Gadis Penyayang dan Gadis Ceria

214 13 8
                                    

Na na na na na na na, na na na...
Na na na na na na na, na na na...
Na na na na na na na, na na na...

...

"Hn?"

Aku terbangun dari tidurku yang nyenyak dipagi hari. Terlintas lagi dalam benak nyanyian merdu yang terasa sangat bernostalgia. Momen saat Festival Dewi Spring kemarin masih segar didalam ingatanku. Dalam kondisi yang masih setengah sadar, aku beranjak dari kasur dan mempersiapkan diri untuk memulai aktivitas hari ini. Seperti biasa, setiap pagi aku mencari rebung bambu di kaki bukit untuk dijual nantinya. Aku memberi makan pada Zed, lalu meninggalkannya untuk mengawasi rumah dan kebun setiap kali aku pergi.

Saat aku sedang mengumpulkan rebung, aku bertemu dengan seorang pria paruh baya bertubuh besar. Memiliki tatapan mata yang tajam, membuat wajahnya kelihatan sangar, ia juga berkumis dan berjanggut. Pria itu sedang mencabut rebung dari tanah. Didekatnya terdapat beberapa rebung yang sudah dicabut. Menyadari keberadaanku, ia menghentikan kegiatannya dan berbalik menyapaku.

"Oh halo, apa kau juga sedang mencari rebung?". Pria itu membersihkan tanah yang ada di telapak tangannya.

Aku menjawab, "Iya, saya juga sedang mencari rebung". Pria itu melihat ke arahku dari atas ke bawah, seakan-akan sedang menganalisa, "Apa kau penduduk baru disini?" Ia bertanya.

Aku memperkenalkan diriku dan juga kebun Midgard yang sekarang sudah menjadi kepemilikanku. "Oh, rupanya kau adalah cucu dari kakek Billy. Namaku Gotz, senang bertemu denganmu Chris", ia memperkenalkan diri.

Ia melanjutkan mencabut rebung, sambil bercerita sedikit mengenai dirinya yang kenal dengan kakekku saat masih hidup. Gotz sering bertemu dengan kakek di kawasan hutan dan bukit saat mereka sedang mencari sumber daya alam. Karena hal tersebut, membuat mereka menjadi teman akrab di masa lalu. Ia juga memberitahu tempat tinggalnya yang berada di kaki bukit.

"Kuberitahu satu hal selama kau berada di alam, kekayaan alam yang melimpah telah membantu kita dalam menjalani hidup. Dimanapun kita berada, khususnya saat di alam liar, jangan sampai tindakan kita mencemari alam, apalagi merusaknya". Ia memasukan rebung kedalam karung, lalu membereskan peralatannya, "Kalau begitu, aku permisi dulu. Berhati-hatilah, mampirlah ke rumah bila sempat". Aku mengangguk dan mengucapkan terimakasih padanya. Gotz pergi lebih dulu.

Aku melanjutkan mencari rebung bambu sampai waktu menjelang siang dan kembali ke rumah untuk mengurus kebun. Saat mengurus kebun, aku merasakan sakit di tanganku. Aku tidak ingat dari mana luka ini berasal, mungkin saat mencari rebung tadi. Seusai mengurus kebun, aku pergi ke Klinik untuk mengobati luka di tanganku.

Saat aku tiba di Klinik, aku disambut oleh seorang suster. Aku mengingat wajahnya itu saat hari Festival Dewi Spring kemarin, namanya Elli. Hal itu membuatku teringat betapa manisnya dia saat mengenakan kostum Dewi. Namun kali ini, ia mengenakan gaun.

"Kau pasti Chris dari kebun Midgard. Perkenalkan, namaku Elli. Sepertinya kita sudah bertemu sebelumnya". Perkataannya itu membuyarkan lamunanku, mengembalikan kesadaranku ke realita.

"Oh i-iya, kemarin kita hanya sekedar berpapasan di jalan". Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.

"Oh, kau terluka ya. Boleh kuperiksa?" Ia menyadari luka di tanganku.

Aku memperlihatkan luka tersebut. Elli memeriksa luka yang kudapat saat sedang bekerja hari ini. Wajahnya itu menunjukkan rasa prihatin. Tangannya yang lembut bersentuhan dengan tanganku. Hal ini membuatku sedikit gugup dan merasa agak perih saat ia menyentuh lukaku.

"Apa terasa sakit?" Ia bertanya sambil berjalan ke arah laci di dekatnya. Ia mengambil sebuah plester luka.

"Tidak, ini hanya luka kecil" kataku.

Harvest Moon Back To NatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang