0.3

123K 6.5K 93
                                    

Hari ini sudah semakin larut namun Luna masih gelisah menanti kehadiran pria yang baru dikenalnya tapi mampu membuatnya bahagia, Sean, yang sedari tadi siang pamit pada Luna setelah mengantar Luna ke kampus. Dengan alasan ingin pergi bersama teman teman nya namun, hingga larut malam tak kunjung datang.

Grace terus menanyakan pada Luna dimana Sean karena Luna yang terus bersama Sean dari pagi namun sekarang Luna tak tau dimana Sean berada, sepulang kampus Luna dijemput supir pribadi lalu ia mengatakan Sean sedang ada urusan penting hingga tak bisa menjemput.

***

"Nyonya, tuan Sean menyuruh nyonya makan," ujar pelayan membawakan senampan nasi beserta susu putih yang diyakini titah dari Sean.

Luna menatap nanar pelayan itu mengambil nafas panjang lalu dengan cepat menghampiri pelayan itu "Kau tau dimana Sean? Dimana dia?" cecar Luna.

"Iya nyonya tetapi tuan Sean tak ingin nyonya tau," ujarnya dengan takut dan ragu.

"Hei katakan saja dimana tuan mu itu? dimana dia?!" Luna bertanya dengan mengunakan nada tinggi.

"Sean sedang kumpul sama teman-teman nakalnya Lun, Sean emang kebiasaannya seperti itu. Saat mama menelpon Sean sepertinya dia sedang mabuk," ujar Grace tiba tiba dan Luna langsung syok membulatkan matanya.

"Mengapa tante tak melarang?" tanya Luna polos dan Grace mendekat seraya mengelus pipi Luna lembut.

"Mama sudah lelah melarang tetapi tak di hiraukan, sekarang lebih baik kau yang melarang Sean, dia pasti akan menurut."

"Mana mungkin, dengan tante saja ia melawan, apalagi denganku,"

"Sean kelihatan sekali sayang denganmu, jadi Sean pasti akan melakukan apapun untukmu,"

"Tapi tan-"

"Sudah, lebih baik sekarang istrahat daripada Sean marah jika mengetahui kamu belum tidur jam segini, tadi saja dia menelpon menanyai jika kamu sudah tidur apa belum, dan mama menjawab sudah. Maka dari itu sekarang kamu tidur ya sayang," ujar Grace dan Luna hanya menganguk pasrah.

Akhirnya Luna berjalan menuju kasur yang kini telah berganti motif dengan We Bare Bears, palayan yang tadi membawa makanan hanya meletakan makanan itu dimeja karena Luna enggan untuk makan.

"Mama keluar. Night, have a nice dream."

"Tante," panggil Luna.

"Ada apa?"

"Aku tak berani tidur sendiri." ujar Luna malu. Grace tersenyum lucu melihat tingkah Luna yang persis seperti Sean jika manjanya sedang kumat.

Akhirnya Grace ikut berbaring disamping Luna, memeluk Luna erat sambil mengelus-ngelus punggungnya hingga membuat Luna terlelap dengan cepat, sudah lama Luna tak merasakan sentuhan seorang ibu dan kini dia merasakan itu lagi membuatnya sangat nyaman.

***

00:45

Bugh.

"Mama," rancau Sean yang mendobrak pintu rumah dan tersungkur kelantai.

"Sean!" pekik Grace kaget dan langsung menghampiri putranya yang sudah nampak mabuk berat.

"Dimana Luna-ku?" ujar Sean sambil terkekeh tak jelas.

"Pelayan!" panggil Grace dan 3 pelayan datang lalu langsung membantu Sean berdiri.

"Dimana Luna? dimana?!" bentak Sean dengan iringan tatapan sadis dan mematikan.

"Luna tidur dikamar. Apa yang ingin kau lakukan? menganggunya? apa kau ingin Luna melihat dirimu sedang mabuk seperti ini? Dimana otakmu hah?!" bentak Grace namun Sean tak mengubris ucapan nya, dia malah melenggang masuk kekamar meninggalkan mamanya.

Ceklek

Pintu terbuka lebar dan menampakan Luna tertidur dengan pulas berbalut selimut tebal. Sejenak Sean tersenyum melihatnya dan berjalan kearah Luna.

Sean menarik selimutnya lalu menatap tubuh Luna yang terpampang jelas mengenakan piyama putih cukup transparan hingga menampakan tanktop dan celana pendek hitam miliknya. Awalnya Luna tidak mau mengenakannya namun semua baju Luna yang ada dilemari sama semua, bahkan lebih seksi.

"Sayang, bangun." ujar Sean lembut.

"Luna, aku pulang." ujarnya lagi dan kini menciumi wajah Luna bergantian.

"Sean?!" pekik Luna yang terbangun dan menampakan Sean dengan mata memerah.

"Selamat malam sayang."

"Se—Sean kau mabuk," ujar Luna dengan ketakutan yang mendera.

"Tak usah takut, aku merindukanmu." ujar Sean dengan seringaian diwajahnya.

"Menjauh dariku!" teriak Luna sambil meneteskan air mata saking ketakutan.

Sean malah terus mendekat kearah Luna, menyundutkan Luna ke tembok lalu memiringkan wajahnya menatap bibir Luna yang merah merona alami.

"I love you."

Luna masih menangis sambil memejamkan matanya, ia terus menundukan kepalanya karena rasa takut menderanya.

"Sean menjauh dariku, ku mohon." isak Luna dalam tangisan yang semakin kencang.

TBC

Sweetest Devil ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang