Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, tidak ada yang spesial. Hari-hari yang ia lalui seakan tidak ada yang menarik perhatiannya. Si gadis cuek yang selalu melakukan aktifitasnya berulang-ulang.Dhea berjalan malas, di sepanjang koridor hanya menunduk, tidak sengaja menabrak seseorang. Dhea mendongakkan kepalanya ke atas, mendapati anak laki-laki yang menatapnya dengan pandangan ramah.
"Lain kali, jalannya jangan nunduk dong," goda laki-laki itu, lalu ia tersenyum kepada Dhea yang masih cengo beratatapan dengan laki-laki yang ditabraknya.
Entah perasaan apa yang dirasakannya saat ini, darahnya berdesir, jantungnya berdegup lebih cepat, terakhir kali dia merasakan perasaan ini sudah lama sekali. Sepertinya, Dhea merasakan apa itu love at first sight.
---
Bu Ajeng masuk ke kelas, bersama anak laki-laki yang tidak sengaja Dhea tabrak di koridor, pagi tadi.
Lalu, dia memperkenalkan dirinya didepan kelas sebagai murid baru."Saya Erlangga Prasetya, kalian bisa manggil saya Angga, senang bisa sekelas dengan kalian." ucapnya dan melemparkan senyuman indah yang menjadi ciri khasnya.
Lalu bu Ajeng, mempersilahkan Angga duduk disebelah Kevin. Kevin adalah ketua kelas, yang notabennya anak yang patuh dan rajin.
"Angga." sambil mengulurkan tangannya kepada Kevin, sebagai tanda perkenalan. Yang dibalas Kevin dengan uluran tangan pula. "Kevin," ucap Kevin sambil tersenyum kepada Kevin, dan mengisyaratkan 'silahkan duduk, Ngga'.
Semua siswi dikelas menatap kagum kepada Angga, kecuali Dhea. Dia belum sempat sekedar mengucapkan kata maaf ke pada Angga. Angga memang tampan, matanya tajam, dan punya senyuman yang manis.
Entah perasaan apa saat ini yang dirasakan dhea, tapi dhea menentang keras perasaan suka kepada Angga. Toh baru juga ngeliat Angga beberapa jam, masa iya harus suka."Gak mungkin aku suka sama Angga, orang baru pertama kali liat juga, duuh jantung tolong normal dong..." gumam Dhea.
🍁🍁🍁🍁🍁
KriiiiiiiingBel istirahat berbunyi dengan indahnya. Hanya waktu istirahatlah yang membantu Dhea menormalkan detak jantungnya. Yang sejak tadi tak hentinya berdegup, apalagi harus ditatap sama Angga.
Secepat kilat, Dhea sudah berlari menuju kantin bersama Dina. Dina sahabatnya Dhea, mereka selalu sekelas sejak masuk SMA. Dhea juga selalu merasa cocok menumpahkan segala curahan dan bebannya kepada dina.
"Dhe, Angga cakep ya." Dina mulai percakapan membahas Angga–si murid baru–yang tengah duduk di salah satu meja kantin.
"Biasa aja kali Din, lebay deh lo." emang muna, mana mungkin Dhea Safira memuji orang yang baru dikenalnya.
Memang dasarnya cuek, tapi dhea adalah gadis manis. Dia jarang tersenyum kepada lawan jenis. Entah sedalam apa, luka yang diberi sang mantan hingga membuat dhea menjadi keras hati seperti ini.
"Cakep lagi Dhe, ah lo mah, orang cakep juga. Asal lo tau ya, Dhea, dia lebih cakep dari Deva!" balas Dina dengan kesal.
Dina sudah bisa tebak, memang belum ada yang bisa menggantikan posisi Deva di hati Dhea. Tapi Dhea juga berhak bahagia, menjalin hubungan dengan orang yang baru.
"Udah deh, Din, gausah bahas Deva lagi. Gue juga lagi usaha move on kok." tukasnya. Memang karena satu nama itu membuat hati Dhea pedih, seakan memori di otaknya mengulang kejadian pahit itu.
"Serah lo deh, Dhe, capek gue. Kelas aja yuk!" ajak Dina, lalu mereka berjalan meninggalkan kantin tanpa memesan makanan.
Di koridor, tepat seperti pagi tadi, mata Dhea bertemu dengan mata tajam laki-laki itu. Dia penasaran dengan lelaki yang bisa membuatnya merasakan degupan jantung yang mulai bereaksi cepat.
Entahlah, mungkin hanya perasaan Dhea saja, atau bagaimana. Bertatapan dengan Angga membuat jantungnya tidak sehat.
-C-
Aku baru revisi ceritaku, ada nama yang aku ganti, kemaren ketua kelas bernama Fadhlan kuubah menjadi Kevin, karna 'Fadhlan' memang sulit diucapin, trus aku juga mikirnya ntar si Angga manggilnya kepanjangan, gamungkin kan jadi manggil 'Alan'.
Happy reading, jangan lupa vote dan comment-nya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith [Revisi]
Teen FictionDhea, gadis cuek yang pernah patah hati. Seakan tidak mau mengenal apalagi itu cinta, selalu menghindari cinta. Dan menentang keras perasaan yang tiba-tiba muncul ketika bertemu dengan seorang Erlangga Prasetya. Seketika, dinding kokoh yang dhea ban...