27. Kita Jangan Bertengkar Lagi

10.8K 768 75
                                    

===============

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===============

"Andiiinn!!" Luna langsung menyambutku dan Maya.

Yang kami baru saja tiba di sebuah kafe di daerah Cilandak. Komunal 88 Cafe namanya, dimana Maya telah membawaku saat ini.

"Hei Lun!" Aku mencium pipi kanan kiri sahabatku Luna. Heran ya, nih anak, tiap ada apa-apa pasti selalu datang paling diluan. Ontime terus dia.

"Hai kak May!" sapa Luna lagi pada Maya.

Maya hanya membalasnya dengan senyuman.

"Amel mana? Kok gak bareng lu?"

"Ada... Tar lagi paling. Katanya lagi macet! Kok kalian cuman berdua? Kak Ilsya mana. Gak bareng kalian?"

Aku menengok saat mendengar derap langkah kaki yang datang dari arah belakang.

Dua orang gadis berparas cantik sedang melangkah kearah kami. Seorang gadis berwajah Indo dan seorang lagi gadis berwajah Oriental.

"Kak Cindy!!" seruku dan Luna berbarengan. Melihat Cindy kakak kelas kami yang datang bersama Ilsya. Yang setahuku Cindy kini telah tinggal di Kuala Lumpur bersama suaminya. Cindy tersenyum menyapa serta mencium pipi kanan kiri kami satu persatu.

Naaah... Kali ini akupun ikut-ikutan bercipika-cipiki ria dengan Ilsya. Mm... Agak malu-malu sih, lucu soalnya ya. Soalnya didepan temen-teman kami akan bersikap wajar seperti teman biasa, tapi saat di balik layar kami akan... Mmm... Hehe.

Saat pipiku dan pipi Ilsya sudah berdekatan, dengan pelan ia membisikkan kata 'i miss you' tepat di dekat telingaku. Sangat pelan, hingga hanya aku saja yang dapat mendengarnya. Seperti mendengar bisikan gaib, suara halus dan lembutnya langsung menyihirku, dan itu membuatku merinding. Brr...

Ah, Ilsya sialan. Dia membuat pipiku memanas lagi sekarang. Dan mungkin kini telah bersemu merah seperti tomat matang karena malu.

"Andin... Lu demam ya? Muka lu kok merah gitu?!" tegur Luna memandang wajahku dengan khawatir. Mencoba memeriksa keningku untuk mengecek suhu tubuhku, namun aku segera menepisnya.

Ah elah Luna, pake di tegur segala. Apa sih ni anak!

Itu justru membuat yang lain turut menatap kearahku, dengan wajah yang ikut cemas. Sedang Ilsya sudah mengambil posisi duduk manis memangku kaki sambil senyum-senyum sendiri. Membuang mata kearah lain.

Sialan Monster ini, sengaja banget kayaknya ngerjain aku didepan anak-anak.

"Eh, ng-nggak kok. Gue, gue lagi kepanasan aja ini. Huuhh, gerah ya... Hehe!" Aku mengipas-ngipas tubuhku dengan tangan sambil tertawa garing.

"Hai semua... Sori ya gue telat, abis kejebak macet soalnya," sapa Amel yang datang dengan tergopoh-gopoh, nafasnya sedikit terengah-engah seperti habis lari muterin GBK lima kali. Membuat perhatian semua beralih padanya. Ah, syukurlah Amel menyelamatkanku.

My Little Monster - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang