*****
Bhuuuuukk
Mataku terbelalak, nyaris meloncat dari kelopaknya. Tubuhku terhempas ke pintu. Aaa... Apaaa ini? Tubuhku ditubruk oleh Ilsya dengan tiba-tiba. Bahkan aku belum sempat memasang kuda-kuda.
Bibirnya sudah menempel di bibirku dan tangan kanannya sudah melingkar di pinggulku. Bahkan punggungku sudah bersandar di daun pintu.
Ilsyaaa menciumku??
What?!!
Tunggu, tunggu... Aku sungguh belum sepenuhnya sadar jika Ilsya benar-benar menciumku sekarang.
Dengan ekspresiku yang masih shock dan mata terbelalak karena mendapat serangan yang tiba-tiba darinya. Kesadaranku belum sepenuhnya kembali.
Namun dengan perlahan, akhirnya tubuhku mulai bereaksi, mulai turut menikmati sentuhan bibirnya yang lembut dan menggodaku. Mataku terpejam karena reaksi letupan-letupan kembang api mulai tersulut di dalam sana, hatiku bergejolak.
Ku alihkan tanganku dari handle pintu, dan turut memegang pinggulnya, mengikuti ritme irama lembut dari ciumannya. Ilsya semakin memperdalam bibirnya dan menekan kepalaku kearahnya, meski sebenarnya tubuhku telah diapit diantara pintu dan tubuhnya.
Kami saling memagut, mengecap rasa manis bibir lembut dan wangi mint nafas yang berembus. Ada rasa yang berkobar, berapi-api, membara di hatiku. Tak ada isapan ataupun perang lidah, Pure hanya sebuah ciuman bibir, namun cukup sensual. Hingga kami terhenti dengan nafas yang sama-sama terengah.
Tumitku kembali merapat kelantai. Baru aku sadari jika aku sampai berjinjit karena tubuhnya yang memang lebih tinggi dariku. Keningnya menempel di puncak kepalaku, sedang tanganku masih setia meremas bajunya.
Kami terdiam, sama-sama menikmati keheningan ini, sama-sama mengusir rasa malu yang mungkin akan mendera kami nanti. Tapi ada satuhal yang aku sadari, meski tak sepenuhnya yakin. Jika aku telah mendapatkan jawaban dari rasa rinduku kepada Ilsya akhir-akhir ini. Rasa benciku kepadanya dulu, rasa kesalku saat melihatnya, dan rasa yang bergejolak di dadaku. Ada arti di balik itu semua, mungkin telah ku temukan jawabanya.
Ilsya memundurkan sedikit langkahnya agar ia dapat menatap wajahku. Ku lepaskan cengkraman tanganku di bajunya dan sedikit mendongak.
"Kamu pulang gih!" ucapnya mengusap sudut bibir dan pipiku kiriku dengan ibu jarinya sambil tersenyum manis.
Hah?!! Pulang? Ilsya ngusir aku? Setelah menciumku sekarang dia mengusirku? Bibirku terangkat tak percaya.
"Hey, aku nggak ngusir kamu," katanya cepat, mungkin karena melihat ekspresiku. Seolah dia tahu seruan batinku. Sambil mengacak-acak rambutku gemas. "Aku nggak mungkin ngusir kamu, bodoh." Ia tertawa karena reaksiku barusan. "Mm... Kamu nggak berharap aku ngajak kamu nginap disini malam ini, kan?" tanyanya menaruh kedua tangannya di pundakku dengan sedikit senyum menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Monster - Completed
RomanceMata itu tiba-tiba terbuka dan menatapku. Langsung ke manik mataku. Aduh, copot deh ini jantung. Tali mana tali, buat ikat jantungku biar nggak jatuh. Hiks tolong.... "Kamu jangan pergi, temani aku disini," ucapnya pelan lalu memejamkan mata...