Tears are Falling

413 70 8
                                    

"Letakkan saja disana,"

Gadis itu meletakkan koper sesuai perintah Hyun Woo. Wajahnya pucat dan bengkak di matanya masih sangat terlihat. Beberapa hari ini ia terlihat lebih pendiam dari biasanya. Ia tak pernah ke taman lagi, bukan hanya karena Hyun Woo yang membatasinya keluar tetapi juga ia tak mau mengambil resiko bertemu dengan... Minhyuk disana.

Yang ia lakukan hanya mengurung dirinya di kamar hingga jam makan datang. Saat Hyun Woo mengajaknya berbicara, ia hanya menjawab seperlunya. Terkadang bahkan hanya dibalas anggukan atau gelengan. Tak seperti Ji Eun yang dulu, yang banyak bercerita tentang apapun yang dialaminya.
Hyun Woo menangkap perubahan Ji Eun yang drastis itu. Bukan sekali dua kali ia mendapati Ji Eun menangis diam-diam di kamarnya. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ini satu-satunya cara untuk menjaga Ji Eun.

Hari ini adalah jadwal keberangkatan mereka. Dan Ji Eun tampak makin buruk.

"Oppa," panggil Ji Eun,

Hyun Woo menoleh, "Hm?"

Tatapan Ji Eun terfokus pada kedua bola mata Hyun Woo. Ia tampak mengulas sebuah senyuman kecil sebelum mengatakan, "Jeongmal saranghaeyo,"

Hyun Woo membalas senyuman Ji Eun, yang lebih mirip senyum miris yang dipaksakan. Pria bertubuh tegap itu menghampiri adiknya, "Ji Eun-ah, apa sesakit itu melupakannya?"

Kedua lengannya merengkuh tubuh mungil Ji Eun, berharap bisa ikut berbagi rasa sakit yang gadis itu rasakan. Ji Eun tak membalas pelukan Hyun Woo, ia hanya terdiam di tempatnya dengan kedua tangan masih memegang beberapa helai pakaian.

"Jika kau ingin bercerita, berceritalah padaku. Aku akan mendengarkan, dan tak akan protes jika kau menangis. Aku tahu sulit melupakannya, tapi aku percaya kau bisa. Percayalah, Ji Eun-ah, Oppa-mu ini hanya ingin melindungimu," ucap Hyun Woo dengan suara serak. Ia benar-benar tak bisa melihat Ji Eun seperti ini.

"Nan... Gwenchana, Oppa. Aku hanya perlu sedikit waktu untuk diriku sendiri. Jangan khawatir,"

Hyun Woo sedikit mengeratkan pelukannya pada Ji Eun sebelum gadis itu melepaskan diri dari Hyun Woo. Ada jejak air mata di pipinya, yang tampak jelas oleh Hyun Woo. Namun gadis itu justru tersenyum pada Hyun Woo, mungkin berusaha menunjukkan bahwa ia bisa mengatasi semuanya. Menunjukkan bahwa ia sepenuhnya dalam kendali.

"Nah, sudah dulu tangis-menangisnya. Aku harus ke minimarket untuk membeli beberapa ice cream dan cokelat. Mungkin bisa membuatku lebih tenang," ujar Ji Eun,

"Baiklah. Tunggu sebentar, Oppa akan mengambil jak--"

"Ah, tidak perlu. Oppa tidak perlu menemaniku. Aku hanya akan ke minimarket di perempatan jalan. Oppa percaya aku tidak akan berusaha kabur atau yang lainnya, kan?" ucap Ji Eun berusaha meyakinkan Hyun Woo,

Sebersit kekhawatiran tampak dalam pandangan Hyun Woo. Namun tak lama ia mengangguk, "Pergilah. Cepat kembali," katanya sembari mengelus puncak kepala adiknya itu.

Ji Eun tersenyum tipis sebelum berbalik dan keluar dari kamarnya yang sudah tampak kosong. Senyum itu tak bertahan lama, segera begitu ia tiba di bagian luar rumah, wajah murung Ji Eun kembali. Juga air matanya.

•ALL IN•

"Apa kau ingin makan sesuatu?"

"Aku tidak lapar,"

"Ck, tapi ini sudah waktu makan malam. Setidaknya makanlah sesuatu,"

All In (걸어)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang