Tujuh

12.9K 924 36
                                    

Alunan musik-musik dari Kygo mengiringi sepanjang perjalanan Seva dan Brama dari Surabaya menuju Ungaran. Mereka menggunakan mobil Hilux orange Seva yang dikendarai oleh Brama. Kygo adalah DJ favorit Seva karena lagu-lagunya yang soft namun tetap memiliki beat yang membuat badan bergerak. Seperti saat ini, Seva memaju mundurkan kepalanya mengikuti irama lagu Firestone dan Brama juga mengetuk-ngetukkan jarinya di setir mobil.

"Sejak kapan suka Kygo?" Tanya Brama saat menghentikan mobil karena lampu merah.

"Sejak awal dia debut. Sebelumnya aku suka Coldplay dan Avicii terus muncul Kygo dengan lagu ini. Ya udah jatuh cinta." Jelas Seva masih menikmati alunan Firestone milik Kygo.

"Avicii aku paling suka The Nights. Coldplay yang terbaru aku suka Always In My Head." Ujar Brama kembali menjalankan mobil karena lampu sudah beralih hijau.

"The Nights bagus. Always In My Head bikin diabet liriknya haha." Seva tertawa kecil diikuti Brama yang hanya tersenyum tipis.

Setelahnya mereka terus membicarakan musik dan beberapa musisi luar maupun dalam negeri. Obrolan mereka sangat cocok dan nyambung membuat perasaan nyaman datang pada masing-masing individu.

Terutama Brama. Penilaian awal tentang Seva adalah seorang perempuan bebas dan cenderung negatif telah hilang saat dia selalu mengikuti aktivitasnya. Perlahan Brama mulai tertarik dengan kepribadian Seva yang penuh kejutan. Seva sebenarnya bukan orang yang pemberani, dia mudah cemas dan panik namun dia selalu mengontrol itu semua agar tidak berbuat gegabah, tetap berlogika dan mencoba mencari solusi.

Tapi dimata Seva, Brama hanya seorang pengawal dari keluarga korban kecelakaan yang dia tolong. Brama adalah orang yang bersedia mempertaruhkan nyawanya demi Seva karena dibayar. Dan Brama adalah seorang Banyu Lazuardi yang misterius, cuek namun sigap. Seva nyaman bersama Brama karena hanya Brama yang sangat mengerti situasi dan kondisi Seva sekarang dan bisa melindunginya. Sebatas itu untuk saat ini.

Seva merenggangkan tubuhnya setelah turun dari mobil. Dia menguap lebar tanda bahwa dia cukup lelah melakukan perjalanan darat. Dia segera menyusul Brama menurunkan barang-barang mereka dan segera masuk ke vila yang sudah disiapkan keluarga Sasongko untuk mereka tinggali selama seminggu ini.

"Kamar Mbak Seva di sebelah kanan dan Mas Banyu di sebelah kiri. Kamar saya ada di belakang. Saya siap dua puluh lima jam hehe." Jelas Pak Koco penjaga vila.

"Matur suwun, Pak." Jawab Seva sopan dan langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri.

Hari menjelang sore terlihat kabut mulai turun. Ungaran terletak di sebelah selatan kota Semarang dan tepatnya mereka sekarang berada di Bandungan yaitu di lereng gunung Ungaran.

Seva mengetatkan jaketnya saat duduk di teras depan vila. Sudah lama dia tidak merasakan hawa sedingin ini karena Surabaya selalu panas. Namun dia menikmatinya, dingin, kabut dan tenang. Sampai dia merasakan hangat di pipi kirinya.

"Nih jagung bakar." Brama mengasongkan sebuah jagung bakar yang kata Pak Koco berusia tiga bulan.

"Waaahh, cocok banget." Seru Seva menerima jagung itu dengan girang. Dia hampir menjatuhkan jagung itu karena panas. Perlahan dia mengigit jagung dengan ujung gigi depannya.

"Orang kalau punya uang bebas ya? Bisa punya apa aja termasuk vila dengan pemandangan kayak gini." Ujar Brama yang ikut duduk di sebelah Seva.

Seva mengangguk-anggukan kepala. "Money talks."

I Love You but I'm AfraidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang