Prolog

617 37 3
                                    

Suara burung camar berkicau di udara. Hembusan angin yang menerpa pasir putih. Ombak yang tak henti-hentinya bergulung dan memukul batu karang. Suasana pantai di pagi ini sangatlah menenangkan. Selama beberapa hari aku melakukan perjalanan menggunakan kapal, akhirnya tiba juga di sebuah desa terpencil bernama Mineral Town.

"Baiklah, kita sudah sampai di dermaga Mineral Town. Jangan lupa dengan barang bawaanmu ya" kata seroang pria tua yang telah mengemudikan kapal ini.
"Baik, terima kasih atas tumpangannya. Tuan Greg"
"Sama-sama Chris. Oh iya, Pak walikota mungkin sedang menunggumu di Lapangan Mawar sekarang." ujar pria tua itu dengan ramah.
"Emm... Lapangan Mawar itu di mana ya?"
"Setelah kau melewati tangga yang ada di sana itu, kau langsung berada di Lapangan Mawar" sambil menunjuk kearah sebuah tangga yang terbuat dari batu.
"Terimakasih atas informasinya"
Pria tua itu membalas dengan senyum yang ramah. Akupun mulai berjalan melawati dermaga yang terhubung ke pantai.

Setelah melewati pantai, aku menaiki tangga yang dimaksudkan Greg tadi. Benar saja, saat aku mencapai tangga teratas aku sudah berada di sebuah lapangan yang cukup luas. Permukaannya terbuat dari batu-batu pualam berwarna jingga dan putih. Ada 2 pasang kursi taman yang terpasang di kedua sisi lapangan, sebuah tempat sampah dan sebuah papan pengumuman. Sesaat aku melihat keadaan sekitar, ada seorang pria paruh baya datang menghampiriku.

Ia mengenakan baju rapih dengan jas merah berkerah putih, kemeja berwarna hijau kebiruan dan sebuah dasi kupu-kupu. Ia juga berkaca mata dan memakai topi seperti topi pesulap berwarna merah dengan garis putih mengelilingi bagian bawah topi yang berbentuk tabung itu.
"Selamat datang Chris. Sudah lama kita tidak bertemu. Aku masih ingat terakhir kali aku melihatmu, kau masih bocah. Dan sekarang, kau sudah tumbuh dewasa" sambut pria itu dengan nada gembira. Ia terlihat familiar bagiku.

"Pak Thomas?" kataku agak ragu.
"Wah, ternyata kau masih mengingat namaku."
"Ahaha... Sudah lama saya tidak melihat Anda, Pak walikota"
"Tidak usah begitu formal. Panggil saja aku Pak Thomas"
"Baiklah, pak"
"Jadi, bagaimana kalau kita langsung saja pergi ke tempat kakekmu?"
Aku mengangguk tanda setuju dengan perkataannya.

Aku berjalan menyusuri jalanan desa dengan Pak Thomas. Kami berjalan sambil berbincang-bincang. "Terasa sangat sejuk kan?" ucap pria itu dengan nada ramah. "Ya" jawabku, udara desa di pagi hari sangatlah sejuk dan segar, tidak seperti di kota tempat tinggalku dulu.

Yeah, mulai sekarang aku akan tinggal di desa. Mengambil alih kebun dan peternakan milik kakekku yang sudah lama tak terurus. Kakekku adalah petani yang hebat, ia mampu mengurus kebun dan peternakannya yang luas ini sendirian. Ia juga seorang pekerja keras. Dulu, ia punya beberapa hewan ternak seperti sapi, domba, ayam dan kuda. Namun, semua hewan ternaknya telah ia berikan kepada orang lain saat ia sudah tidak bisa mengurusnya. Tak heran bila Pak Walikota mencari pengganti yang pantas untuk menggantikan posisi kakekku.

Namun sebelum wafat, kakek bilang pada Pak Walikota untuk memberikan semua lahan kebun dan pertaniannya pada cucunya, yaitu aku. Aku merasa tidak pantas untuk mengambil posisinya, tapi karena kakek percaya padaku. Maka aku akan melakukannya.

Tak lama setelah kami berjalan, sampailah kami di sebuah area pertanian yang luas. Di samping kananku terdapat rumah kakek, samping kiriku terdapat sebuah kandang anjing dan beberapa bangunan kayu lainnya. Di hadapan bangunan-bangunan tersebut, ada sebuah kebun yang luas. Dan agak jauh di depanku terdapat sebuah lumbung jagung dan bangunan yang dijadikan kandang ayam. Di sampingnya terdapat kolam ikan dan sebuah pohon terletak di antara rumah kakek dan kolam tersebut.

"Nah, bagaimana menurutmu? Kebun ini bekas kebun milik kakekmu. Sudah lama tidak ada yang mengurusnya, jadi cukup berantakan" katanya sambil melihat sekeliling kebun. Ya pikirku, aku melihat banyak rumput liar, batu-batu yang berserakan, potongan kayu dan beberapa bonggol kayu.

Aku berjalan-jalan sedikit ke tengah kebun. Pak Walikota mengikuti langkahku dari belakang. "Ingatkah saat kau masih kecil berlibur di desa ini selama musim panas dulu?" Mendengar perkataan beliau, membuatku teringat dan bernostalgia dengan masa kecilku.

Saat dimana aku bertemu dengan seorang gadis seumuranku, di sebuah taman bunga di daerah bukit...

Harvest Moon Back To NatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang