Festival Dewi Spring (Bag. 1)

321 12 5
                                    

Pukul 8 pagi ini aku pergi ke gunung untuk mencari sumber daya alam yang bisa di jual. Mengumpulkan rebung bambu dan beberapa tanaman obat di daerah hutan sudah mulai menjadi kebiasaan rutin tiap hari selain mengurus kebun dan menambang. Hal ini membuatku terbiasa di daerah gunung dan hutan. Sesekali aku bertemu dengan seorang penebang kayu yang tinggal di kaki gunung.

Setelah mengumpulkan beberapa rebung dan tanaman, aku langsung kembali ke rumah lebih awal. Mengingat ada Festival Dewi Spring yang akan diadakan di Lapangan Mawar. Aku sempat melihat kalender sebelum pergi ke hutan pagi ini, seharusnya festival diadakan kemarin Hari Minggu tanggal 8 Spring. Tapi karena ada masalah yang tidak kuketahui membuatnya diundur sehari.

Perjalanan dari daerah gunung sampai ke kebunku cukup jauh, butuh sekitar 1 jam berjalan kaki. Melewati kawasan hutan, sungai, turunan dan tanjakan. Semua rintangan itu mulai jadi kebiasaanku sehari-hari. Sesekali aku beristirahat sejenak, sekedar duduk dibawah pohon rindang, melihat pemandangan alam di sekitar. Terkadang terlintas dibenakku, apakah aku harus terus berjalan kaki seperti ini, tidak adakah transportasi atau semacamnya yang bisa digunakan di desa ini. Berjalan jauh sambil membawa barang bawaan, itu sangat melelahkan.

...

Sesampainya di kebun, aku langsung menaruh barang-barang yang akan dijual di dalam bin.

"Hah, lelahnya. Tubuhku agak pegal"

Tubuh ini masih belum terbiasa jalan jauh. Tapi aku yakin rutinitas berat yang kujalani tiap hari akan membuatnya terbiasa.

"Oi Zed, jaga kebun selagi aku tidak disini. Aku akan pergi ke festival, jadilah anjing yang baik ya"

Sambil mengusap-ngusap kepalanya, Zed menggonggong tanda mengiyakan. Sekarang sudah jam 09:07, festival dimulai jam 10 pagi. Mungkin masih terlalu cepat untuk datang kesana, tapi kurasa tidak ada salahnya melihat bagaimana kondisi Lapangan Mawar sekarang. Setelah mengunci pintu dan menaruh peralatanku, aku langsung bergegas ke Lapangan Mawar.

...

Sesampainya di Lapangan Mawar, aku melihat kursi kursi sedang di tata di depan panggung. Beberapa orang sibuk menyiapkan acara ini, mulai dari menata kursi, tanaman hias, sampai memasang tirai dan mendekorasi panggung. Terlintas dipikiranku untuk membantu para warga. Sebelum aku menawarkan bantuan, Pak Thomas menyadari keberadaanku dan langsung menghampiriku.

"Oh Chris, selamat datang. Senang bisa melihatmu disini" ia menyambut dengan ramah.

"Ini pertama kalinya saya datang ke festival desa, Pak Thomas. Saya agak gugup, masih banyak warga desa yang belum saya kenal"

"Ah tidak apa-apa. Kau bisa berkenalan dengan mereka selagi disini. Nah Chris, apa kau keberatan membantu kami menyiapkan acaranya? Kami masih butuh bantuan beberapa orang lagi" pinta Pak Thomas.

"Tentu saja pak. Saya tidak keberatan. Apa yang bisa saya bantu?"

Pak Thomas menoleh ke arah orang-orang yang tengah sibuk melakukan persiapan. Ia memanggil dua orang yang sedang menata bangku dan sedang membawa box berisi tanaman hias.

"Cliff dan Basil, bisakah kalian kemari sebentar"

Mendengar dirinya terpanggil, pria bernama Cliff dan Basil itu langsung menghampiri Pak Thomas. Wajahnya terlihat kelelahan dan basah karena keringat.

"Cliff, bagaimana dengan kursinya?"

"Kita masih kurang beberapa kursi lagi. Saya dan Gray izin untuk istirahat sejenak. Zack dan Tuan Duke masih mengambil kursi-kursi dari Inn"

"Hmm begitu ya. Lalu Basil, bagaimana dengan dekorasi tanaman hiasnya?"

"Masih ada tanaman hias yang harus diambil dari beberapa rumah. Aku perlu bantuan satu orang lagi untuk mengambilnya"

Harvest Moon Back To NatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang