Mingyu mengetuk salah satu pintu berwarna putih yang terletak diujung lorong lantai 3 sebuah rumah sakit di Gangnam.
Ia semakin memegang erat buku di tangannya saat mata coklatnya lagi-lagi bertemu dengan huruf-huruf hangul yang tercetak diatas papan nama disebelah pintu tersebut : Jeon Wonwoo.
Seorang wanita membukakan pintu. Wajahnya nampak kelelahan membuatnya jadi lebih tua.
Mingyu pun langsung membungkukan badan. "Annyeong haseyo, Ahjumma"
"Wah, teman Wonwoo ya?" ujar wanita tersebut yang merupakan ibu Wonwoo.
"Benar. Namaku Kim Mingyu, aku ingin menjenguk Wonwoo"
"Ah baiklah, ayo masuk saja"
Pemandangan yang Mingyu lihat pertama kali ialah tubuh Wonwoo yang terbaring diatas ranjang. Sebagian tubuhnya tertutup selimut. Ada perban tebal di dahinya serta goresan dan memar di wajahnya, juga nasal cannula di hidungnya. Infus tergantung disamping ranjangnya dan monitor detak jantung berbunyi samar.
Wajah Wonwoo nampak pucat seakan kehabisan darah. Mingyu mengernyitkan dahinya, marah sekaligus sedih melihatnya. Ia kembali mencengkram buku yang dibawanya. Ia melirik kearah Wonwoo atau lebih tepatnya roh Wonwoo yang mengekorinya daritadi. Pemuda bermata tajam itu memandang datar tubuhnya sendiri meski Mingyu dapat melihat sekilas matanya terlihat sedih.
"Maaf ya, dia masih koma.." ibu Wonwoo tersenyum miris. "Dokter tidak dapat memprediksi kapan dia akan terbangun"
"Aniya..tidak perlu meminta maaf, aku pun sudah menduganya" Mingyu mengibaskan tangannya. "Ehm, aku membawakan buku untuknya, siapa tau dia bangun kalau kuberikan ini"
Ibu Wonwoo tertawa pelan. "Gamshamnida" ia pun menerima buku tersebut dan menaruhnya disamping tubuh Wonwoo.
"Um, Ahjumma, apakah pelakunya sudah tertangkap?"
"Sayangnya belum. Polisi sudah berhari-hari menyelidikinya bahkan sampai ke guru-guru di sekolah tapi hasilnya nihil"
"Ah begitu.."
"Menurutmu, apa ada di kelasmu yang tidak menyukai anakku? Aku tidak ingin menuduh tapi aku sudah putus asa dibuatnya.."
Mingyu segera menggeleng. "Tidak ada. Biarpun ada yang tidak suka tapi kurasa tidak ada satupun dari kami yang berani berbuat begitu. Lagipula Wonwoo pendiam dan tidak pernah menganggu anak-anak lain"
'Wonwoo' yang sedang berdiri di dekat jendela hanya mengangkat alis membuat Mingyu nyaris menyeringai.
"Baiklah..aku lega mendengarnya darimu" ibu Wonwoo menghela napas.
Mereka berdua pun mengobrol sampai jam besuk habis dan suster memanggilnya keluar. Jam baru menunjukan pukul 2 siang, jadi pemuda tersebut memutuskan untuk duduk di taman dekat rumah sakit.
"Kenapa? Mukamu tegang sekali" Mingyu menatap pemuda disebelahnya.
"Gwenchana" jawab Wonwoo "Hanya masih tidak percaya kalau rohku benar-benar terlepas"
"Sudah sebulan lebih dan kau masih kaget" Mingyu tertawa jahil seraya mengacak rambut pemuda tersebut. Beruntung saat itu taman sedang sepi.
Wonwoo menepis tangannya. "Coba saja kau di posisiku, aku yakin kau bakal jadi roh yang depresi"
"Hahaha tidak akan~" ujar Mingyu. "Lagipula aku merasa membawa buku itu salah banget"
"Wae?"
"Kau masih terkapar dan aku membawa sesuatu yang biasa dilakukan saat sadar"
"Tidak apalah. Aku lebih tidak sudi kau membawa bunga. Aku bukan yeoja"

KAMU SEDANG MEMBACA
under the roof
Fanfiction❝Biarpun detik ini aku menghilang dari hadapanmu dan kau tidak dapat melihat sosok-ku lagi..ingatlah aku akan selalu disana..didalam hati terdalam-mu, Mingyu❞