34. Percaya Padaku

7.8K 675 128
                                    

Dengerin lagunya Agnez Mo - Sebuah Rasa, biar lebih berasa aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengerin lagunya Agnez Mo - Sebuah Rasa, biar lebih berasa aja... ^_^

------------------------
"RINDU"

"Aku masih ingin 'Rindu' ini menyiksa dan menusukku, aku rela merasakan itu. Selama yang aku 'Rindu' itu adalah 'KAMU'."

UDAH... ITU AJA!!! (︶︿︶)
-----------------------------

*****

"Ii-Ilsyaaa...!" panggil Andin lemah.

Matanya masih menatap shock kearah gadis itu. Gamang. Kakinya seperti membatu seketika.
Karena belum lepas dari rasa terkejutnya.

Ia hanya diam menatap sosok itu dari jarak beberapa meter dari tempat ia berdiri saat ini.

Terlihat gadis itu sedang mengusap wajahnya dengan telapak tangan.

"Syaaa..." panggilnya pelan.

Kakinya bergerak.

Namun belum juga ia beranjak dari tempatnya, Ilsya sudah lebih dulu membalik badan dan masuk kedalam mobil.

"ILSYAAA...!!" teriaknya memanggil, melangkah cepat dan tergesa, meninggalkan Gibran sendiri.

Berharap ia dapat menahan Ilsya agar tak salah faham padanya.

Meski ia sudah berusaha mengejar, namun Ilsya tak lagi dapat disusul. Karena mobil itu sudah berlalu, meluncur pergi dari tempat parkir.

"Andin. Siapa?" tanya Gibran menghampiri.

"Aku pulang naik taksi ya. Kamu pulang aja. Eh, iya. Sebelumnya makasih buat makan malamnya barusan." ujarnya lalu pergi meninggalkan Gibran dengan terburu-buru dan memanggil taksi.
Berharap ia masih dapat segera menyusul Ilsya dan menjelaskan semua padanya.

"Syaa... Angkat dong sayaaang, aku mohoooon..!!" ujarnya cemas, berbicara sendiri sambil terus menghubungi kontak Ilsya. Perasaannya benar-benar kalut. Karena mobil sedan silver milik Ilsya itu kini sudah berada tepat di depan taksi yang sedang ia tumpangi.

Teleponnya masih diabaikan, tak di gubris oleh Ilsya.

"Syaaa... Please sayang, angkat dulu... Ayo Syaaa... Hiks.
." ucapnya sudah hampir menangis.

Terus menekan-nekan tombol hijau itu menghubungi kontak Ilsya tanpa henti, sambil sesekali matanya menatap kearah depan bergantian.

Kakinya bergetar, dengan nafas yang sudah tidak beraturan karena rasa paniknya.

Sudah dapat ia bayangkan bagaimana perasaan Ilsya saat ini. Pasti ia sangat terluka. Kecewa padanya. Menganggapnya seorang pembohong dan penghianat.

Kakinya terus bergerak, tak bisa diam, sangat gelisah. Perasaannya semakin kacau saja karena Ilsya terus mengabaikan teleponnya. Keringat dingin mulai mengucur membasahi pelipisnya. Memaki dan merutuki diri sendiri atas kesalahan yang telah ia perbuat kali ini.

My Little Monster - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang