Alexander pov
Seperti biasa pekerjaanku selalu menumpuk tapi aku tak pernah mengeluhkannya. Kesibukan ini yang aku cari karena dengan begini aku merasa tenang.
Kalau bukan karena mommy yang memintaku istirahat, aku tidak akan beristirahat. Kebahagian mommy adalah kebahagianku juga. Aku tak ingin mommy menangis lagi. Sudah cukup air mata mommy keluar sewaktu aku kecil.
Syukurlah setelah daddyku meninggal, mommy berhenti menangis tapi raut kesedihan di wajahnya tidak pernah menghilang. Sekuat apapun aku menghiburnya, raut kesedihan itu tak mau meninggalkan wajah mommy.
"maaf tuan smith, ada telepon dari rumah ibu anda" josh assistenku memberi kabar padaku.
"ada apa"
"ibu anda pingsan"
"apa" aku segera keluar ruangan dan menuju rumah mommyku. Ibuku sudah tak pernah pingsan lagi semenjak daddyku meninggal. Apa darah tingginya kambuh lagi.
Aku pacu ferariku dengan kecepatan tinggi. Tak kuperdulikan keselamatanku yang sekarang aku pikirkan adalah mommyku.
20 menit perjalanan akhirnya sampai juga. Segera aku masuk ke dalam rumah dan menemui mommyku.
Kulihat dokter adam, dokter keluarga kami baru saja keluar dari kamar mommy.
"bagaimana keadaan mommy"
"darah tingginya kambuh tapi aku sudah memberinya obat"
"terima kasih dokter"
Aku segera masuk ke dalam kamar mommy. Kulihat dia sedang tertidur dengan tenang. Aku dekati dia dan kugenggam tangannya. Tangan yang selama ini selalu mendukungku.
"bertha" aku panggil pelayan setia mommy sekaligus ibu asuhku sewaktu kecil
"iya tuan"
"mengapa mommy bisa pingsan"
Bertha sepertinya enggan menjawab tapi aku menatapnya tajam meminta dia menjawab pertanyaanku.
"tadi tuan roland kemari, setelah berbicara dengannya nyonya pingsan"
"sial" aku menahan emosiku, aku tak mungkin berteriak di depan mommy. Lihat saja kau roland, aku akan membalasmu.
"alex" kulihat mommy membuka matanya
"mommy, kau baik-baik saja"
Mommy hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya. Aku tenang sepertinya obat yang diberi dokter adam membuat mommy lebih tenang. Melihat mommy sudah mulai membaik, aku kembali ke kantor.
Sebelumnya aku sudah menelpon josh untuk menyeret anak haram itu tepat kehadapanku.
Sesampainya di kantor, aku langsung masuk ke dalam ruangan. Sudah ada josh dan anak haram itu.
Segera saja aku layangkan tinjuku ke wajahnya yang polos itu. Dia jatuh tersungkur ke depan dengan darah di sudut bibirnya.
"ada apa kak, kenapa memukulku"
"dasar anak haram, pembawa sial apa yang kau lakukan sampai mommy pingsan" lagi-lagi aku meninjunya dan menendangnya. Josh yang melihat semua itu tidak berusaha melerai kami karena josh adalah tangan kananku, orang kepercayaanku. Tentu saja dia akan berada di pihakku.
"aku tidak melakukan apa-apa kak"
"dasar pembohong, kau tidak mau mengakuinya"aku menendangnya lagi. Kulihat roland sudah kesakitan dan terbatuk menahan sakit pada perutnya yang kutendang.
"be...enar kak, aku tadi ke rumahmu hanya untuk mencarimu" roland berusaha menjelaskan
"untuk apa kau mencariku, kau bisa datang ke kantor bukan ke rumahku dan bertemu mommy. Kau dan ibumu sudah kularang menginjakkan kaki dirumahku"
"maafkan aku kak, aku hanya ingin kau menolong ibuku. Ibuku harus dirawat dirumah sakit kak. Aku pinjam uangmu" roland berlutut sambil memohon.
"keluar dari kantorku dan urusan ibumu josh yang akan mengurusnya. Jangan pernah datang kerumahku lagi" aku menunjuk dadanya memberinya peringatan. Dengan susah payah roland bangkit berdiri.
"terima kasih kak" dia pun keluar dari ruanganku
"josh bawa perempuan itu ke rumah sakit tapi jangan bawa ke rumah sakit dimana keluarga smith mempunyai saham disana. Aku tak mau orang lain tahu wanita jalang itu selingkuhan daddyku"
"baik tuan"
Josh pun pergi untuk mengurus masalah ini. Sepeninggalan josh aku merasa pusing. Masalah ini membuatku jadi emosi. Aku batalkan semua pekerjaanku hari ini. Yang aku butuhkan sekarang adalah menenangkan diri.
Aku pergi ke club malam milik keluargaku. Masih terlalu awal memang untuk kesana tapi aku tak perduli.
##
Sebuah mobil ferari terparkir di basement club malam ini. Alex sedang berada disana dan sekarang sedang bersenang-senang.
Ruangan VVIP ini menjadi saksi bisu apa yang sedang alex lakukan sekarang.
Alex sedang menyetubuhi seorang pelayan wanita.
"ssstttt...ahhh"desahan keluar dari mulut si wanita dan hal ini semakin membuat alex bergairah. Dengan ganas alex meremas payudara si wanita yang menggoda. Sebuah pukulan dia daratkan pada bokong si wanita meninggalkan bekas kemerahan.
"ahhh come on baby" si wanita sudah mulai meracau tak jelas. Nampak jelas dia menikmati permainan ini.
Sedangkan alex dia benar-benar melampiaskan emosinya pada wanita ini. Permainan kasar dan cepat dia lakukan. Wanita jalang seperti wanita ini memang pantas mendapatkannya.
Setelah mereka mencapai puncak kenikmatan, alex melepaskan dirinya pada wanita ini.
Dia membuang kondom yang dipakainya ke tempat sampah disudut ruangan. Alex selalu bermain dengan aman dan hati-hati. Dia tidak ingin ada wanita yang mengaku mengandung anaknya. Benihnya hanya untuk wanita yang pantas menjadi istrinya kelak.
Alex merapikan bajunya dan meninggalkan si wanita begitu saja di dalam ruangan. Sebelumnya alex melemparkan beberapa lembar uang ke pada wanita itu.
Alex meninggalkan club malam itu dan menuju apartemennya. Alex tidak pernah pulang ke rumah jika dia habis bercinta dengan wanita. Dia tak ingin mommynya melihat keadaannya seperti ini.
Terkadang alex merasa bosan dengan kehidupannya tapi dia harus tetap menjalani ini semua. Trauma masa kecilnya telah membentuk karakter alex menjadi seperti sekarang. Dingin, tak berperasaan, kejam dan mengintimidasi.
#
#
#
#
#
Hai readers aku update lagi nih.
Bagaimana ceritanya semoga suka dan diterima ya.
Maaf utk typo yang ada karena tanpa proses editing ✌
KAMU SEDANG MEMBACA
HATI SANG IBLIS
RomanceAlexander Smith marah akan keadaannya. Keluarganya yang bahagia harus hancur karena perselingkuhan sang ayah. Di usianya yang masih muda, dia harus melihat penderitaan ibunya karena perselingkuhan sang ayah. Adik tirinya hasil dari perselingkuhan a...