Bagian 8

1.1K 151 5
                                    

Ara menuruni anak tangga dan mencari keberadaan Seungkwan. Ia tak tahu obat apa yang telah ia berikan padanya. Tapi keadaannya membaik dengan cepat. Tubuhnya kian bugar dan luka bekas panah di dadanya juga mengering dengan cepat.

Mungkin karena ia bukan manusia sehingga ia bisa mengobati seseorang dengan kekuatan supernaturanl agar lekas sembuh? Mungkin saja.

"Hai, kau sudah bangun? Sudah merasa lebih baik?" Seungkwan menyapa dari balik meja kerjanya.

Ara nekat menerobos kamar pribadinya demi untuk bertemu dengan dirinya.

"Kapan mereka pergi?" tanya Ara langsung.

"Siapa?" Seungkwan menjawab santai tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas di hadapannya.

"Tentu saja Vernon dan saudara-saudaranya. Tolong jangan bertele-tele aku sedang buru-buru! Kapan dan kemana mereka pergi?!" Nada suara Ara meninggi. Terdengar putus asa.

Seungkwan melipat kedua tangannya di permukaan meja lalu menatap Ara dengan jengkel.

"Lalu, kalau kau tahu kemana mereka akan pergi, apa yang akan kau lakukan?"

"Mengejarnya, tentu saja." jawab Ara cepat.

Seungkwan menarik nafas.

"Vernon benar, Ara. Bersama mereka hanya akan membahayakan nyawamu sendiri. Manusia bepergian dengan Nephilim, bukan ide yang baik. Mengertilah, apa yang ia lakukan hanya demi kepentinganmu. Ia tak ingin kau tewas,"

"Aku tak akan tewas! Bahkan jika aku tewas, aku tak keberatan!" Ara menjerit.

"Kau manusia yang keras kepala!" Seungkwan bangkit.

"Tetap saja aku tak akan memberitahumu kemana mereka pergi. Aku sudah berjanji padanya untuk mengantarkanmu dengan selamat ke kota asalmu. Dan aku akan melakukannya, walau aku harus menyeretmu dengan paksa."

Bibir Ara berdecih kesal. Ia meremas rambutnya dengan acak-acakan. Dan ketika tatapannya singgah pada beberapa senjata api dan juga busur silang yang terpajang rapi di lemari kaca dengan bingkai besi, ide itu muncul.

"Ajari aku menggunakan itu," Ia berujar sembari menunjuk senjata-senjata itu dengan dagunya.

Seungkwan mengernyitkan dahinya.

"Untuk apa kau ingin belajar?"

Ara tak menjawab. Gadis itu bergerak, membuka pintu lemari, lalu mengeluarkan sebuah pistol semi otomatis dan sebuah busur silang.

"Aku harus bisa menggunakan senjata. Jadi jika aku bergabung dengan para Nephilim itu, aku bisa menjaga diriku sendiri tanpa harus mati konyol." Ia mengacungkan pistol itu ke arah Seungkwan.

"Aku pernah ikut klub Archery. Jadi aku sedikit bisa menggunakan busur silang. Tapi yang ini ..." Ia kembali menodongkan senjata api itu ke arah Seungkwan hingga sempat membuat lelaki itu bergidik.

"Ajari aku menggunakan ini. Aku gadis yang pintar. Kau hanya perlu menunjukkan padaku beberapa kali dan aku akan mempelajarinya dengan baik. Percayalah padaku,"

Seungkwan mendesah jengkel.

"Kau benar-benar gadis yang merepotkan." Desisnya. Tapi toh ia tetap mengajari Ara cara menggunakan senjata api tersebut.

Ara baru beberapa kali belajar cara menggunakan senjata api ketika tiba-tiba pintu terhempas dan terbuka dengan kasar.

Ia dan Seungkwan baru mencerna apa yang sedang terjadi ketika tiba-tiba dua bayangan melesat dan kini sudah berada tepat di depan mereka.

NephilimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang