Dhea POV
Hari ini sama dengan hari sebelumnya. Gue berangkat bareng Angga. Gatau kenapa, semenjak hari itu, gue sama dia jadi lebih deket lagi. Dan kadang perasaan aneh muncul di benak gue.
Gue gatau itu perasaan apa, yang jelas gue seneng deket sama dia. Dan gue juga gak mikirin kalau Angga punya rasa yang sama kaya yang gue alami gini. Gue cuma berharap seiring jalannya waktu, gue bakal nemuin orang yang gak akan nyakitin hati gue lagi. One day, the real man sing a favorite girl song for me.
Pengen banget rasanya gue bercerita kepada alam. Bahwa gue bahagia dengan diri gue yang sekarang. Gue gamau mikirin Deva lagi, gue akan berdamai dengan rasa sakit dan bersahabat dengannya. Mungkin akan jauh lebih baik lagi kalau kita memaafkan, bukan. Bukan karena kita melupakan sakitnya, tapi bagaimana kita menjadi kesatria yang mampu memaafkan.
Toh, gak akan rugi juga kalau kita mampu menerimanya. Sesulitnya mengikhlaskan akan terasa ringan kalau kita mampu mencobanya. Seseorang pernah berkata "Bahwa yang datang bukan selamanya disisi, dan tidak selamanya yang pergi itu meninggalkan."
Yang jelas, gue bahagia punya sahabat seperti Dina, abang seperti Resha, dan yang selalu ada seperti Angga. Entah kapan rasa aman selalu gue rasain saat bersamanya. Tapi jujur, gue selalu aman, nyaman, dan rasa sakit itu hilang. Layaknya ramuan ajaib yang menyembuhkan semua luka. Gue berharap, suatu saat gue dan dia bakal jadi kita. Gue gatau dia itu siapa, yang jelas gue akan senang hati menerima dia yang mampu nerima gue apa adanya.
"Woi!" Angga menepuk bahu Dhea pelan.
"Eh, udah sampe?" Tanya gue polos.
"Udah, lo dari tadi ngelamunin apaan coba? Nikmat bener," Angga terkekeh pelan.
"Ya nikmatla, gue ngayal kalau gue jadi putri semalam." Angga menaikkan sebelah alisnya.
"Putri yang gamau jadi lo," timpal Angga, Dhea mencebik kesal.
Angga menarik pergelangan tangan Dhea, Dhea hanya mengikuti Angga dari belakang."Yaelah, murung mulu lo." Angga menatap Dhea. Dhea hanya menundukkan kepalanya.
"Gue bete sama lo!" sungut Dhea.
"Bete nya nanti aja, masuk dulu, ntar telat upacara lagi." Mereka pun jalan ke kelas. Setelah meletakkan tas, mereka langsung menuju lapangan untuk mengikuti upacara bendera.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Dhe, gue mau ke lapangan bola dulu ya, lo mau ikut gak?" Tanya Dina."Ngapain?"
"Ya, biasalah!" Dhea hanya mengangukkan kepalanya. Sebelum ke lapangan bola, mereka singgah ke kantin untuk membeli minuman dan beberapa cemilan.
"Kita duduk di sana aja yuk, Dhe!" Seru Dina sambil menunjuk kursi yang berjejer dekat lapangan bola.
"Serah lo aja deh," Dhea mengikuti Dina dari belakang. Mereka pun duduk ditempat yang sangat strategis.
"Dewa cakep amat ya!" ucap Dina pelan.
"Gatau aja lo buruknya Dewa apa!" gerutu Dhea.
"Bodo amat dah, cinta mah buta, taunya dia yang bagus aja hakhak." sanggah Dina.
"Iya, serah lo aja."
"Lo kenapa dah?"
"Gue kesel banget sama Angga,"
"Hmm, lo aneh deh."
"Gue bete sama dia,"
"Bete ngapa coba?" Dhea hanya membuang nafas panjang. Lalu membuka mulut dan memulau cerita tadi pagi.
"Habisnya, gue bilang kalau gue mau jadi putri, eh dia nya malah jawab putri yang gak mau jadi lo. Kan bete gue, bukannya ngebujukkin malah ngediamin." Sungut Dhea, Dina yang mendengar itu malah tertawa sangat membahana.
"Bahagia lo kalau gue bete!" Kesal Dhea.
"Yaelah, lagian lo tu, tumben banget lo bete sama orang? Atau jangan jangan..."
"Apaan sih lo Din, gausah mikir yang engga engga deh!" Potong Dhea langsung.
"Gitu aja baper lo, lagian tumbenan banget lo bete gitu?" Dhea nampak berpikir dan mengerutkan dahinya.
Bener juga kata Dina, kok gue jadi cepet baper gini. Kok gue bete sama Angga, apa jangan jangan....
Ah engga, gamungkin juga gue suka, batin Dhea.Dhea bertaruh dengan pikiran dan batinnya. Sedangkan Dina masih memperhatikan Dewa yang bermain futsal.
"Woi, dicariin kemana-mana malah disini lo." Ucap Angga yang mengejutkan Dhea.
"Apaan sih lo, Ga! Ngagetin aja."
"Lo tuh, dari tadi pagi ngelamun aja. Ngelamunin apaansih lo?" Tanya Angga.
"Mikirin lo lah, Ga." Jawab Dina asal.
"Rese ya lo, Din." Dhea mencubit lengan Dina sampai Dina meringis kesakitan.
"Aww, kan emang bener kali yang gue bilang. Jujur aja ngapasih lo." Angga yang mendengar perdebatan itu hanya tertawa.
"Aduuuh, asik bener lo pada becanda nya." Dewa yang baru selesai main langsung angkat suara.
"Dhea nih Wa, naksir sama Angga." Dina menyenggol lengan Dhea.
"Ciee yang udah move on," sindir Dewa.
"Apaan sih Wa, gausah percaya deh bacotan mereka."
"Yaelah, kalau emang naksir gapapa kali, Dhe. Gue seneng juga kok," ucap Angga. Dhea hanya menutup mukanya menahan malu akibat ledekan teman-temannya. Dhea pun berdiri,
"Tau ah lo pada, gue mau balik kelas aja!" Dhea pun meninggalkan teman-temannya yang masih tertawa.
-C-
Klik bintang dan ketik di kolom komentar!
Salam dari Resha anak Abi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith [Revisi]
Teen FictionDhea, gadis cuek yang pernah patah hati. Seakan tidak mau mengenal apalagi itu cinta, selalu menghindari cinta. Dan menentang keras perasaan yang tiba-tiba muncul ketika bertemu dengan seorang Erlangga Prasetya. Seketika, dinding kokoh yang dhea ban...