Chapter 5

3.6K 405 3
                                    

"Pagi, Mingyu-ya~"

"Tumben kau tidak telat, Mingyu-ya!"

"Alarm-mu sudah berfungsi lagi? Padahal lucu melihatmu lari-lari dikejar guru"

Mingyu meletakkan ransel hitamnya diatas meja. Ia hanya ikut tertawa mendengar ocehan teman-teman sekelasnya. Tentu saja ada alasannya kenapa ia tidak ingin terlambat di hari Senin ini. Ujung matanya menangkap sosok Wonwoo yang sudah duduk dengan tenang di mejanya meski ekspresinya menunjukan kalau dia bete bukan main.

Pagi-pagi sekali ia sudah dipaksa bangun oleh Mingyu, bahkan nyaris dipinjamkan baju seragam sekolah mereka serta buku dan alat tulis. Wonwoo menyesal karena sudah berjanji bakal pergi sekolah bersamanya, padahal ia masih ingin bersantai tanpa memusingkan pelajaran. Gerutuan Wonwoo hanya dibalas dengan tawaan oleh Mingyu―membuat pemuda bermata tajam tersebut makin bete dibuatnya.

"Woa, ada mujizat apa pagi ini" Seokmin menepuk bahu Mingyu lumayan keras yang langsung dibalas dengan getokan di kepala pemuda itu. "Aku terharu akhirnya seorang Kim Mingyu bisa bangun pagi~"

"Yaah aku tidak bisa bergantung pada alarm seumur hidupku, kan" sahut Mingyu sambil mengeluarkan cengirannya. Diam-diam, ia melirik kearah Wonwoo yang masih duduk diam di tempatnya. Pemuda itu nampaknya juga sedang melihat kearah dirinya, jadi Mingyu dengan sengaja melempar cengiran kearahnya. Sebelum Wonwoo sempat membalas, bel tanda masuk pun berbunyi membuat semua anak berlarian ke meja mereka masing-masing.

~~

Akhirnya bel tanda istirahat pertama dibunyikan, membuat sebagian anak bergegas keluar dari kelas menuju kafeteria sebelum makanan disana habis. Sebagian lainnya membawa bekal dan bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Yang sempat sarapan, hanya mengobrol satu sama lain, termasuk Mingyu dan Seokmin.

"Mingyu-ya, kapan kau bawa bekal sendiri?" seorang gadis berambut panjang menghampirnya. "Kita harus makan sama-sama"

"Ahaha, lain kali deh" ujar Mingyu. "Aku sedang tidak ingin repot bawa-bawa bekal ke sekolah"

"Aah, jawabanmu selalu itu" gadis itu menghela napas. "Baiklah, aku duluan ya"

Mingyu pun melambaikan tangannya seraya tersenyum.

"Tawaran makan bersama lagi?" goda Seokmin yang mencuri dengar di sela-sela kegiatannya membaca majalah. "Bahkan gadis tercantik di kelas saja ditolak, Mingyu memang tidak bisa ditebak!"

"Kenapa tidak kau saja yang temani dia, Seokmin-ah?" tawa Mingyu. "Lebih baik kau simpan baik-baik majalah itu sebelum ketauan dan disita"

"Neee" Seokmin tidak mengindahkan omongan pemuda itu dan terus asyik membolak-balik halamannya. Mingyu pun akhirnya sibuk mengobrol dengan teman-temannya yang lain―tidak sadar kalau Wonwoo berjalan mendekatinya. Ia melempar secarik kertas kecil yang sudah digulung keatas meja Mingyu.

Pemuda itu tersadar dan nyaris memanggil Wonwoo yang sudah menghilang dari pintu kelas, entah pergi kemana. Mingyu pun membuka kertas tersebut. Sebuah kalimat terukir diatasnya:

Temui aku di atap sekolah saat jam istirahat kedua.

Wonwoo.

"Loh, sejak kapan ada kertas?" seorang temannya sadar. "Apa isinya, Mingyu-ya?"

"Bukan apa-apa" Mingyu meremas kertas tersebut dan menyelipkan di saku celananya.

"Apa sih? Aku penasaran. Jangan-jangan contekan, ya?"

"Ada apa?" Seokmin tiba-tiba ikut nimbrung. "Mingyu mencontek?! Dunia ini bakal kiamat kalau Mingyu akhirnya mencontek"

Mingyu sekali lagi mengetok dahi sahabatnya itu. "Bukan contekan!"

"Terus apa?"

"Bukan apa-apa, serius. Cuma surat dari..yah kau taulah sendiri"

Seokmin menganggukan kepalanya diikuti teman-temannya yang lain. "Hanya surat penggemar pastinya, sudah-sudah"

Mingyu hanya tersenyum menanggapinya. Satu kalimat tanya memenuhi benaknya: Ada apa dengan Wonwoo?

~~

Saat bel tanda istirahat kedua berbunyi, Mingyu segera berlari keluar kelasnya bahkan sempat-sempatnya menabrak Seokmin yang juga ingin keluar. Ia mengucapkan maaf secara singkat sebelum kembali berlari menuju tangga. Ia khawatir karena sejak bel istirahat pertama berakhir, Wonwoo tidak kembali ke kelas. Berkali-kali pemuda itu melirik kearah meja Wonwoo namun tak ada tanda-tanda keberadaannya. Mingyu pun langsung membuka pintu besi di atap. Angin sejuk langsung menerpa wajahnya. Ia melihat kesekeliling sebelum kedua matanya tertaut pada punggung pemuda yang dicarinya sejak tadi. Ia nampaknya sedang bersender di pagar pembatas setinggi dadanya itu.

Mingyu berjalan kearahnya dan melingkarkan kedua tangannya di dada pemuda tersebut membuat Wonwoo sedikit tersentak dibuatnya.

"Kau daritadi disini? Aku khawatir, tau" ujar Mingyu sembari membenamkan kepalanya di leher pemuda tersebut.

"Begitulah" jawabnya singkat. "Kau berkeringat"

"Hei, aku lari sekuat tenaga kesini, aku takut kau tertimpa masalah"

"Masalah apa yang bisa terjadi pada roh?" Wonwoo terkekeh. "Kelihatan saja tidak"

"Tapi aku bisa melihatmu, kan" Mingyu menyeringai saat wajah pemuda didepannya itu memerah.

"Terus, apa maksudmu memelukku begini" ucap Wonwoo mengalihkan topik. "Kalau ada yang kesini, kau bisa dilarikan ke rumah sakit jiwa"

"Tidak bakal ada yang kesini, kok. Tempat ini kan dilarang dimasuki"

"Yaah, terserahmu sajalah"

"Omong-omong ada apa memanggilku?" tanya Mingyu, enggan melepaskan pelukannya.

"Tidak ada apa-apa, sih sebenarnya. Aku cuma...bosan saja di kelas dan perlu teman untuk mengobrol" jawab Wonwoo seraya menundukkan kepalanya. Jemarinya memainkan jemari pemuda yang lebih tinggi tersebut.

"Wah, seorang Jeon Wonwoo akhirnya butuh teman untuk bicara" Mingyu tertawa pelan. "Aku harusnya sudah masuk rekor dunia, nih"

"Berlebihan" sahut Wonwoo namun ia ikut tersenyum. "Kalau kau sudah tidak betah, kau boleh pergi kok"

"Gak, ah" Mingyu mempererat pelukannya. "Enak disini ternyata~ anginnya segar. Lagipula ada kau disini, buat apa aku pergi duluan"

Wajah Wonwoo kembali memerah ditambah jantungnya jadi berdegup kencang sekarang.

"Wah wah, jantungmu berdebar?" bisik Mingyu pelan di telinga pemuda itu. "Ada apa nih?"

"Tidak apa-apa, kok" sahut Wonwoo. "Perasaanmu saja". Padahal ia sudah setengah mati menahannya namun tetap terasa juga.

Mingyu pun nyengir dan menatap arak-arakan gumpalan kapas di langit yang kian berubah warna. Tanda sebentar lagi sore hari mulai menyapa negara tempat tinggal mereka. Mereka berdua tetap disana sampai jam pelajaran berakhir dan esoknya, Mingyu dimarahi habis-habisan oleh wali kelasnya karena ketauan membolos sepanjang pelajaran-pelajaran terakhir.

Pemuda itu hanya mengiyakan, toh, waktu-waktu dirinya bersama Wonwoo di atap jauh lebih menyenangkan daripada mendengarkan materi pelajaran. Mingyu tersenyum sendiri saat ia membayangkan dirinya juga akan diocehi oleh Wonwoo kalau ia sampai tau―bahkan menggunakan alasan konyol tersebut untuk mempertahankan dirinya. Seokmin yang melihatnya hanya menggelengkan kepala sebelum menabok pipi pemuda tersebut.

under the roofTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang