"Dhe, ambilin minum di tas abang." pinta Resha yang berteriak dari lapangan futsal. Dhea duduk di tepi lapangan futsal yang dibatasi oleh jaring-jaring.
Resha berlari mendekati tempat Dhea duduk menunggunya. Tampak Dhea yang sedang merogoh isi dalam tas abangnya. Mencari dimana minuman yang dipinta oleh abangnya. Seperkian detik baru ia menemukan botol berwarna milenium milik abangnya. Resha menjulurkan tangannya dari dalam jaring, Dhea beranjak dari duduknya dan melangkah untuk memberikan minum kepada abangnya.
Kemudian Dhea kembali duduk di tempat semula ia menunggu abangnya. Pertama kalinya Dhea ikut abangnya main futsal. Dhea dengan seksama memandangi abangnya yang sedang memainkan bola.
Dhea memerhatikan beberapa tingkah teman abangnya yang konyol. Mereka bermain dengan tidak serius, hanya ingin meluangkan waktunya untuk sekadar refreshing. Gadis itu mengenali beberapa teman abangnya, seperti Dewa, Rafsa, Fian, dan Ivan. Ada beberapa teman Resha yang baru ia lihat, dia memerhatikan seseorang yang menggunakan jersey hitam barcelona. Dengan tubuh yang proposional, tinggi, mancung, putih dan rambut yang cepak. Lelaki itu menarik perhatian Dhea, sehingga menciptakan senyuman di bibir gadis itu.
Dhea mengambil handphone untuk mengalihkan perhatiannya dari lelaki tersebut, tapi tetap saja arah tujuan matanya pada lelaki itu. Dhea menutup mata dan tersenyum mengingat wajah lelaki itu.
"Dhe!" Resha mengayunkan tangannya tepat di depan muka Dhea yang sedang tersenyum. Kemudian menepuk bahu Dhea, gadis itu membuka matanya dan tersadar dari dunia fantasinya.
"Kenapa?" tanya Resha yang sedang mengeringkan mukanya dengan handuk kecil.
"Ah, engga. Kok cepet banget kelarnya?" tanya Dhea yang masih salting.
"Cepet apanya, pas gini. Kamu tuh ngelamun." ucap Resha, "Oh iya, habis ini kita makan dulu." lanjut Resha.
"Jadi gak bro?" tanya lelaki yang di perhatikan Dhea tadi.
"Jadi, ganti buju dulu lah apek gini, Dev."jawab Resha, "Ah iya, kenalin nih adek gua." lanjut Resha memerkenalkan Deva dan Dhea.
Deva menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Dhea, "Deva," ucapnya yang dibalas Dhea dengan menyebutkan namanya juga.
Lelaki itu menampilkan senyuman khasnya, manis, pikir Dhea.
"Gue ganti baju dulu ya," ucapnya kemudian pergi meninggalkan tempat duduk teman-temannya. Dhea mengangguk sambil tersenyum.
"Senyum mulu lo bekicot," ucap Dewa dari arah samping, otomatis Dhea terkejut dan menghentikan senyumannya. Dipandanginya lelaki bertubuh tinggi di sebelahnya ini.
"Rese lo, sehari aja lo ga rusuh kenapa sih, Wa." pinta Dhea, "Lagian heran ya gue, di sekolah lo tu sok kalem, cuek, aslinya jijay banget tau ga." cercah Dhea.
"Eh eh itu mulut apa knalpot bajaj nyrocos gak berenti." ucap Dewa, "Lo suka ya sama Deva?" tanya Dewa yang melihat temannya ini sedang tersenyum.
"Emang dia sekolah dimana sih?" tanya Dhea penasaran.
"Lo sekolah dimana sih Dhea Hutagalung, sampe gatau dia anak baru di sekolah." cercah Dewa.
"Masa sih?" masih tidak percaya apa yang diucapkan Dewa barusan.
"Sekelas gue, bawel lo ntar lo tau sendiri." jawab Dewa.
Setelah semua selesai ganti baju, mereka menuju ke tempat makan di sekitaran Sudirman. Mereka berehnti di salah satu cafe lick and latte. Mereka memesan makanan ringan; nasi goreng, mie goreng, spagheti dan minumannya jus jeruk.
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 wib. Sudah harusnya mereka pulang. Baru kali ini Dhea betah ikut abangnya latihan dengan alasan sendiri di rumah.
"Gue nebeng di lo ya, Resh?" pinta Deva.
"Boleh, Dev sekalian jalan ini." jawab Resha mempersilahkan.
Resha duduk di bangku kemudi dengan Dhea di sebelahnya, sedangkan Dewa dan Deva di bangku belakang. Betapa deg-degannya jantung Dhea satu mobil dengan Deva.
Mereka bercerita selama di perjalanan, mulai dari alasan Deva pindah sampai ke arah lainnya. Mereka bercerita sekitar satu jam terjebak macet di jalanan karena malam minggu.
Di malam itu akhirnya Dhea tau, bahwa Deva sedang jomblo. Tapi, Dhea masih malu untuk menunjukkan ketertarikkan terhadap Deva. Biarlah waktu yang menentukan, batin Dhea.
Sampailah mereka di depan rumah minimalis bercat abu-abu dengan lapangan yang luas dan ada ring basket di dekat pintu garasinya. Deva turun dan mengucapkan terimakasih kepada mereka. Kemudian mobil pun berjalan menuju ke rumah Dewa yang tidak jauh dari rumah mereka.
"Resh," panggil Dewa.
"Oit?"
"Kayanya ada yang tertarik sama anak baru deh,"
"Eh apaan sih lo, gacor amat."
"Lah, gue gak sebut loh, Res."
Resha dan Dewa pun tertawa melihat Dhea yang salting akibat mulutnya yang keceplosan.
Setelah pukul 12 malam tepat, mereka baru sampai di rumah. Dhea melangkah terburu-buru masuk ke dalam rumah karena sudah kelelaha.
"Dhe," panggil Resha yang menghentikan langkah kaki Dhea, "Jangan karena dia cakep lo jadi tertarik, pahami sifatnya juga." lanjut Resha dan dijawab anggukan kepala oleh Dhea.
🍁🍁🍁🍁🍁
Penampakan Deva yang make jersey hitam, tapi bukan jersey barcelona.
Rabu, 04 April 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith [Revisi]
Teen FictionDhea, gadis cuek yang pernah patah hati. Seakan tidak mau mengenal apalagi itu cinta, selalu menghindari cinta. Dan menentang keras perasaan yang tiba-tiba muncul ketika bertemu dengan seorang Erlangga Prasetya. Seketika, dinding kokoh yang dhea ban...