Pain

787 135 15
                                    

"Tidak perlu menembak anak itu. Letakkan saja pistol itu di tangannya dan kita bakar rumah ini. Dengan begitu polisi akan mencurigai anak ini depresi lalu membunuh kedua orang tuanya dan membakar rumah ini karena menyesal dengan perbuatannya. Polisi tidak akan curiga tentang pembunuhan dan perampokan dan kita tak perlu meninggalkan jejak!" Pria berbadan kekar itu menghentikan temannya.

Pria yang memegang pistol itu tampak berpikir sejenak, "Baiklah. Lagipula anak ini sudah tak sadarkan diri. Kita akan keluar dan membakar rumah ini."

Mereka segera keluar setelah sebelumnya meletakkan pistol mereka di genggaman Changkyun.

ALL IN


"Appa stop tickling me! Ahahaha,"

Anak dengan topi kupluk dan baju bergaris putih-hitam itu tampak berlarian menghindari ayahnya. Tak jarang ia tertawa dan berteriak, meminta ayahnya untuk menjauh.

"Yeobo lihat putramu ini! Dia nakal sekali! Lihat betapa kencangnya ia berlari!" Sang ayah berhenti berlari dan memanggil istrinya yang tengah sibuk menyiapkan makanan untuk piknik mereka.

Wanita itu tersenyum, "Kemarilah, makanannya sudah siap!"

Pria itu tersenyum licik pada putranya yang tampak kelelahan berlari. Ia lalu segera menangkap dan menggendong Putra kesayangannya itu menuju tempat dimana istrinya berada.

"Sandwich!" Teriak anak itu sembari menggeliat dari gendongan ayahnya. Ia melompat dan duduk tepat dihadapan beberapa tumpuk roti isi kesukaannya.

Tanpa berpikir lebih lama lagi, tangan mungilnya segera meraih satu potong sandwich. Namun belum sempat ia mendapat satu gigitan, ibunya sudah terlebih dahulu mengambil sandwich dari tangannya dan menggantikan benda itu dengan hand sanitizer.

"Pastikan tanganmu bersih, remember?"

Ia mengangguk patuh dan membalurkan sanitizer pada kedua tangannya. Selesai dengan urusan bersih-bersih ia kembali meraih satu potong sandwich, kali ini ia berhasil makan tanpa diinterupsi.

"Makanlah yang banyak! Agar kau bisa cepat besar dan menemani Appa bekerja di laboratorium!" Sang ayah tampak bahagia melihat anaknya makan dengan lahap.

"Apa aku harus cepat besar? Apa aku tak boleh terus menjadi anak-anak saja?" Anak itu berhenti sejenak dari kegiatannya,

"Jika bisa, maka Eomma pasti tidak akan mengizinkanmu tumbuh besar, Changkyunnie. Tapi manusia memang harus tumbuh besar agar ia bisa menjadi orang yang berguna." Jelas wanita yang ada di sampingnya.

"Changkyun-ah. Look at Appa," pria dewasa itu memanggil anaknya, "Kau tahu, Appa sangat bahagia mempunyai putra sepertimu. Tapi Appa akan lebih bahagia lagi jika kau besar nanti kau bisa menjadi ilmuwan seperti Appa, dan kita bisa melakukan riset untuk membantu negara bersama-sama. Jadi belajarlah dengan baik dan cepatlah besar, arasseo?" Ujarnya sembari menatap anaknya,

"Arasseo, Appa."

ALL IN

"Changkyun-ah, ireonabwa..."

Mimpi Indah Changkyun terusik. Pendengerannya menangkap suara berat yang memanggil namanya lemah. Ia mulai merasakan semua bagian tubuhnya terasa ngilu.

"Palli ireona," Sekali lagi suara itu menembus gendang telinga Changkyun.

Matanya setengah membuka, mendapati cahaya oranye berpendar di sekitarnya. Ia seketika bangkit begitu menyadari sumber cahaya itu adalah api yang muncul dari barang-barang yang mulai terbakar.

All In (걸어)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang