Ara menatap sesosok tubuh yang terbaring lemah sejak beberapa waktu yang lalu. Ia duduk di sampingnya, mengenggam tangannya dengan erat, dan sekali-kali menyeka keningnya yang berkeringat.
"Kau harus hidup Wonwoo," bisiknya. "Hanya kau satu-satunya harapanku." Lanjutnya.
"Kau harus bisa membawaku ke sana, ke langit. Agar aku tahu pasti bagaimana nasib Vernon dan juga saudara-saudaramu yang lain. Ku mohon, kau harus hidup." Desisnya lagi, berharap itu adalah doa yang mampu membuat keadaan Wonwoo semakin membaik.
***
Dan itu terkabul.
Ara senang bukan main ketika akhirnya setelah sempat tak sadarkan diri selama beberapa hari, Wonwoo akhirnya membuka mata. Perlu waktu yang cukup lama untuk membuat keadaan lelaki itu membaik.
Tapi ia dan juga Seungkwan dengan telaten merawat luka-lukanya.
"Terima kasih, Ara." ucap Wonwoo tulus ketika pagi itu ia selesai sarapan, dengan disuapi Ara.
Ara yang duduk di sampingnya tersenyum. "Aku senang kau selamat," jawabnya.
Wonwoo terdiam sesaat.
Ia juga sudah mendengar cerita dari Ara tentang keinginannya untuk pergi ke langit, mencari tahu tentang keadaan Vernon dan yang lainnya. Awalnya ia menolak. Dalam artian tidak menolak membantu Ara. Tapi, ia ingin pergi ke sana sendirian.
Terlalu berbahaya bila Ara ikut bersamanya. Ia bahkan tidak bisa menjamin bahwa ia dan juga perempuan itu bisa kembali dengan selamat ke dunia.
Tapi, bukan Ara namanya jika tak keras kepala.
"Kita akan pergi bersama-sama, titik." Jawabnya waktu itu, tegas, tanpa basa basi.
"Jika kau pergi, aku juga. Jika aku tidak, maka kau juga tidak!"
"Ara ...," Wonwoo memanggil lirih sembari menatap perempuan di depannya dengan lembut.
"Ayo kita ke langit," Ia membalas genggaman tangan Ara.
"Jika memang ini akan menjadi kesempatan kita yang terakhir untuk bisa bertemu dengan mereka, maka ayo kita lakukan bersama-sama. Tapi sebelum itu...," Ara menunggu kalimat selanjutnya yang meluncur dari bibir Wonwoo dengan heran.
"Aku tahu kau begitu mencintai Vernon. Kau mencintai dia dengan sepenuh hatimu. Begitupula sebaliknya, Vernon juga mencintaimu dengan tulus. Kalian begitu serasi," Lelaki itu menelan ludah. "Tapi ketahuilah, kau tidak hanya mencuri hati Vernon, tapi ... kau juga telah berhasil mencuri hati kami. Aku, dan saudaraku, Mingyu. Kami juga jatuh cinta padamu."
Hening.
Ara tak mampu bergerak.
Terlalu syok untuk sekedar bereaksi.
"Cinta yang kami rasakan padamu begitu sederhana. Kami bahagia, jika kau bahagia. Tak masalah siapa yang kau pilih untuk menyerahkan seluruh hatimu. Tapi ..." Lagi-lagi kalimatnya terhenti sesaat.
"Kita akan pergi ke suatu tempat yang bahkan bisa menjadi tempat paling berbahaya untuk kita. Karena itu, jika hal buruk menimpaku, menimpa kita berdua, setidaknya kau tahu bahwa ... ada tiga Nephilim yang jatuh cinta padamu." Ara menelan ludah. Masih tak mampu bereaksi dengan semua penuturan Wonwoo. Kedua makhluk berbeda masa itu hanya mampu berpandangan, dalam diam.
***
Malam harinya, Ara sepakat melakukan ritual itu dengan Wonwoo. Mereka ke tempat Dongjin sesuai kesepakatan. Seungkwan tak berhenti sesenggukan, seolah ini akan menjadi saat terakhir ia bertemu dengan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nephilim
FanfictionYoon Ara, gadis biasa yang baru duduk di kelas 2 SMA telah menjadi yatim piatu sejak setahun yang lalu. Kedua orang tuanya meninggal karena sebuah kecelakaan lalu lintas. Dengan hanya berbekal dana santunan dari pihak asuransi, selama ini ia hidup d...