Suasana ramai menyelimuti Lapangan Mawar di Mineral Town. Para warga desa duduk di susunan kursi yang menghadap ke sebuah panggung yang pinggirannya dihiasi tanaman indah penuh warna. Warga desa saling berbincang-bincang, wajahnya tampak antusias dan gembira dalam festival ini. Ini adalah festival pertama bagiku di Mineral Town, membuatku sangat penasaran seperti apa Festival Dewi Spring itu.
"Chris, aku perlu bantuanmu. Apa kau keberatan?" Seseorang memanggilku dari belakang. Aku menoleh, orang yang memanggilku tadi adalah Pak Thomas, disampingnya ada Pak Saibara.
"Apa yang bisa saya bantu, Pak Thomas?" Aku menghadapkan tubuhku pada Pak Thomas setelah menata tanaman hias yang baru kubawa. Ia memegang sebuah papan jalan dan pulpen di tangannya.
"Anu, bisakah kau mengambil tanaman yang ada di tempatku? Aku lupa membawanya". Kali ini Pak Saibara mengelus-elus janggutnya yang sudah memutih.
"Maaf merepotkanmu, tanaman yang satu ini adalah yang terakhir. Jadi setelah semua persiapan sudah selesai, kita bisa langsung memulai acaranya". Pak Thomas memeriksa kertas di papan jalannya sambil menuliskan sesuatu di atasnya.
"Tidak apa, kalau begitu saya akan mengambilnya sekarang". Aku mengambil box yang kubawa tadi bersamaku, lalu bergegas pergi ke Pandai Besi Saibara.
"Pak Walikota, bisa bicara sebentar?" Saat aku hendak pergi, aku melihat Pak Basil dan Bu Anna menghampiri Pak Thomas.
"Baiklah Chris, aku serahkan padamu". Aku mengangguk, lalu pergi meninggalkan Lapangan Mawar.
...
Aku berjalan melewati Inn, lalu sampai di pertigaan yang dekat dengan Supermarket & Klinik. Aku ambil jalan ke kiri yang melewati Supermarket. Disitu, aku berpapasan dengan Stu, ia berjalan beriringan dengan seorang gadis bernama Elli yang tadi aku lihat dirumah Nenek Ellen. Stu melambaikan tangannya padaku, sementara Elli tersenyum simpul. Sejenak senyum manisnya dan penampilannya bak seorang Dewi itu membuatku gugup, membuat otot wajahku agak kaku untuk merespon senyumnya. Meski begitu, pada akhirnya aku bisa tersenyum kecil pada mereka berdua.
Setelah berpapasan dengan mereka, aku menoleh kebelakang untuk melihat sosok gadis itu lagi. Saat aku masih melihatnya dari belakang, Elli juga menoleh ke arahku. Pandangan kami bertemu meski hanya sesaat. Elli terkejut, lalu ia memalingkan wajahnya, begitu juga denganku. Untuk kedua kalinya aku mencoba menoleh kembali, tapi mereka berdua sudah tidak ada. Kelihatannya mereka sudah berbelok di pertigaan itu.
Box yang kubawa membuat pergerakanku melambat. Aku mempercepat langkahku saat melewati rumah milik Pak Thomas dan Nenek Ellen, lalu melewati Perpustakaan dan rumah milik Keluarga Basil. Aku merasa seperti ada yang memperhatikanku saat melewati Perpustakaan.
"Mungkin cuma perasaanku saja?" Aku bertanya dalam hati, tidak menghentikan langkahku menuju Pandai Besi.
Aku terus berjalan sampai akhirnya melewati Toko Anggur Aja yang persis berada disamping tempat Pandai Besi. Suasa di Mineral Town jadi agak sepi karena para penduduk sedang berkumpul di Lapangan Mawar. Mungkin hanya ada aku seorang diri yang masih berkeliaran di Mineral Town. Dari depan toko Saibara aku melihat ada sebuah pot dengan tanaman hias. Aku langsung meletakkan box yang kubawa, lalu memasukkan pot tersebut kedalamnya.
"A-anu...". Saat aku sedang mengangkat box itu, aku dikejutkan dengan suara yang kudengar dari belakang. Membuat peganganku terlepas, box yang sedang ku angkat terjatuh menimpa kaki kananku.
"Ack!" Box itu menimbulkan suara benturan cukup keras saat menimpa tanah. Rasa sakit di kaki membuatku tersungkur.
"M-maaf! A-aku tidak bermaksud untuk mengejutkanmu! A-apa kau baik-baik saja?" Aku melihat ke arah sumber suara. Saat aku melihat sosok yang ada dihadapanku, entah mengapa rasa sakit yang kurasa seakan-akan menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harvest Moon Back To Nature
FanfictionCerita ini hanyalah sebuah fan made. Berdasarkan dari game nya dengan judul yang sama, Harvest Moon Back To Nature. Game buatan Natsume Inc. ini bercerita tentang seorang pria (sebut saja Chris) yang mengambil alih lahan kebun dan peternakan milik k...