*****
"Andin... Sayang, bangun!" Mamanya datang dan menggoyang-goyangkan tubuh Andin yang tampak masih betah bertualang di dunia mimpi."Mmhhhh..." lenguh gadis itu malas. Masih dalam keadaan belum sadar, tubuhnya menggeliat karena di guncang pelan oleh Mamanya.
Matanya sepet, masih sulit untuk terbuka sepenuhnya.
"Sayang, ayo bangun. Bukannya kamu ada interview kerja hari ini?" Mamanya menepuk-nepuk pipi Andin agar sadar.
"HAH?!! Interview..." Andin langsung terduduk di tempatnya. Matanya seketika terbuka sangat lebar, meski masih diambang kesadaran. Ia lalu menoleh mengambil handphone-nya yang ia simpan di atas nakas.
Waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi, sedangkan Interviewnya baru akan di mulai pukul 9 nanti.
"Aaaaaaaaakkhhh... Mamaaaaaa... Ini masih pagi sekali... Aaaaaaaa..." Andin menghempaskan tubuhnya kekasur, mengacak-acak rambutnya dan menendang-nendang bedcovernya yang menutupi kakinya.
Matanya benar-benar masih mengantuk usai bermain game semalam sampai lupa waktu. Membuat Mamanya hanya tersenyum, lucu melihat tingkah Andin yang seperti anak kecil saat dibangunkan.
"Dasar manja, katanya sudah dewasa, tetap saja begitu kelakuannya, ck." Mamanya berdecak menggelengkan kepala melihat tingkah anak gadisnya itu. Bagi Mamanya sifat Andin memang masih kekanak-kanakan, meski sekarang umurnya sudah terbilang dewasa, tapi tingkahnya masih tetap saja seperti anak kecil. "Sholat subuh dulu sayang. Kamu kan juga lama kalau pakai bajunya, semua isi lemari di bongkar. Ayo cepat bangun, mandi, terus siapin yang perlu nanti." Mamanya menarik-narik lengan Andin agar ia mau cepat bangun.
"Iya, iyaaaa... Iya, Andin bangun ini," ucapnya cemberut. Ia terduduk dengan malas dengan mata yang masih terpejam, ia menguap keras sekali. Punggung jarinya menggosok-gosok hidungnya yang terasa gatal, lalu bangkit dari ranjang, berjalan selebor seperti orang mabuk kearah kamar mandi.
Mamanya hanya bisa mengembuskan nafas sabar, tersenyum dan menggeleng kepala melihat tingkah anak gadisnya satu itu.
Pukul 7 Andin keluar kamar dengan pakaian rapi, sudah mengenakan pakaian formal layaknya orang yang hendak berangkat kantor. Rambut lurusnya ia urai dengan make up tipis seperlunya dan lipstick pink yang tak terlalu mencolok. Andin hanya mengenakan kemeja putih dengan lengan ¾ yang pas di badan, rok selutut sebagai bawahan, lengkap dengan pantofel hitam mengkilat yang tak terlalu tinggi, serta tas hitam menggantung di lengan. Meski berdandan formal tapi Andin akan tetap terlihat seperti remaja dengan wajahnya yang masih terlihat begitu muda, mungkin karena terlalu imut untuk gadis sebayanya, wajahnya bahkan lebih terlihat seperti siswi SMA dari pada karyawati atau wanita dewasa.
"Wow, anak Papa cantik sekali hari ini. Mau kemana pagi-pagi begini sudah rapi?" seru Papanya memandangi Andin yang datang menghampiri mereka di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Monster - Completed
Storie d'amoreMata itu tiba-tiba terbuka dan menatapku. Langsung ke manik mataku. Aduh, copot deh ini jantung. Tali mana tali, buat ikat jantungku biar nggak jatuh. Hiks tolong.... "Kamu jangan pergi, temani aku disini," ucapnya pelan lalu memejamkan mata...