11. Special Angga & Dhea

292 35 11
                                    

Sore ini, Dhea sudah berada di taman kompleks rumahnya. Dhea dan Angga sudah janjian untuk jogging. Dhea sudah menunggu Angga sedari tadi.

Dilihatnya Angga naik sepeda, menghampiri Dhea yang duduk manis di taman. Angga pun memberhentikan sepedanya di depan Dhea.

"Udah lama ya, Dhe?" tanya Angga yang masih terengah-engah habis mengkayuh sepedanya.

"Baru kok, lo bawa sepeda kok ga bilang sih?" protes Dhea.

"Soalnya dari rumah gue ke rumah lo kan lumayan jauh, gak mungkin gue jalan." jawab Angga.

"Yaudah, sepeda lo tinggalin di bawah pohon itu dulu ya."

"Oke, yok lari!"

"Lari kemana?"

"Lari ke masa depan kita," canda Angga. Pipi Dhea pun merona mendengar ucapan Angga barusan.

"Cie, pipi lo merah!" goda Angga. Dhea menundukkan kepalanya dan menyembunyikan pipinya.

"Jadi lari apa gak nih?" ketus Dhea.

"Jadi, jangan jutek gitu dong, abang Angga becanda doang tadi."

"Bodo amat!" Dhea pun lari dan meninggalkan Angga.

"Dhe, tungguin gue bisa kali!" teriak Angga. Dhea tak mendengarkan ucapan Angga dan masih terus berlari.

"Dasar cewek," dumel Angga, dan berlari mengejar Dhea.

Angga mensejajarkan langkah lariannya dengan Dhea.

"Dhe," panggil Angga.

"Hmm," gumam Dhea.

"Dhe," panggilnya lagi. Dhea mencopot handsfree yang digunakannya sejak tadi.

"Apa?"

"Istirahat yuk,"

"Lemah lo,"

"Gue kan tadi udah olahraga duluan sebelum lari sama lo,"

"Olahraga apaan?"

"Sepedahan, kan tadi gue kesini naik sepeda."

"Okedeh, yok."

Mereka pun duduk di bawah pohon tempat Angga meletakkan sepedanya tadi.

"Lo denger lagu apa, Dhe?"

"Vierra - kesepian."

"Yaelah, kan ada Angga disini." goda Angga untuk kesekian kalinya. Angga pun menarik sebelah handsfree dari telinga Dhea.

"Apaansi lo, Ga."

"Gue mau denger juga dong," Angga memasang handsfree ditelinganya dan mendengarkan lagu yang didengarkan Dhea.

"Lagunya kok lo ulang-ulang sih, Dhe?"

"Suka-suka gue dong." Angga diam sejenak, kemudian menarik nafasnya dalam dan membuang nafasnya panjang.

"Sepedaan yok, Dhe?" ajaknya.

"Boleh deh," Angga pun mengambil sepedanya. Kemudian Dhea naik ke pijakan belakang sepeda Angga. Dan memegang kencang bahu Angga.

"Dhe!"

"Apaan?!"

"Gue kan belum suruh pegangan!"

"Rese lo, Ga!"

Angga pun tertawa dan melajukan sepedanya. Dhea merentangkan kedua tangannya ke samping sambil teriak.

"Aaaaaa gue bahagia tanpa lo, Deva!!!" terus menerus meneriaki itu.

"Deva siapa, Dhe?!"

"Mantan gue, Ga!"

"Ooh, baguslah kalau lo bahagia!"

"Iya, gue tau cinta dia ke gue itu gak mungkin jadi!" lagi dan lagi, mereka teriak.

"Gue juga bisa bahagia tanpa lo, Tasya!" teriak Angga.

"Hahaha, gue lega, Ga!" seru Dhea.

"Gue juga lega, Dhe!" mereka pun tertawa bersama, mentertawai kekonyolan mereka.

Dhea melihat Abang penjual es krim. Dhea menepuk bahu Angga, kemudian Angga memberhentikan sepedanya disebrang penjual es krim.

"Beli es krim yuk, Ga!" ajak Dhea.

"Ayo, lo naik aja, kita nyebrang pake sepeda." Dhea pun mengangguk dan mereka menyebrang menghampiri penjual es krim.

"Gue mau vanilla, Ga."

"Siap dek Dhea," Dhea tersenyum geli mendengar ucapan Angga. Angga berjalan untuk membeli es krim vanilla, sedangkan Dhea menunggu di sepeda.

"Bang, es krim vanilla nya dua."

"Buat pacarnya ya, Dek?" tanya Abang es krim sambil melirik Dhea di sepeda.

"Temen doang," jawab Angga.

"Cocok atuh, Dek."

"Abang ada-ada aja."

Angga membayar es krim dan menghampiri Dhea. Kemudian diberinya es krim vanilla ke Dhea.

"Lama amat lo,"

"Abang es nya ngaco soalnya,"

"Lah, ngaco ngapa?"

"Habisnya, dia ngira lo pacar gue." Dhea cuma bisa mangap dan menatap Angga.

"Ngaco tu si Abang," ucap Dhea.

"Dhe, mungkin gak sih kalau orang jatuh cinta pada pandangan pertama?" Dhea terdiam sejenak, jantungnya berdegup kencang.

"Apa mungkin ya, Ga? Gue ngerasain gitu juga sama lo." batin Dhea.

"Gue rasa gak ada deh, mungkin cuma suka atau tertarik aja." jawab Dhea.

"Bisa jadi sih," ucap Angga.

"Gue udah setengah mampus normalin detak jantung gue, Ga. Masa iya sih, gini aja gue baper." batin Dhea.

"Pulang yuk, Ga. Kasian Resha sendiri di rumah." ajak Dhea. Angga pun mengangguk dan kembali mengkayuh sepedanya mengantar Dhea pulang.

-C-

Klik bintang dan komen di kolom komentar.

Salma dari anak sukajadi

Cindy R

Faith [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang