Andin's Pov
Ini sudah hari kedua Monster jahat itu mendiamkanku. Huh, jahat sekali dia. Aku yang kesel, tapi kenapa malah dia yang uring-uringan. Lha, yang harusnya marah aku kan, ya? Salah aku apa coba, sampai dia mendiamkanku seperti ini. Salah aku apa?
Di baikin salah, di abaikan jutek. Uring-uringan mulu. Merintah ini, merintah itu. Lama-lama gue pecat juga tuh Monster jadi Manager. Eh kebalik ya?
Jangankan nyapa, senyum saja mahal. Muka datarnya doang yang murah. Bukan murah lagi, tapi diskon habis-habisan. Kayaknya nih, si Monster itu jahat sudah kembali ke Setelan Pabrik-nya, habis di Instal Ulang. Ngeselinnya kumat.
Hari ini kami pulang agak terlambat karena pekerjaan di kantor yang lumayan menumpuk. Kulirik sekilas jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aku telah selesai membereskan barang-barangku dan bersiap untuk pulang, tapi ibu Manager itu sepertinya masih betah-betah saja dalam ruangannya. Dia lagi ngapain di dalam?
Ceklek
Pintunya terbuka, dan keluarlah ibu Manager yang ngeselin itu. Sejenak ia menoleh kearahku. Belum sempat aku tersenyum padanya, dia sudah berlalu begitu saja. Dasar Monster nggak berperasaan. Bener-bener deh, habis manis sepah di buang kalo begini ceritanya.
Aku berjalan lesu kearah lobi, seperti ponsel yang hampir kehabisan daya, dan hanya sedikit tersenyum saat beberapa teman yang juga baru pulang menyapaku.
Lemas rasanya, seperti Ilsya telah mengambil separuh nyawaku. Kenapa aku bisa jadi lunglai tak bertenaga begini? Apa yang diperbuatnya padaku, sampai aku bisa seperti ini. Monster itu, ternyata dia benar sejahat itu.
Sekarang di luar sedang hujan. Sambil menunggu taksi, ku cek ponselku dan berbalas pesan dengan Luna melalui pesan Whatsapp, membahas tentang acara nikahan Miranti dan Junot yang akan berlangsung beberapa hari lagi.
Saat menoleh ku lihat mobil sedan hitam yang dulu berhenti di depan rumah Ilsya. Yah dia, pria yang bersama Ilsya waktu itu. Dia tidak sendiri, karena Ilsya bersamanya sekarang.
Entah kenapa hatiku rasanya sakit sekali. Rasa apa ini? Sakit ini? Apa aku kecewa? Apa aku cemburu? Sakit ini belum pernah kurasakan sebelumnya. Melihat sesuatu yang kita sukai direbut orang lain ternyata menyakitkan. Entah kata apa yang tepat, di rebut atau merebut kembali. Karena akhir-akhir ini aku merasa aku memilikinya. Aku benar-benar menyukai Monster itu. Kenapa bisa? Bukankah kami ini sama-sama...
Sepertinya hal ini tak perlu aku jelaskan, karena kalian mungkin sudah mengerti maksudku.
Aku tahu jika perasaan ini terlarang. Untuk aku, untuk dia, untuk kami. Bahkan untuk orang yang kelak akan tahu, dan akan memandang jijik kepadaku, yang mungkin akan memakiku karena telah berani menantang kodradku.
Aku tahu ini salah. Tapi perasaan ini nyata. Bukankah perasaan itu tak pernah salah, perasaan yang datangnya dari Tuhan takkan pernah salah bukan? Karena Tuhanlah yang menciptakan hati untuk merasakan cinta. Meski ia juga telah menciptakan otak untuk berpikir.
Katakanlah otakku lumpuh, katakanlah aku tak mempergunakan otakku, karena aku lebih memilih menggunakan hati dari pada pikiran. Jangan salahkan Tuhan, tapi salahkan aku yang mempunyai perasaan terlarang ini.
Apakah hanya perasaan suka, perasaan sayang atau benar cinta? Tapi yang aku tahu dan yang aku rasa saat ini, aku benar-benar menyukainya. Bahkan melebihi rasa suka terhadap teman wanitaku, lebih dari rasa sayang kepada teman atau sahabat. Perasaan ingin memilikinya yang teramat sangat besar. Tapi rasa ini, aku tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Atau aku yang terlalu cepat menyimpulkan jika perasaan ini adalah cinta?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Monster - Completed
RomansMata itu tiba-tiba terbuka dan menatapku. Langsung ke manik mataku. Aduh, copot deh ini jantung. Tali mana tali, buat ikat jantungku biar nggak jatuh. Hiks tolong.... "Kamu jangan pergi, temani aku disini," ucapnya pelan lalu memejamkan mata...