Aku membuka mata. Berusaha mengumpulkan kesadaran dan mengalirkan tenaga ke seluruh tubuhku. Badanku masih terasa pegal, tapi rasanya sudah lebih baik dari hari kemarin.
"Sudah pagi kah?" Jam dinding menunjukkan hampir pukul 9 pagi. Aku kesiangan. Aku beranjak dari kasur dan membuka hordeng beserta jendelanya, membiarkan sinar matahari dan udara pagi hari masuk ke dalam. Aku memeriksa kalender yang sudah kugantung di dinding. Hari ini, tanggal 3 di musim semi. Perjuanganku untuk menjadi petani hebat masih sangat panjang.
Saat aku sedang melihat kalender, ada sesuatu yang menyentuh kakiku.
"Zed? Apa kau lapar?" Ia hanya menggoyangkan ekornya.
"Baiklah, ayo kita sarapan. Setelah itu, aku akan mandi dan bersiap untuk bekerja."Setelah selesai bersiap-siap, akupun memulai perjalananku ke goa yang berada di dekat kolam air panas di kaki bukit. Sebelum pergi, aku membiarkan Zed berada diluar untuk menjaga kebun selagi aku pergi.
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------Suara angin yang berhembus, suara dedaunan di pohon yang bergoyang dan suara langkah sepatu yang beradu dengan jalan setapak ini, mengiringi perjalananku ke area pemandian air panas. Melewati jalan setapak di pinggir hutan seperti ini membuatku meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya hewan buas ataupun serangga yang mungkin saja berbahaya.
Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya aku sampai di persimpangan. Akupun berbelok kekanan dan menaiki tangga untuk sampai ke area pemandian air panas yang terletak di dataran tinggi. Letak goa yang berada dekat dengan kolam air panas, lebih tepatnya berada dibelakang air terjun, membuatnya agak sulit dilihat dari depan karena tertutupi aliran air terjun.
Sesampainya diatas, ternyata sudah ada orang yang datang kesini. Dua orang gadis terlihat sedang asik dengan urusannya masing-masing. Di dekat pinggiran tebing, seorang gadis sedang menikmati pemandangan dari sini. Dengan rambut pink tergerai yang agak bergelombang dengan sebuah bando hijau, mengenakan gaun dengan bagian rok berwarna merah dan bagian bajunya berwarna putih berlengan pendek, membuatnya terlihat sangat anggun.
Yang satunya lagi berada di dekat sungai. Rambut oranye yang di kuncir satu memanjang kebawah dengan sebuah pita putih di kepalanya, mengenakan baju overall berwarna biru tua dan kaos berwarna kuning, membuatnya terlihat seperti gadis tomboy.
Mereka terlihat sedang menikmati alam sekitar. Sepertinya mereka juga tidak menyadari keberadaanku. Aku ingin berbincang sedikit dengan mereka, tapi entah kenapa aku merasa gugup. Namun, ini adalah kesempatanku, hal ini tidak boleh disia-siakan. Aku memulai pembicaraan dengan gadis berambut pink.
"Hai" sapaku
"Oh! Hai juga" Ia membalas sapaanku tanpa melihatku sedikitpun
"Anu, bolehkah aku..." belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku,
"Huh! Kenapa sih dia cerewet sekali?" Ia bergumam sambil memalingkan wajahnya.
Lalu ia pergi menjauh dariku. Ya ampun, jutek sekali. Aku hanya ingin mengenalnya saja. Kesan pertamaku dengannya kurang baik. Tapi aku tidak menyerah, dan kali ini aku mencoba menyapa gadis berambut oranye di pinggir sungai.
"Hai"
"Oh! Hai!" Ia terlihat kaget.
"Oh maaf, apa mengejutkanmu?"
"Ahaha... Sedikit"
"Anu, namaku Chris. Penduduk baru di Mineral Town"
"Halo Chris, namaku Ann. Senang berkenalan denganmu"
"Senang berkenalan denganmu juga Ann"
"Nah Chris, datanglah ke Inn bila sempat ya. Disana ayahku membuka restoran pada siang hari dan membuka bar saat malam hari"
"Baiklah, aku akan menyempatkan waktuku disana"
Ia gadis yang ceria dan agak tomboy. Iris matanya berwarna hijau sapphire, membuatnya terlihat cantik meski ia gadis tomboy.
Aku mengakhiri pembicaraan dan pamit dengannya sebelum kulanjutkan perjalananku ke goa....
Aku menyiapkan pickaxe dan menyalakan lentera yang sudah kusiapkan untuk menambang di dalam goa. Aku mulai memasuki mulut goa yang menganga dengan lebar mengarah ke air terjun. Langkahku menimbulkan suara-suara yang bergema, udara dingin yang menusuk ke kulit dan remang-remang goa yang disinari oleh cahaya dari lentera. Sekejap aku dikejutkan dengan kawanan kelelawar yang beterbangan. Hal-hal itulah yang menemaniku dalam menelusuri goa ini.
Sebenarnya tambang ini dilengkapi dengan lampu-lampu disepanjang langit-langit lorong, hanya saja mungkin sudah tidak ada lagi persediaan listrik. Belum lama aku berjalan, aku berada di sebuah ruang goa yang cukup lebar. Bagian disini melebar hingga membentuk persegi. Beberapa potongan-potongan bijih tambang berserakan disini.
"Di sinikah titik menambangnya?" Pikirku.
Aku melihat ke sekeliling, dan mataku menangkap ada sebuah pintu masuk lainnya di seberang sana dan sebuah papan yang menempel di sebelahnya.
"Area ini adalah titik menambang Level 1. Hanya bijih tembaga saja yang bisa ditemukan disini. Semakin dalam kau menambang, semakin baik kualitas bijih tambangnya."
Begitulah pesan yang terdapat di papan kayu tersebut. Sepertinya, goa ini bercabang. Aku harus mengingat dari arah mana aku masuk ke goa. Bisa saja aku tersesat disini.
Takkk... Takkk... Takkk...
Ujung pickaxe yang menusuk-nusuk bebatuan goa, menciptakan suara-suara gema di sepanjang lorong-lorong goa. Udara di dalam goa juga terasa dingin, mungkin karena jauhnya dari jangkauan udara musim semi yang hangat. Aku terus melanjutkan usahaku untuk mendapatkan bijih tambang di tengah-tengah kegelapan goa, ditemani dengan cahaya remang-remang dari lentera.
...
"Wah... Aku kelelahan..."
Keringatku sudah mulai membasahi wajah dan tubuhku. Lelah dan letih mulai merasuki tangan & kakiku. Selama hampir satu jam aku menambang terus tanpa henti, sudah menguras setengah dari tenagaku. Tubuhku masih belum membiasakan diri.
Aku beristirahat sejenak untuk mengisi tenaga. Aku duduk ditemani dengan sepotong roti, sebotol air minum dan beberapa bijih tembaga yang sudah kudapat sebelumnya. Hanya dengan memakan sepotong roti dan minum air saja, rasanya terasa sangat nikmat saat kelelahan seperti ini.
...
Setelah aku menambang selama setengah jam lagi, aku memutuskan untuk pulang. Selama 4 hari berikutnya aku masih terus melakukan rutinitas ini. Mengurus kebun, pergi menambang lalu pulang kerumah. Sampai di hari ke 5, ketika aku berjalan melewati peternakan ayam Poultry Farm, aku dihadapkan oleh sebuah masalah yang terjadi di peternakan ayam tersebut.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Harvest Moon Back To Nature
FanfictionCerita ini hanyalah sebuah fan made. Berdasarkan dari game nya dengan judul yang sama, Harvest Moon Back To Nature. Game buatan Natsume Inc. ini bercerita tentang seorang pria (sebut saja Chris) yang mengambil alih lahan kebun dan peternakan milik k...