"Ya, bukankah itu menarik?" Pria berjas itu tampak asyik dengan ponselnya, "Aku memberikan penawaran lebih kepada siapapun yang ku kehendaki, dan sekarang aku memberikannya padamu. Kau tak perlu bertindak seolah-olah kita tak saling mengenal... kau tahu aku bukan orang yang mudah memberi 'bonus', jadi mengapa tak kau terima saja?"
Ia mulai beranjak dari kursi kebesarannya dan berjalan ke arah jendela. Pria itu tampak sibuk mendengar penuturan lawan bicaranya di telepon, sambil mengamati lalu lalang kendaraan yang sibuk di bawah sana.
"Baiklah. Kita akan selesaikan semuanya begitu aku sampai di Shanghai. Terima kasih untuk kesepakatannya," Ia tersenyum puas, tangannya menurunkan ponsel dari telinga dan dengan cepat memutuskan sambungan telepon.
'Tok tok tok,'
"Masuklah," jawabnya lalu cepat-cepat duduk manis di kursinya.
Seorang pria dengan pakaian formal--tak jauh beda dengan dirinya--masuk menenteng beberapa map. Ia berjalan dan menundukkan kepalanya tanda hormat kepada direktur perusahaan dihadapannya itu.
"Ini beberapa berkas yang harus kau tanda tangani, Tuan," ujarnya. Ia meletakkan beberapa map dalam keadaan terbuka di atas meja.
Pria yang duduk di kursi itu segera meraih penanya dan mencoretkan tanda tangan di atas kertas yang ada di mejanya.
"Oh ya, tolong kau bawa cangkir kopi ini dan bawakan aku yang baru," perintahnya cepat pada pegawainya itu.
"Ah, baik Tuan," si pegawai segera meraih cangkir kopi yang kosong di meja dan bergerak meninggalkan ruangan sang direktur.
"Ehm, Tuan Jooyoung..." pegawai itu kembali berbalik ke arahnya,
"Apalagi?"
"Kau yakin ini bukan milikmu? Aku menemukannya di bawah cangkir kopi yang ku ambil tadi," pria itu menyerahkan sebuah benda hitam berbentuk kotak tipis dengan lampu yang berkedip di sudut kanannya.
Jooyoung meraih benda itu dengan tatapan penasaran, "Keluarlah," perintahnya pada pria tadi.
Tanpa komando dua kali, pria itu bergegas pergi dari hadapan Jooyoung. Meninggalkannya dengan benda kecil yang ia tak tahu itu apa.
Jooyoung kembali ke kursinya dan membolak-balik alat itu, berusaha mencari tahu apa benda apa sebenarnya yang menempel di bawah cangkir kopi yang ia minum pagi tadi. Ibu jarinya meraba bagian bawah alat itu dan menemukan sebuah tulisan cetak timbul disana.
'GSMEar V4. Do not slam. Contain sensitive microphone. Made in China.'
Jooyoung segera meraih smartphone-nya dan membuka browser. Ia mengetikkan 'GSMEar V4'. Alisnya terangkat naik begitu mengetahui bahwa benda itu adalah sejenis alat penyadap suara. Jooyoung menatap alat itu tajam. Ia tahu apa yang membuat alat itu bisa berada di kantornya, tapi yang ingin ketahui sekarang adalah siapa pelakunya.
"Jadi alat kecil, mari kita lihat siapa yang membawamu kemari," batin Jooyoung.
Ia lalu kembali meraih teleponnya dan pura-pura meletakkan benda pipih itu di telinga.
"Jo Dong Rim, malam ini para pembeli itu akan menyelesaikan transaksinya, bukan? Pastikan mereka tak ingkar janji dan katakan pada mereka aku takkan menyerahkan chip-nya sebelum uang itu menjadi milikku," kata Jooyoung seolah-olah sedang menelpon."Ya, brankas ini aman,"
"Apa? Mereka memintaku menjemput uangnya langsung? Tidak! Aku tahu selicik apa mereka dan--" ucapnya dengan nada suara yang dibuat-buat, "Baiklah, baiklah. Katakan apa rencanamu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (걸어)
Фанфик"Balas dendam akan melahirkan balas dendam yang lebih besar dan lebih besar lagi. Balas dendam itu seperti rantai tanpa ujung. Yang harus kau lakukan adalah memutuskan rantai itu. Mengakhirinya." Kematian kedua orang tuanya membuat Lim Changkyun me...