Mingyu segera berlari kearah sosok lelaki yang masih berdiri dengan gaya canggung di depan kedai jjajangmyeon langganannya. Beruntung jalan raya sudah agak sepi―kalau tidak, mungkin saja ia sudah tertabrak karena pemuda itu sama sekali tak menghiraukan kendaraan bermotor yang lalu lalang.
"Wonwoo-ya!" serunya lantang. Merasa terpanggil, lelaki itu spontan memutar pandangannya dan tercengang begitu sadar siapa yang memanggilnya.
"Oi, Wonwoo-ya" Mingyu berusaha mengumpulkan kembali nafasnya yang lenyap entah kemana, lalu kembali menatap pemuda bermata tajam didepannya. "Kau..sudah keluar dari rumah sakit? Kenapa tidak bilang-bilang"
Bukan jawaban yang didapat pemuda berkulit tan tersebut melainkan tatapan aneh dari Wonwoo. Seakan ia baru saja bertemu makhluk asing yang berusaha berkomunikasi dengannya. "Err...rumah sakit..eh soal itu.." ia tergagap.
"Ha?" ucapan Mingyu mendadak terpotong oleh deru hujan yang jatuh dari langit. Ia pun langsung menyingkir ke sebelah Wonwoo. Untung saja, pemuda itu berdiri dibawah atap kedai.
"Aissh hujan. Mana aku tidak bawa payung" keluhnya. Nyaris ia bertanya pada pemuda disebelahnya itu, namun tak jadi karena ia terlihat sama sekali tidak membawa apa-apa bersamanya. Sejenak, keduanya hanya diam sambil menatap berjuta-juta tetes hujan membasahi apapun yang berada dibawahnya.
"Mingyu-ssi". Yang dipanggil malah terperanjat―merasa tak percaya namanya akhirnya disebut. "Rumahmu disekitar sini?" lanjutnya, tanpa memperdulikan ekspresi Mingyu.
"Begitulah. Wae?" balas Mingyu.
"Boleh aku berkunjung?"
"Ha? Eh, boleh kok tapi ada apa tiba-tiba ingin berkunjung?" Mingyu mulai salah tingkah bagai gadis yang pacarnya ingin menemui orang tuanya.
"Sekarang, bagaimana?" ia nampak menghindari pertanyaan yang dilontarkan oleh Mingyu.
"Kalau kau mau menerobos hujan, kenapa tidak?" Meski masih kebingungan, pemuda yang lebih tinggi tersebut tidak memaksanya untuk memberikan jawaban. Seraya tersenyum riang, ia pun menarik tangan Wonwoo dan menerobos derasnya hujan sore itu. Bahkan Mingyu sudah lupa dengan tujuan aslinya mengunjungi kedai jjajangmyeon.
~~
Sesampainya di beranda rumah kediaman Kim, Mingyu segera membuka pintu dengan kunci yang dibawanya setiap hari dan mendorong Wonwoo naik keatas―ke kamarnya tentu saja.
"Nih, pakai ini saja dulu". Mingyu melempar sebuah sleeve shirt abu-abu, celana jeans, beserta handuk kering ke kasur. "Ayo, aku tunjukan kamar mandinya"
"Eh, kau sendiri?"
"Aku ganti di kamar kok, sudahlah ayo cepat! Aku tidak akan menolongmu kalau kau sampai sakit lagi"
Setelah selesai berganti pakaian, keduanya menghabiskan waktu di kamar Mingyu dengan menonton TV dan bermain game. Tiba-tiba saja, Mingyu mematikan layar televisi dan duduk menghadap kearah Wonwoo.
"Jadi, berniat menjelaskan kenapa kau tiba-tiba mau berkunjung ke rumahku?" tanya pemuda itu tanpa basa-basi.
Kali ini giliran Wonwoo-lah yang salah tingkah. "Soal itu..kau tidak akan marah kan kalau aku jujur?"
Yang ditanya hanya tertawa kecil. "Selama alasanmu masuk akal"
Pemuda bermata tajam tersebut menghela napas panjang sebelum melanjutkan "...aku kabur dari rumah"
"MWO?". Wonwoo buru-buru membekap mulut pemuda didepannya. "Bisa gak sih tidak usah kencang-kencang"
"Ah tidak akan ada yang dengar, kok! Di rumah ini cuma kita berdua saja, orang tuaku sedang kerja" sahut Mingyu sambil menepis tangan pemuda tersebut. "Tapi yang benar? Kupikir kau anak alim?"
KAMU SEDANG MEMBACA
under the roof
Fiksi Penggemar❝Biarpun detik ini aku menghilang dari hadapanmu dan kau tidak dapat melihat sosok-ku lagi..ingatlah aku akan selalu disana..didalam hati terdalam-mu, Mingyu❞