*****
Sekarang kami berdua telah berada di Sofa ruang TV lantai 2 rumah Ilsya. Katanya ini sebagai tebusan, karena aku tak menemaninya menonton bioskop tadi, jadi malam ini ia memintaku menemaninya menonton TV di rumah saja.
Plus... Besok, aku juga harus menghabiskan waktu seharian bersamanya, dari pagi hingga malam. Wew!! Ilsya itu banyak maunya yah, pemirsa. Meski aku sendiri cuma bisa iya iya saja, itu karena akunya juga ngarep. Hahaaa...
Dan sekaraaang... Aku sedang berbaring di pangkuannya. Ia sengaja mengalas pahanya dengan bantal Sofa dan memintaku berbaring di pangkuannya. Sedang kakinya ia selonjorkan keatas meja di depannya. Nyaman sekali rasanya. Jadi berasa di manjain pacar. Cie ciein dong guys haha :D
Bukan bobo-bobo'annya yang nyaman, tapi berada di dekatnya dan berbaring di pahanya ini yang bikin nyaman.
Tangan kirinya tak berhenti mengusap-usap rambutku dengan lembut, sedang tangan kanannya ia letakkan di atas dadaku, sedikit melingkar dileherku sambil memegangi remote dan mengganti-ganti channel TV.
Aku hanya bisa senyum-senyum sendiri di perlakukan seperti ini olehnya. Tak ada yang bisa ku lakukan selain hanya memandangi wajah cantiknya. Aku sampai tak bisa menahan senyumku yang terus mengembang setiap memandang wajahnya yang kini berada tepat di depanku dan sedekat ini.
'Kamu cantik banget sih Sya...' gumamku memujanya dalam hati.
Dapat memandang wajahnya dengan leluasa dari bawah sini. Memang posisi yang paling strategis. Hahaha
Cahaya lampu yang minim dan tak terlalu terang dengan sedikit kedap kedip dari layar televisi membuat wajah Ilsya semakin terlihat cantik, bercahaya seperti kunang-kunang.
Ciptaan Tuhan yang begitu indah, nyaris sempurna. Garis wajah yang terukir dan terlukis jelas di depan mataku. Hanya dengan menatapnya saja sudah mampu melumerkan hati orang-orang yang memandangnya.
Tak ada celah. Tak ada hal yang bisa membuatku tak suka padanya. Wajar jika aku menyukainya bahkan sampai jatuh cinta padanya. Dia cantik, dia indah, dia sempurna. Entah kata apa lagi yang bisa ku gambarkan untuknya. Cantik, indah, jelita, menawan, rupawan. Ah entahlah... Aku terlalu memujanya, dan terdengar lebay. Tapi sungguh, Ilsya memang pantas untuk di puja.
Menyadari aku menatapnya. Ilsya menunduk melihatku. Wajahnya nampak heran, keningnya sedikit berkerut, lalu terukir sebuah senyum di bibir tipisnya. Duh, manis banget sih nih anak orang atu.
Mungkin Ilsya bingung karena aku terus saja menatapnya sedari tadi. Aku hanya membalas senyumannya hingga ia kembali mengalihkan pandangannya ke layar televisi.
Aduh, jantungku... Kenapa jadi dag dig dug ser gini sih, tiap kali bertatapan dengan mata itu, masih aja tak berubah, rasanya masih sama. Bukannya sembuh malah makin hebat rasanya. Seluruh organ di tubuhku malah turut berulah. Mulai memberi reaksi berjuta-juta rasa. Ah, aduh kenapa aku jadi gelisah terus kalau sama dia. Ahh Cinta...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Monster - Completed
RomanceMata itu tiba-tiba terbuka dan menatapku. Langsung ke manik mataku. Aduh, copot deh ini jantung. Tali mana tali, buat ikat jantungku biar nggak jatuh. Hiks tolong.... "Kamu jangan pergi, temani aku disini," ucapnya pelan lalu memejamkan mata...