Tragedy

276 41 49
                                    


"Pulang?" Changkyun menatap Ji Eun, "Noona, kau tahu aku tidak akan bisa melakukan itu,"

Ji Eun menggeleng pelan, "Aku tahu. Tapi kau hanya perlu mengantarku pulang, aku ingin bertemu Hyunwoo Oppa. Bahkan jika itu hanya lima atau sepuluh menit, tidak masalah. Aku akan senang jika kau bisa membawaku pulang meski hanya sebentar," jelas Ji Eun.

Changkyun menjauhkan dirinya dari Ji Eun. Dihelanya napas dalam-dalam. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Aku mohon, Changkyun-ah. Aku hanya perlu menemui Hyunwoo Oppa sebentar," pintanya sekali lagi, "Setelah itu, entah aku akan mati di tanganmu, atau di tangan Lee Minhyuk... aku bersedia," tandas Ji Eun.

Changkyun tercenung mendengar pernyataan Ji Eun itu. Ia kembali teringat akan rencana Lee Minhyuk dan juga Jooheon untuk membunuh Ji Eun, yang dicurigainya sebagai objek balas dendam Lee Minhyuk terhadap kakak Ji Eun, Son Hyun Woo. Ia tahu bahwa dirinya adalah anak buah Jooheon, tapi ia tak bisa membiarkan Ji Eun yang disayanginya mati begitu saja.

Wajah Changkyun memerah. Ia bisa merasakan kini matanya memanas dan siap mengeluarkan bulir-bulir bening. Ia benar-benar bingung dengan keadaan yang terjadi sekarang.

"Changkyun-ah—"

"Noona, ku mohon jangan katakan itu lagi," Changkyun mengarahkan telapak tangannya pada Ji Eun, "Jangan berkata-kata seolah kau akan mati beberapa menit lagi. Kau tahu aku tidak akan membiarkanmu mati, meski Jooheon-Hyung akan membunuhku."

Changkyun mengangkat kepalanya, "Noona, ayo pulang."

  ⦁ALL IN⦁  

Jooheon berjalan santai melewati area lorong di antara gedung-gedung besar yang remang-remang. Ia menurunkan topinya tiap kali ada orang yang berjalan melewatinya. Kebiasaan itu berlangsung sejak ia mendapat pem­-bully-an semasa sekolah dulu. Ia tidak terbiasa dengan kerumunan orang, dan benci dengan perhatian orang lain. Secara mental, ia selalu ketakutan bahwa suatu hari kejadian tidak menyenangkan itu akan terulang kembali.

Sementara berjalan, ia merasakan sakunya bergetar. Diraihnya benda pipih berwarna hitam dari sakunya itu, sebuah panggilan masuk dari nomor tak di kenal.

"Yeoboseyo?"

"Lee Jooheon?" tanya suara di seberang telepon,

"Ne. Lee Jooheon imnida. Nuguseyo?"

"Jeoneun Lee Minhyuk imnida," refleks mata Jooheon sedikit membelalak mendengar nama itu. Tidak biasanya Tuan Ketua Mafia itu menelponnya langsung, "Apa pesan dariku sudah sampai?" tanyanya kemudian,

"Pesan apa yang Anda maksud?" Jooheon balik bertanya,

"Aku menghubungimu berkali-kali sejak pagi tadi tapi panggilanku terus dialihkan. Aku menghubungi anak buahmu, Lim Changkyun, dan memintanya menyampaikan pesanku untukmu. Apa itu sudah sampai?" jelas Minhyuk panjang,

Jooheon menyeret layar smartphone-nya ke bawah, panel notifikasi menunjukkan Sembilan panggilan tak terjawab dan satu rekaman panggilan.

"Changkyun belum menghubungiku, tapi aku sudah mengkloning nomor anak itu sehingga semua panggilan masuk dan pesan dari handphone-nya akan masuk padaku, rekamannya sudah ada padaku sekarang. Aku akan segera mendengarkannya, Tuan," balas Jooheon formal,

All In (걸어)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang