooheon, ia menatap Jooheon tajam, "Kau?"
"Ayolah. Seluruh Seoul sudah tahu apa yang telah terjadi padamu. Perampokan, pembunuhan, kebakaran? Kau pikir ini zaman apa? Berita tentangmu sudah mengisi berbagai macam tayangan berita selama sepekan terakhir." Tutur Jooheon.
"Shit," Umpat Changkyun pelan.
"Orang yang membunuh orang tuamu akan mengincarmu juga. Kau tahu itu, kan?" Jooheon bersandar di tiang halte tepat disamping Changkyun, "Kau tak punya pilihan lain. Kau tak bisa terus bersembunyi. Kau harus melawan balik."
"Kau pikir aku sedang bersembunyi, huh? Menggelikan sekali jika harus bersembunyi dari semua baj*ngan itu." Suara Changkyun terdengar serak.
"Lalu? Kau ingin melawan mereka? Dengan keadaan seperti ini? Jangan bercanda," Ledek Jooheon telak.
Changkyun terdiam. Dalam hati ia membenarkan apa yang teman lamanya itu katakan. Melawan para penjahat itu dengan keadaannya sekarang sama saja bunuh diri.
Jooheon menghela napas sejenak, "Ikutlah denganku. Aku harus membalas utang budimu tiga tahun yang lalu."
•ALL IN•
"Putus sekolah?" Jooheon mengangguk mantap mendengar pertanyaan Changkyun.
"Ya. Setelah itu aku berhenti sekolah. Nenekku mulai sakit-sakitan dan aku juga tak bisa membayar uang sekolah lagi. Aku keluar, dan bekerja." Ucapnya di sela-sela makan,
"Bekerja? Pekerjaan apa yang bisa dikerjakan oleh seorang yang bahkan belum lulus SMU?" Changkyun spontan melirik ke arah Jooheon, menyadari ada yang salah dengan kalimatnya, "Maksudku, bukankah kau terlalu muda untuk... bekerja?"
"Memang. Kau benar. " Jooheon meletakkan sumpitnya, "Tapi pekerjaanku, tak peduli kau muda atau tua kau hanya butuh keahlian. Pekerjaan yang membuatku bisa hidup sampai sekarang."
Changkyun hanya bisa diam mendengar perkataan Jooheon. Ia mengerti bagaimana sulitnya bertahan hidup di kota sebesar Seoul. Apalagi jika hidup sebatang kara seperti Jooheon. Ia hanya melanjutkan makannya, tanpa berniat bertanya lebih jauh. Ia tak ingin menghancurkan mood Jooheon.
"Cepat selesaikan makananmu. Aku harus segera kembali. Kau bisa tinggal denganku." Perintah Jooheon. Changkyun mengangguk.
Keadaan kembali hening, mereka berdua sibuk dengan makanan masing-masing sampai akhirnya Jooheon berdiri terlebih dahulu untuk membayar semua makanan mereka. Setelah selesai, Changkyun pun ikut berdiri dan mengikuti Jooheon keluar dari kedai itu.
"Oh ya. Dulu kau pernah bilang jika kau tertinggal 2 tahun di sekolah?" Tanya Changkyun,
"Hm."
"Berarti mulai sekarang, aku harus memanggilmu hyung." Ia menyimpulkan pemikirannya, "Oh iya, Hyung, bagaimana kau tahu bahwa aku yang berada di halte tadi?"
"Aku kebetulan lewat dan melihatmu. Ku pikir aku mengenalmu jadi aku mendekat. Saat aku bisa melihatmu dengan baik, ternyata itu memang kau. Kau bisa bilang... ini takdir." Jawab Jooheon. Changkyun lalu kembali diam dan berjalan di samping hyung-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (걸어)
Fanfiction"Balas dendam akan melahirkan balas dendam yang lebih besar dan lebih besar lagi. Balas dendam itu seperti rantai tanpa ujung. Yang harus kau lakukan adalah memutuskan rantai itu. Mengakhirinya." Kematian kedua orang tuanya membuat Lim Changkyun me...