Chapter 03

427 57 1
                                    

Seila berjalan menyusuri koridor bersama beberapa teman wanita nya yang mengekor tepat dibelakang. Perjalanan menuju kantin dipenuhi gelak tawa dengan pembahasan mengenai betapa payahnya Alvin, salah satu teman kelas nya dalam melakukan pendekatan kepada seorang gadis.

"Alvin sama bego nya kaya Rio." Ujar Claudia berapi-api.

"Iya, sok tahu banget soal hubungan. Padahal dia baru aja putus sama lo ya, Ce?" Casey langsung menebak Claudia dengan pertanyaan.

Claudia yang masih sibuk merutuki kedua pemuda itu, tiba-tiba saja melotot dan berdecak pinggang lalu berujar dengan tegas. "Bahas itu lagi, gue kuburin lo hidup-hidup."

Tawa keempatnya kembali pecah mendengar ancaman konyol itu. Entah apa yang terjadi pada mereka minggu lalu yang jelas Claudia hanya beralasan jika Rio selalu berbohong dan karena itu ia mengakhiri hubungannya.

Sesampainya dikantin, keempat gadis itu langsung menduduki deretan bangku bagian belakang. Namun baru saja Seila mendaratkan tubuhnya mendadak ia merasakan nyeri diperutnya hal itu membuat Seila merintih dengan mata terpejam.

"Lo kenapa, La?" Claudia berujar khawatir.

"Perut lo sakit?" Mauren ikut menyahut. Seila mengangguk pelan diiringi senyum tipis yang ketara sekali terlihat sedang menahan sakit.

"Iya, tapi gapapa kok, biasa hari pertama."

Seila menarik napas dalam saraya membenarkan helaian rambut yang jatuh menutupi wajahnya. Disamping itu, sesekali Seila menekan-nekan perutnya menggunakan salah satu tangannya dengan harapan rasa sakit itu akan menghilang. Namun nyatanya hal itu tidak ampuh sama sekali yang ada sensasi itu semakin membuatnya sakit bahkan hingga ke bagian kepala.

"Serius?" Ulang Casey menyelidik tidak percaya, namun anggukan menyakinkan Seila membuat Casey tidak lagi bertanya. Lagi pula Seila tidak tega membiarkan teman-temannya khawatir disaat jam makan siang karena itu Seila berusaha menutupinya dengan menyuruh ketiga temannya untuk segera membeli makanan nya masing-masing.

"Bentar deh, itu Ezra kan?" Casey berujar sebelum ia berdiri, kemudian ia menunjuk kearah empat orang pemuda yang tengah berjalan membelah kerumunan. Celetukan Casey memaksa Seila, Mauren dan Claudia mengikuti arah pandang gadis itu, "Tumbenan pada ke kantin, full team lagi." Lanjut Casey keheranan.

Detik selanjutnya Claudia dibuat geleng-geleng, ia heran melihat beberapa siswi tengah asik menatap keempatnya dengan mata berbinar serta mulut yang sedikit menga-nga.

"Kampungan," Cibir Claudia sinis.

Benar, tidak ada yang bisa mengabaikan aura keempat nya. Tidak heran jika banyak gadis yang tergila-gila bahkan sampai rela menjatuhkan harga dirinya agar dijadikan kekasih dari salah satu nya.

Seila jadi ingat saat ia tak sengaja memergoki Levine dikoridor yang sepi dengan salah satu siswi juniornya yang mungkin saat itu sedang menyatakan cinta. Karena kejadian itu Seila jadi tahu betapa kejamnya Levine saat menolak seseorang. Ia bahkan sampai hati melemparkan sebuah kotak coklat pemberian siswi itu ke dalam tempat sampah dan merobek sepucuk surat yang Seila yakin Levine belum membacanya sama sekali.

Melihat sikap kasar itu Seila memberanikan diri untuk angkat bicara dan menegur pemuda itu dengan harapan jika nantinya Levine akan sedikit lebih lembut. Namun karena sifat Levine yang keras, membuat niat baik itu jusru berbalik menjadi sebuah bencana. Kedua nya bahkan sampai bertengkar hebat dan berakhir saling mendiami selama satu minggu penuh.

Suara Casey yang memanggil para pemuda itu untuk mengajaknya duduk bersama membuat bayangan dikepala Seila buyar seketika. Rupanya ia baru sadar jika dihadapannya ini sudah ada seorang pemuda yang tengah berdiri menatapnya, dikala teman yang lainnya sudah duduk tenang.

Chole PlegmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang