"Gue cinta sama Arie ? Nggak-nggak mungkin " batin puri sambil menggeleng2kan kepalanya.
"Orang kmrn gue nampar dia, marah besar ama dia, gue kan benci sama kelakuan dia yg seenak jidatnya."
"Duuh kok gue malah kepikiran omongan kak jarot sih. Nggak -- nggak puri loe gak cinta sama Arie. Loe gak suka sama Arie. LOE ITU SUKANYA SAMA NATAN !!" batin Puri lagi."ARGGGGHHH ! KOK JADI RIBET GINI SIH HIDUP GUE !!"
Braaaaak. Teriak Puri tanpa sadar dan menghentakkan tangannya dimeja, yg sontak menarik perhatian teman2 sekelasnya termasuk dosen yg sedang menerangkan materi kuliah."Loe kenapa sih ri?" Sikut fio pada puri yg berada disebelahnya.
"Aduuuhh. Gue-- gue ...." belum sempat Puri menyelesaikan perkatannya, tubuh besar bu dolly sudah berada didepan meha Puri dan Fio.
"Kamu-- Anandita Puri Pratami, KELUAR DARI KELAS SAYA SEKARANG !! "Bentak bu dollu, yg membuat kaget teman satu kelas puri termasuk puri dan fio.
" tapi bu saya..." sambung puri coba membela diri.
" tidak ada tapi2an. KELUAR !" bentak bu dolly sekali lagi.
Dengan perasaan dan pikiran yg masih berkecamuk Puri berjalan keluar dari kelasnya. Ia menghentikan langkahnya, menarik nafasnya panjang.
"Oke Puri, all is well " ucap Puri coba menenangkan dirinya sendiri.***
Puri berjalan sendirian menyusuri koridor kampus yg sepi, maklum saja saat2 seperti ini sedang berlangsung mata kuliah disetiap kelas. Kaki puri terus melangkah menyusuri koridor menuju ruang musik kampus yg selalu ia kunjungi saat ia merasa bosan, kesepian bahkan saat dirasa emosinya naik.Begitu melewati lapangan basket kampus, langkah Puri terhenti. Matanya menatap lurus sosok yg saat ini sedang bermain basket sendirian dengan keringat yg tampak jelas di tubuhnya --- Arie.
Arie menolehkan pandangannya tanpa sengaja kearah Puri, mata mereka bertemu. Secepat kilat Puri kembali melangkahkan kakinya, begitu sadar Arie mengetahui keberadaanya."PURI !! Tungguin gue " sergah Arie begitu ia menyadari kehadiran Puri. Arie membuang bolanya begitu saja dan berlari mengejar Puri.
"Hooshhoosh. Gue mohon dengerin gue bentar Ri." Pinta Arie yg ngos2an yg kini sudah berdiri tepat dihadapan Puri.
"......." Puri menatap sembarang kelain arah enggan menatap Arie yg berdiri dihadapannya.
"Gue janji ini kali terakhir gue ganggu elo. Tapi gue mohon dengan sangat, kali ini aja loe dengerin omongan gue" mohon Arie dan mencoba mengenggam tangan Puri.
Puri menepis tangan Arie kasar dari tangannya. Arie hanya menarik nafasnya panjang menyadari betapa Puri sudah sangat membencinya kini.
"Oke gue minta maaf kalo kelakuan gue selama ini udah ganggu hidup loe, udah buat hidup loe kacau. Tapi gue bener2 gak ada niat kesana ri, bahkan untuk nyakitin loe secuil pun gak ada" Ucap Arie coba meyakinkan.
"......." puri masih bungkam.
"Dan satu lagi gue mohon banget ri, loe jauhin Natan. Dia cuma mau jahatin elo ri, dia cuma mau manfaatin elo. Dia cuma mau jual elo seharga 300 juta keorang lain. Gue denger sendiri omongan dia sama orang lain ditelpon ri. Gue mohon banget ri, Jauhin dia ri gue mohon !!!"
Puri terkesiap mendengar perkataan Arie.
"Apa bener kak Natan mau jual gue ?" Batin Puri."Loe harus selalu ingat ini ri. Sebenci apapun loe sama gue, sebungkam apapun loe sama gue. Gue akan selalu ada paling depan buat ngelindungin elo dari siapapun dan apapun. Kapanpun loe butuh gue, kapanpun loe ngubungin gue --- gue akan selalu ada untuk elo. "
Testes. Tanpa Arie sadari , ucapan terakhirnya itu mampu membuat airmata Puri tiba2 saja turun dari pelupuk mata. Arie yg menyadari puri tetap tak bergeming dihadapannya perlahan melangkah mundur, menjauh dan semakin jauh meninggalkan Puri sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Boy
Teen FictionKehidupan Anandita Puri Prastami berubah sejak kehadiran Renaldi Arivian Kurniawan yang terkenal "Danger" dikampus mereka.