Sudah sebelas bulan lamanya mentari menguasai bumi pertiwi, Aku tak disisihkannya sedikitpun. Membuatku harus memberikan pemberontakan kecil, agar Ia mau membanginya untukku. Cukup sudah waktu istirahatku berakhir, Aku harus segera tampil demi manusia yang kepanasan, tumbuhan yang hampir tumbang dan ekosistem yang mulai tak seimbang.
Semua rintik air telah terserap dalam pasukan awan hitam. Aku harus segera meneteskannya sedikit demi sedikit karna beban pasukan awan hitam yang terlalu tebal menyeramkan dan membahayakan. Kuperhatikan bumi dari istana awan hitamku, tampak makhluk hidup mulai lemas menjalankan aktifitasnya. Bagaimana tidak jika mentari selalu tampil walau malam telah gelap sempurna. Mau tidak mau dan cepat atau lambat, pasukanku yang terdiri dari awan hitam, petir kilat dan gemuruh aungan awan harus segera beraksi. Sebentar lagi, Aku sebagai komandan Mereka harus siap untuk mengambil ancang-ancang pertempuran melawan pasukan mentari memperebutkan keadaan. Hujan harus benar benar menang jika ingin bumi subur kembali dan normal kembali.
Pagi ini, saat yang tepat untuk memulai pertempuran. Perlahan, pasukanku berjalan mendekati pasukan mentari. Kami siap, begitu juga Mereka. Terlihat jelas dari barisan rapi pasukannya. Baiklah, keadaan semakin tegang menakutkan, kita harus memulainya.
"serang!" Perintahku pada pasukanku untuk mengerahkan semua kekuatan yang ada melawan Mereka.
Tampak, semua mengeluarkan kekuatannya. Gemuruh petir, setruman kilat memukul mundur pasukan mentari. Namun, hujan melenceng ke kanan dan mentari ke kiri. Membuat lingkaran berbentuk ying dan yang , antara hujan dan mentari. Diantara Mereka, tepat ditengah sebagai perbatasan berdiri kokoh badai angin yang terjadi karena putaran hingga rintik–rintik hujan berjatuhan, mengembirakan Manusia yang kini tengah bermain hujan di halaman rumah mereka masing- masing. Sayang, kejadian itu sirna tak lama karena mentari yang tak mau kalah begitu saja. Mereka berputar, berganti posisi dengan Badai angin yang sedang tak berpihak pada hujan.
Percuma bagiku, sangat-sangat percuma jika hasilnya hanya seperti ini. Hujan turun hanya sebentar namun hal itu cukup membuat mereka bahagia kembali bertenaga. Rintik-rintik hujan perlahan terbias oleh mentari pagi menandakan Aku dan pasukanku harus segera pergi. Badai angin hilang seiring menjauhnya pasukanku dari medan. Rintik air yang terbias membuat bumi tersenyum atas usaha kami. Mengindahkan walau hanya sebentar, menciptakan senyuman antara Makhluk-makhluk bumi.
Berbentuk sepertipisang , biasan itu kokoh menghiasi bumi dari ujung ke ujungnya. Berwarna merahkuning dan hijau. Aku turut senang atas kejadian tak biasa ini. Mereka menyebutbiasan ini dengan sebuta pelangi. Karna terjadi di pagi hari, maka merekamenyebutnya pelangi fajar. Cukup indah bila mengawali pagi dengan rona senyum manis,membuatku rindu ingin mengulangnya sekali lagi. Maafkan aku bumi, aku beraksihanya sebentar. aku berjanji, suatu saat nanti, Aku akan kembali dengan aksilebih lama lagi. Tunggu aku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bebas Terbatas
Short StoryBebas Terbatas adalah buku kumpulan cerpen pertama karya penulis pemula M. Zulfiyan Alamsyah. Berisi tentang Warna-warni kehidupan yang siap mewarnai imajinasi kehidupan pembaca. Selamat membaca!