Chapter 04

426 50 1
                                    

Dalam perjalanannya menuju UKS, rasa keram pada perutnya itu perlahan-lahan semakin terasa. Seila sesekali menghela nafas panjang, hari pertama memang selalu menyakitkan. Gadis itu bergumam lirih sebelum sebuah suara yang tak asing menyapa indera pendengaran nya. Seila menoleh kebelakang, ia mendapati seorang pemuda jangkung berseragam olahraga itu tengah tersenyum hangat.

"Nathan, gue kira siapa." Seila membalas senyum cerah pemuda itu.

"Lo mau kemana?"

"Ke UKS, lo sendiri gak ke kantin gitu?"

Nathan menggeleng. "Gue mau olahraga soalnya, by the way lo sakit?" Ujar Nathan seraya menatap curiga. Kemudian tanpa permisi tangan pemuda itu terulur dan mendarat tepat di dahi Seila.

Seila membelalakan matanya terkejut dengan tindakan yang tiba-tiba itu. Jatungnya sedikit berdegup karena posisi Nathan yang terlalu dekat. Seila bahkan bisa merasakan helaan nafas pemuda itu menyapu halus permukaan wajahnya.

Seila meraih tangan Nathan dengan gugup dan menurunkannya secara perlahan, "Sakitnya bukan disitu Nat."

Nathan mengerutkan kening nya. "Terus dimana?"

Seila terkekeh seraya menepuk-nepukan tanganya pada perutnya. "Di sini."

Pemuda itu terkekeh sambil menganggukkan kepala nya. "Yaudah, gue anter ya, sekalian gue juga mau ke ruang olahraga." Seila tersenyum dan mengangguk, kini mereka berjalan berdampingan.

Dalam perjalanannya dapat dihitung sudah beberapa banyak siswa-siswi yang bergantian menyapa pemuda itu. Tidak heran juga sih, karena Nathan itu sangat populer. Selain menjabat sebagai Kapten Basket sekolah, pemuda itu juga dikenal sebagai putra sulung dari Edwin Pramusa. Beliau adalah pimpinan yang menjabat sebagai Kepala Sekolah di Lentera International Highschool.

"Wah, lo udah kaya Idol aja, banyak yang nyapa sana-sini." Celetuk Seila ringan.

Nathan terkekeh dan menggeleng. "Gak gitu juga La, sejauh ini gue anggap sapaan mereka cuman sebagai formalitas semata."

Seila menyerngit tidak mengerti. "Maksudnya?"

"Coba lo pikir, kalau gue bukan anak Kepala Sekolah atau Kapten Basket, gue yakin gak akan ada yang nyapa gue sebanyak itu." Nathan menyelesaikan ucapan nya saat mereka sudah berada tepat di depan sebuah pintu besar bertuliskan UKS.

Seila tersenyum, dimatanya Nathan adalah sosok yang rendah hati, ramah dan juga lemah lembut. Itulah kenapa saat pertama kali mengenalnya, Seila langsung menyukai pemuda itu.

"Kalau gitu, gue duluan ya La. Gue harus ngambil beberapa alat perlengkapan olahraga."

"Makasih Nat."

Nathan mengangguk. "Maaf gue gak bisa jagain lo secara penuh. Tapi kalo lo butuh sesuatu, kabarin gue aja. Gue bakal stand by buat lo." Pemuda itu kembali tersenyum manis. "Lagian jarak dari lapang ke UKS itu deket banget, bahkan lo bisa liat gue dari dalem ruangan ya 'kan. Tinggal lo pilih aja tempat paling pojok di sebelah kanan." Sambung nya.

Bagus, Seila kini menjerit kesenangan dalam hati. Suara selembut madu itu berhasil membuatnya meleleh tak berbentuk dan melupakan rasa sakitnya walau sejanak. Nathan benar-benar sangat manis dan gentleman. Tanpa sadar kedua sudut bibir gadis itu tertarik keatas, Seila tersenyum lebar.

"Iya, iya. Udah lo pergi aja, nanti diomelin Pak Budi kalo lo sampe telat." Nathan menyetujui ucapan itu dan segera beranjak meninggalkan Seila yang masih membeku ditempat.

Seila menatap punggung kokoh itu hingga menghilang di ujung koridor. Setelah itu ia membuka pintu besar berwarna putih, dilihatnya tirai-tirai menjulang tinggi berwarna hijau mint yang menyekat perbagian tempat tidur.

Chole PlegmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang