Sepi. Yang tertinggal hanya kelamnya malam yang lengang. Malaikat-malaikat itu sudah pergi, membawa para Nephilim entah kemana. Menyisakan bekas-bekas pertempuran hebat. Pohon tumbang, tanah retak, debu dan asap bertebaran.
Ara masih tersuruk di tanah. Sesenggukan. Meratapi kepergian Vernon beserta saudara-saudaranya ketika ia merasakan sentuhan lembut di bahu. Ia mendongak dan melihat Doyoon berjongkok di sampingnya.
Ia tak mengatakan apapun, tapi sorot mata itu terlihat berusaha menenangkannya.
"Kemana mereka membawanya pergi, eoh?" suara Ara serak. Doyoon menggeleng. Ia meraih bahu gadis tersebut dan membantunya untuk bangkit.
"Aku tak tahu, sungguh." Ucapnya kemudian, dan tangannya tergerak untuk membantu menghapus air mata di pipi Ara.
"Apa para malaikat akan membunuh mereka? Apa mereka akan ..." tenggorokan Ara terasa tercekik, tak mampu melanjutkan kata-katanya. Ia kembali terisak.
Doyoon menggeleng tanpa mampu menjawab. Dan secara naluriah, ia bergerak, meraih kepala Ara ke dadanya lalu mendekapnya. Berharap agar cara itu mampu membuatnya lebih tenang.
Dan untuk beberapa saat, Ara terisak dalam dekapan Doyoon.
Isak tangisnya terhenti ketika tiba-tiba ia mendengar Seungkwan berteriak memanggil namanya. Ia masih enggan bergerak jika saja Imp itu tidak berteriak panik.
"Dia masih hidup!"
Ara dan Doyoon menoleh. Tampak pemuda keturunan iblis itu berjongkok di samping tubuh Wonwoo yang terbujur tak bergerak.
"Dia masih hidup, Ara! Aku bisa merasakannya!" teriaknya lagi.
Dengan serta merta Ara bergerak dan melesat ke arah Seungkwan, diikuti oleh Doyoon.
"Kau yakin?" Gadis itu berteriak tak sabar.
Seungkwan mengangguk. "Jika saja aku bisa membawanya dengan cepat ke rumahku, aku yakin bisa menyelamatkannya. Obat-obatanku di sana lengkap. Tapi, aku tak yakin kita punya cukup waktu untuk sampai di sana. jika kita terlambat, maka Wonwoo akan ..."
Ara bertatapan dengan Doyoon, lalu kembali menatap ke arah Seungkwan.
"Oke, ayo kita bawa ke sana. Yang terpenting kita bawa dulu ia sampai jalan raya, lalu kita cari tumpangan dan membawanya ke rumahmu." Ucapnya.
"Ah, aku berharap dua vampir itu ada di sana. Tenaganya lumayan membantu," Seungkwan menggerutu.
Baru saja ia selesai berkata begitu, dua sosok berkelebat dan mendarat tepat di hadapan mereka. Jun dan Minghao.
Doyoon siap siaga dengan menarik busur silangnya, sementara dua Vampir itu juga reflek bersikap waspada.
"Untuk saat ini kita adalah tim! Jadi jangan ada yang saling menyakiti!" Ara menjerit.
"Aku membutuhkan kalian semua. Jadi tolong bantu aku!" lanjutnya.
Hunter dan Vampir itu saling menatap dalam diam, lalu memutuskan untuk menyudahi perseturuan di antara mereka.
"Oke, kita damai dulu sementara waktu." Doyoon berujar.
"Deal." Jun menjawab.
Dan akhirnya, atas instruksi Ara, segera dua Vampir, seorang Imp dan seorang Hunter tersebut bergotong royong untuk membawa Wonwoo ke tempat yang telah ditentukan oleh Seungkwan.
***
Mereka sampai di rumah Seungkwan setelah melewati proses yang lumayan panjang. Berjalan puluhan kilometer dari tengah hutan, sampai di jalan raya, dan dalam rentang waktu yang lumayan lama baru mendapatkan tumpangan. Itupun harus harus mengancam pemilik mobil terlebih dahulu karena awalnya ia menolak berhenti dan menolak memberikan tumpangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nephilim
FanfictionYoon Ara, gadis biasa yang baru duduk di kelas 2 SMA telah menjadi yatim piatu sejak setahun yang lalu. Kedua orang tuanya meninggal karena sebuah kecelakaan lalu lintas. Dengan hanya berbekal dana santunan dari pihak asuransi, selama ini ia hidup d...